news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Setelah Timnas U-19 Gagal ke Piala Dunia, Apa yang Harus Dibenahi?

29 Oktober 2018 16:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekalahan Timnas Indonesia saat melawan Jepang di perempat final AFC U-19 Championship. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kekalahan Timnas Indonesia saat melawan Jepang di perempat final AFC U-19 Championship. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia untuk dua kelompok umur, U-16 dan U-19, telah menyelesaikan petualangan di Piala Asia 2018. Hasilnya memang belum memenuhi target Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), tetapi terbesit harapan karena kedua tim menapak babak perempat final.
ADVERTISEMENT
Teraktual, langkah Timnas U-19 terhenti di tangan Jepang. Jauh sebelumnya, Timnas U-16 kalah dari Australia. Hanya satu kemenangan lagi yang dibutuhkan masing-masing tim untuk menembus Piala Dunia.
Dari kiprah tersebut, mantan pemain Timnas Indonesia era 90-an, Supriyono Prima, melihat hasilnya sudah cukup baik. Menurut dia, ada perkembangan pesat dari tim muda Tanah Air sehingga bisa bersaing dengan negara-negara kuat di Asia. Namun, Supriyono tetap menyelipkan evaluasi untuk para junior yang kelak menjadi tulang punggung Timnas Indonesia.
Supriyono melihat pentingnya PSSI memberikan perhatian lebih ke level akar rumput. Sehingga, para calon pemain timnas kelompok umur sudah memiliki pemahaman ideal tentang teknik dasar seperti cara bertahan, menggiring bola, melepaskan operan, serta tembakan.
ADVERTISEMENT
''Semua pemahaman itu bisa didapatkan dari level sekolah sepak bola (SSB). Oleh karena itu, perlu adanya pelatih-pelatih kompeten yang memberikan edukasi kepada para pemain tentang poin-poin yang saya sebutkan tadi.
''Jika nantinya mereka sudah paham dari level paling bawah yaitu dari SSB, baru masuk ke kompetisi. Nah, dari kompetisi itu adalah wadah untuk memindahkan kemampuan mereka di latihan ke pertandingan. Nanti bisa dilihat, apa kekuarangan, dikoreksi, lalu dari kompetisi mulai terbentuk aspek mental bertanding yang baik.
Foto bersama Timnas Indonesia U-19. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama Timnas Indonesia U-19. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
''PSSI 'kan sudah menelurkan Filanesia (Filosofi Sepak Bola Indonesia) dari sana panduan untuk memberikan edukasi bagi tiap-tiap kelompok umur ada. Tinggal, kembali lagi seperti saya sampaikan, bagaimana pemberi edukasi, si eksekutor yakni pelatih di SSB, bisa memberikan pemahaman kepada pemain dan pemain itu memahami.
ADVERTISEMENT
''Jika nantinya sudah paham, perlahan-lahan bisa kita lihat nanti pemain melakukan minim kesalahan. Karena yang sama-sama kita lihat persoalan Timnas Indonesia ketika menjalani setiap pertandingan adalah bingung ketika berada di final third lawan. Bingung apakah akan melakukan shooting atau passing, itu saja. Timnas U-16 dan U-19 berbicara build-up, enggak ragu saya, bagus, kok. Tetapi pas sampai di depan gawang lawan? Mau ngapain, jadi bingung, sepertinya.''
Aspek lain yang disoroti Supriyono adalah bagaimana pemilihan pemain ke Timnas Indonesia. Dari pandangannya, pelatih sekelas Timnas Indonesia seperti tak banyak pilihan dalam memilih pemain karena stok terbatas.
Coach Fakhri Husaini di laga Timnas U-16 vs Timnas Iran U-16. (Foto: Adam Aidil, AFC.)
zoom-in-whitePerbesar
Coach Fakhri Husaini di laga Timnas U-16 vs Timnas Iran U-16. (Foto: Adam Aidil, AFC.)
Maka itu, Supriyono menyarankan agar penjaringan pemain di daerah dan kompetisi usia muda lebih dimatangkan oleh federasi. Meskipun, sejauh ini, PSSI telah menggulirkan liga untuk level U-19 dan U-16.
ADVERTISEMENT
''Kita sama-sama lihatlah bagaimana coach Fakhri (Husaini, pelatih Timnas U-16) dan coach Indra (Sjafri, pelatih Timnas U-19) dalam memilih pemain. Sebelum membentuk tim, mereka berdua harus 'turun gunung' dulu ke daerah-daerah buat nyari pemain, seleksi, bentuk lagi pemain melalui cara latihan. Repot. Sementara waktu untuk bersiap terbatas karena sudah mau turnamen.''
''Mestinya, pelatih-pelatih di daerah, di Asosiasi Kabupaten dan Asosiasi Kota, sudah bisa memberikan list-list nama yang benar-benar berkualitas masuk ke Timnas Indonesia. Karena begini, pemain yang masuk ke Timnas Indonesia adalah yang terbaik dari yang terbaik. Jadi ketika sudah di Timnas Indonesia mereka sudah memenuhi seluruh persyaratan sebagai seorang pemain nasional, ya pemahamannya, ya skill juga.
''Oke banyak kompetisi sekarang, tetapi banyaknya kompetisi, banyak lahir juga pemain bagus? Belum tentu. Karena kembali lagi, pemain bagus, punya pemahaman yang bagus. Itu kuncinya.''
ADVERTISEMENT