Serahkan Bola pada Mbappe, Beres Urusan di Lapangan

19 Juli 2018 15:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mbappe di final Piala Dunia 2018. (Foto: Damir Sagolj/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Mbappe di final Piala Dunia 2018. (Foto: Damir Sagolj/Reuters)
ADVERTISEMENT
Kylian Mbappe adalah andalan. Tidak hanya andalan bagi Timnas Prancis, tapi juga andalan bagi Bondy, tempat dia dilahirkan dan mengenal sepak bola.
ADVERTISEMENT
Dilansir Bleacher Report, Didier Deschamps, pelatih Timnas Prancis, menyebut jika Kylian Mbappe adalah sosok yang bisa menjadi pengubah situasi ketika Prancis mengalami kebuntuan. Serahkan saja bola kepada Mbappe, maka urusan di atas lapangan akan beres (menjadi gol).
"Jika seseorang sedang menjaga Anda di atas lapangan, akan ada orang lain yang datang membantu. Ya, dia adalah Kylian (Mbappe). Serahkan saja kepada Kylian," ujar Deschamps.
Di usianya yang masih 19 tahun, Mbappe sudah menanggung beban yang cukup besar. Tidak hanya beban di klub (Paris Saint-Germain) sebagai salah satu pemain termahal dunia, tapi juga beban untuk membawa Timnas Prancis senior, bukan Timnas lintas usia macam U-19 maupun U-21, berprestasi di ajang Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Walau terlihat berat, Mbappe mampu melakukannya. Bersama PSG, dia sukses meraih empat trofi domestik pada musim 2017/2018. Trofi Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue (Piala Liga Prancis), serta Trophee des Champions menjadi cermin torehan apik Mbappe bersama PSG di musim tersebut.
Raihan apik Mbappe berlanjut di ajang Piala Dunia 2018. Menjadi pemain termuda yang ikut skuat Prancis ke Rusia, Mbappe justru menjadi pemain yang berpengaruh. Selain torehan 4 gol yang sukses dia lesakkan, dia juga sukses meraih gelar sebagai Pemain Muda Terbaik dalam ajang Piala Dunia 2018. Dalam beberapa situasi, terutama ketika melawan Argentina, Mbappe acap menjadi pembeda.
Tanpa disadari, lewat kemampuannya, Mbappe seolah menunjukkan bahwa dia adalah sosok andalan sekaligus juru selamat. Kehadirannya menjadi sesuatu yang penting, meski belum tentu dia juga menginginkan dirinya menjadi seperti itu.
ADVERTISEMENT
Namun, begitulah Mbappe. Meski masih muda, dia sudah bisa diandalkan. Jika harus menelisik latar belakang kenapa dia bisa menjadi sosok andalan seperti itu, tampaknya Bondy adalah salah satu alasannya.
Bondy, Wilayah Kecil yang Melatih Mbappe
Suara bola yang dipantulkan ke tembok terdengar keras. Suara pantulan itu bersilang-sengkarut dengan suara tawa anak kecil. Mereka sedang bersenang-senang, dalam sebuah ruang sempit di antara bangunan yang ada, dengan bola bergulir di antara kaki-kaki kecil mereka.
Itulah pemandangan sehari-hari yang bisa dilihat di wilayah Bondy, dan juga wilayah banlieue yang lain di Prancis. Banlieue sendiri adalah sebuah wilayah kecil yang ada di dalam satu kota besar. Banlieue ini serupa dengan distrik, dan Bondy adalah salah satu dari banlieue, berlokasi di utara kota Paris.
ADVERTISEMENT
Wilayah banlieue ini, dilansir dalam sebuah tulisan di The Guardian berjudul 'France pins its hopes on Kylian Mbappé, the boy from the banlieue', tidak hanya bermakna sebagai sebuah distrik saja. Dalam tulisan tersebut, dijabarkan bahwa banlieue ini adalah sebuah ladang talenta. Ladang talenta yang berkelindan dengan isu soal ras yang sudah menjepit Prancis sejak 1998 silam.
Kelindan talenta dengan ras yang ada di banlieue ini muncul karena banlieue adalah wilayah di mana para imigran yang datang ke Prancis menetap. Para imigran yang kebanyakan berasal dari Arab dan Afrika ini mendiami beberapa banlieue yang ada di Prancis, salah satunya adalah Bondy, tempat Mbappe dilahirkan.
Dahulu, banlieue adalah wilayah terpinggirkan. Di tengah gemerlap kota, para imigran yang hidup di banlieue berbalut kesederhanaan dan kemiskinan. Bagi para bocah, hiburan yang bisa mereka jangkau adalah bermain sepak bola. Inilah yang dilakukan oleh Mbappe kecil bersama kawannya. Tidak hanya Mbappe, Paul Pogba kecil dan N'Golo Kante kecil juga melakukan hal serupa.
ADVERTISEMENT
Hore, masuk timnas! (Foto: REUTERS/Eric Gaillard)
zoom-in-whitePerbesar
Hore, masuk timnas! (Foto: REUTERS/Eric Gaillard)
Dilatih dengan masa kecil yang sulit, Mbappe sudah terbiasa dengan tekanan hidup. Di bawah asuhan sang ayah, Wilfried, Mbappe mengenal sepak bola dan talentanya mulai dikenal publik. Sang ibu, Fayza, juga acap memberikan saran bagi Mbappe kecil tentang olahraga, karena dia adalah seorang atlet bola tangan.
Tumbuh dengan tekanan membuat Mbappe menjadi kuat. Karier sepak bola Mbappe melesat. Dimulai dari tim lokal di Bondy, Mbappe mulai serius belajar menyepak bola bersama AS Monaco, menepikan tawaran lain dari klub besar Eropa macam Real Madrid, Chelsea, Liverpool, Manchester City, dan Bayern Muenchen yang datang kepadanya. Di Monaco, dia menjadi matang bersama para pemain muda lain.
Sukses bersama Monaco, Mbappe pulang kampung ke Paris dan menjadi pemain Paris Saint-Germain. Berkolaborasi dengan pemain kelas dunia lain macam Neymar dan Edinson Cavani, Mbappe semakin berkembang. Dia menjadi talenta andalan PSG, sampai akhirnya perjalanannya berlanjut ke Timnas Prancis senior dan menjadi juara Piala Dunia 2018.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari segala prestasi yang Mbappe raih, pada dasarnya, dia adalah cerminan dari sebuah kesuksesan banlieue menyumbang talenta untuk skuat Prancis. Bersama Pogba dan Kante, Mbappe menjadi andalan untuk menyuarakan bahwa banlieue bukanlah tempat awal apartheid versi baru akan terjadi. Banlieue adalah sebuah jembatan baru yang dapat merekatkan Prancis secara multikultural.
Mbappe sendiri, dengan kemampuannya, menjadi andalan dari masyarakat Bondy untuk mengenalkan Bondy kepada dunia. Lewat penampilan apik Mbappe, yang ditempa oleh kerasnya hidup di Bondy, masyarakat berharap Bondy akan menjadi wilayah banlieue yang dipenuhi aura positif, bukan dipenuhi oleh aura negatif seperti yang dipikirkan banyak orang.
"Semua orang sangat bangga dan senang, benar-benar luar biasa. Ini merupakan bukti bahwa Bondy juga memiliki hal positif, sebagai sebuah tempat di mana semua orang bisa bercengkrama bersama," ujar Shaima Outoia, seorang pekerja dan pelatih olahraga yang mengenal Mbappe, dilansir The Guardian.
ADVERTISEMENT
"Sementara itu di TV, Kylian tampak terlihat serius, menjadi andalan kami. Tapi, saya akan tetap mengenalnya sebagai pribadi yang baik, menyenangkan, dan selalu membuat orang tertawa," tambahnya.
Kylian Mbappe rayakan kemenangan PSG. (Foto: REUTERS/Regis Duvignau)
zoom-in-whitePerbesar
Kylian Mbappe rayakan kemenangan PSG. (Foto: REUTERS/Regis Duvignau)
Di Masa Depan, Apakah Mbappe Akan Tetap Menjadi Andalan?
Dengan usia yang masih 19 tahun, Mbappe memiliki masa depan yang masih sangat panjang. Pada Piala Dunia 2022 nanti, dia masih akan berusia 23 tahun. Di ajang Piala Dunia 2026, dia masih akan berusia 27 tahun. Secara usia, dan jika dia bisa menjaga tubuhnya dengan baik, Mbappe masih akan bisa bermain sampai Piala Dunia 2034.
Namun, masa depan Mbappe akan panjang jika dia memang diasuh dengan baik. Teraktual, dia akan ditangani oleh pelatih baru di PSG, yakni Thomas Tuchel. Di bawah asuhan Tuchel, akankah Mbappe bersinar selayak ketika ditangani oleh Unai Emery musim 2017/2018 silam?
ADVERTISEMENT
Jawabannya, tentu saja. Selain pernah memiliki pengalaman menangani pemain muda di Borussia Dortmund bernama Christian Pulisic, skema yang akan diterapkan Tuchel juga dapat mengakomodir kemampuan Mbappe yang baik dalam mengacak-ngacak pertahanan lawan lewat dribel serta apik melanjutkan transisi tim dari bertahan ke menyerang, atau sebaliknya.
Di bawah skema 4-1-4-1 andalan Tuchel (4-3-3 dengan dua winger yang bermain lebih melebar), Mbappe akan punya banyak ruang untuk dieksploitasi. Ditambah lagi jika dia dapat bekerja sama dengan full-back kanan (Dani Alves), maka Mbappe akan semakin bersinar. Dia akan seperti rekan setimnya di Timnas Prancis, Ousmane Dembele, yang muncul dan bersinar di bawah asuhan Tuchel di Dortmund.
Selain itu, skema dasar 4-1-4-1 akan semakin maksimal bagi Mbappe jika dia diberikan peran penting ketika tim melakukan serangan balik. Lewat kecepatan dan kemampuan dribelnya, di ajang Piala Dunia 2018, Mbappe mendemonstrasikan bahwa dia menjadi pemain yang sangat berbahaya ketika sebuah tim melakukan serangan balik.
ADVERTISEMENT
Mbappe dalam sebuah laga bersama PSG. (Foto: Fredereick Florin/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mbappe dalam sebuah laga bersama PSG. (Foto: Fredereick Florin/AFP)
Jika Tuchel menjadikan Mbappe kunci dalam serangan balik Prancis, maka Mbappe akan semakin berkembang sebagai salah satu penyerang berbahaya di dunia. Ini yang akan terjadi di klub jika Mbappe dimaksimalkan sedemikian rupa. Lalu, bagaimana kelanjutan karier Mbappe di TImnas?
Selain tergantung kepada penampilan Mbappe di klub, penampilan apik Mbappe di Timnas juga akan bergantung kepada selera pelatih Timnas kelak. Di bawah asuhan Deschamps, kemampuan Mbappe dapat termaksimalkan karena dia dijadikan pusat dalam banyak serangan balik Prancis. Pertanyaannya, bagaimana jika kelak pelatih Prancis berganti?
Tak perlu khawatir, karena pada dasarnya, Mbappe memang punya talenta yang tak akan mungkin luput dari mata pelatih manapun. Intinya, serahkan saja bola kepada Mbappe, dijamin urusan di atas lapangan akan selesai (menjadi gol).
ADVERTISEMENT