Sepenting Apa, Sih, Perisic buat Bayern Muenchen?

13 Agustus 2019 17:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perisic moncer bersama Kroasia. Foto: Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Perisic moncer bersama Kroasia. Foto: Reuters
ADVERTISEMENT
"Saya bisa memastikan dia ada di Muenchen hari ini. Namun, saya pikir kritik terhadapnya tidak pada tempatnya. Seolah-olah dia bukan pemain yang baik."
ADVERTISEMENT
Begitulah komentar Niko Kovac soal pemain anyar Bayern Muenchen, Ivan Perisic. Ya, tak sedikit publik yang meragukan langkah Die Roten meminjam winger Inter itu dengan opsi permanen.
Betapa tidak, penggemar Bayern dihadapkan pada ekspektasi bahwa timnya akan mendaratkan winger sekaliber Gareth Bale, Leroy Sane, dan Callum Hudson-Odoi. Ketiganya digadang-gadang menggantikan Arjen Robben dan Franck Ribery yang telah pergi.
Well, Hudson-Odoi memang tak begitu kondang ketimbang Bale atau Sane. Namun, setidaknya winger Chelsea itu masih muda dan segar --sesuai dengan visi misi Bayern yang tengah mengembangkan pemain muda. Tidak seperti Perisic yang sudah berusia 30 tahun.
Bayern sudah menunjukkan kebijakan menggaet pemain muda sejak musim kemarin. Buktinya adalah kedatangan winger berumur 21 tahun milik Vancouver Whitecaps Alphonso Davies, lalu Leon Goretzka dengan status bebas transfer dari Schalke 04.
ADVERTISEMENT
Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez jadi yang teraktual. Keduanya sama-sama anggota Tim Nasional Prancis dan masih berusia 23 tahun. lalu ada penyerang muda Hamburg SV, Jann-Fiete Arp, yang baru berumur 21 tahun.
Rata-rata usia skuat Bayern saat ini telah 25,2 tahun. Nah, Perisic? Usianya telah menginjak 30 tahun pada 2 Februari lalu. See? Itulah mengapa kritik bertaburan saat Bayern mendatangkan Perisic.
Kovac tak tinggal diam. Ia mengkomparasinya dengan langkah Bayern saat mendatangkan Stefan Effenberg pada 1998. Kala itu, pemain yang beroperasi sebagai gelandang tengah tersebut diboyong dari Borussia Moenchengladbach saat usianya sudah menapaki 30 tahun.
Hasilnya tak buruk. Effenberg sukses mengantar Bayern merengkuh titel Liga Champions. Itu belum dihitung dengan tiga gelar Bundesliga secara beruntun.
ADVERTISEMENT
“(Stefan) Effenberg juga datang ke sini ketika dia berusia 30 tahun dan memimpin tim ini ke Liga Champions."
"Kita harus berhenti memandang hanya pada usia, lihatlah apa yang telah dicapai para pemuda ini sejauh ini dan lihat bagaimana mereka dapat membantu kita sekarang," lanjut Kovac.
Oke, mulai dari sini kita ikuti mau Kovac: Sisihkan faktor usia dan fokus soal performa.
Pelatih Bayern Muenchen, Niko Kovac. Foto: Reuters/Carl Recine
Isu kepergian Perisic dari Inter Milan sebenarnya sudah lama berembus. Sejak musim lalu malah. Klimaksnya, ya, kala Nerazzurri kedatangan Antonio Conte sebagai nakhoda edisi 2019/20.
Mantan pelatih Tim Nasional Italia itu menegaskan bahwa ia tak butuh Perisic dalam skuatnya. Alasan paling mendasar lantaran ia tak mampu menjalankan peran yang ditugaskan Conte.
ADVERTISEMENT
"Kami telah mencoba untuk bekerja bersamanya (Perisic), tetapi respons yang ia berikan selalu negatif. Perisic tidak bisa menjalankan peran yang saya berikan. Oleh karena itu, saya hanya bisa memainkannya sebagai penyerang saat ini," kata Conte, dilansir dari Goal.
Conte yang hobi mengaplikasi pakem 3 bek itu memang membutuhkan pemain yang seimbang dalam melakukan aksi bertahan maupun menyerang. Lebih-lebih lagi untuk sektor wing-back yang ditugaskan untuk bergerak dinamis dan bisa defensif serta ofensif.
Benarkah Perisic tak cukup fasih dalam melakukannya?
Jangan salah, Perisic justru ahli soal kedinamisan. Di Piala Dunia 2018 lalu ia menjadi pemain dengan distance coverage tertinggi dengan 72,5 km --unggul tipis dari Luka Modric yang menyentuh 72,3 km.
ADVERTISEMENT
Secara harfiah, Perisic adalah seorang winger alami. Dalam praktiknya, arsitek Kroasia, Zlatko Dalic, menggunakan Perisic sebagai corong serangan --sebagaimana yang diembannya di Inter pada musim 2017/18.
Sebagai perbandingan, Perisic mengemas rata-rata tembakan 3,1; lebih banyak ketimbang Mauro Icardi yang notabene merupakan mesin gol La Beneamata.
Itulah mengapa catatan golnya di Serie A mencapai angka 11, belum dihitung dengan tambahan 9 assist. Itu adalah kombinasi terbaik dalam kariernya.
Oh, ya, jangan lupa kalau Perisic juga sukses mengukir 1,3 tekel dan 1,2 intersep per laga. Sebagai gambaran, angka di atas merupakan yang tertinggi di antara gelandang serang dan winger Inter lainnya.
Sayang, torehannya jeblok di edisi 2018/19. Cuma 8 gol dan 3 assist yang dibuatnya di pentas liga. Bukan cuma perkara performa, sih, tetapi juga berkurangnya menit bermain dari 3.316 ke 2.707 menit atau lebih dari 600 menit.
ADVERTISEMENT
Selebrasi dari Ivan Perisic usai membobol gawang Roma. Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
Lantas, seberapa besar pengaruh Perisic untuk Bayern?
Paling simpel, ya, untuk meng-cover slot yang ditinggalkan Robben dan Ribery. Terlebih, Perisic juga bisa bermain di kedua sisi sayap.
Menjadi lebih penting karena Bayern, yang mengedepankan penguasaan bola, juga menitikberatkan sisi sayap untuk menyerang. Betul, lebih dari sekadar melakukan penetrasi, tetapi juga untuk mengakhiri peluang.
Di musim lalu, Kovac mengaplikasi pakem dasar 4-3-3, 4-2-3-1, dan 4-1-4-1 dengan Serge Gnabry dan Kingsley Coman di kedua tepi. Nama yang disebut belakangan menjadi pemain yang paling aktif dalam melakukan dribel dengan rata-rata 2,9 per laga. Sementara Gnabry jadi terbanyak kedua --setelah Robert Lewandowski-- soal kuantitas tembakan di angka 2,2.
ADVERTISEMENT
Torehan gol Gnabry juga tergolong tinggi: 10. Juga kedua tertinggi setelah Lewandowski. Suburnya mantan pemain Arsenal itu bisa diwajarkan. Pasalnya, Bayern punya sepasang full-back agresif macam David Alaba dan Joshua Kimmich.
Aktifnya Alaba dan Kimmich dalam melakukan overlap kian memudahkan sepasang sayap Bayern untuk merangsek ke kotak penalti. Well, skema yang identik dengan Perisic.
Di Inter, pemain kelahiran Split itu mengover peran Icardi sebagai corong serangan. Pun demikian dengan Kroasia, Perisic juga aktif bergerak ke tengah --demi memaksimalkan skema umpan silang-- selain melakukan penetrasi dan crossing ke area penalti lawan.
Perisic dan Mandzukic,pasangan yang saling melengkapi. Foto: REUTERS/Darren Staples
Perisic memang bukan proyek jangka panjang Bayern. Toh, masih ada Gnabry dan Coman yang penuh potensi. Di sisi lain, kemampuan Perisic untuk bermain di kedua tepi setidaknya bakal mengover rasa kehilangan Bayern atas Robben dan Ribery.
ADVERTISEMENT
Satu lagi, Kovac juga tak perlu mengkhawatirkan Perisic soal durasi adaptasi. Karena, ya, Bundesliga bukan ekosistem baru untuknya. Perisic pernah berseragam Borussia Dortmund serta Wolfsburg dan sukses menyabet titel Bundesliga, DFB Pokal, dan Piala Super Jerman.