Shaun Evans: Wasit Asing Liga 1 yang Kontroversial

4 Agustus 2017 8:27 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shaun Robert Evans, wasit Australia di Liga 1 (Foto: @ALeague)
zoom-in-whitePerbesar
Shaun Robert Evans, wasit Australia di Liga 1 (Foto: @ALeague)
ADVERTISEMENT
Ada yang baru pada putaran kedua Gojek Traveloka Liga 1. Wajah-wajah baru akan menghiasi kompetisi seiring dengan keputusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) memakai jasa wasit asing.
ADVERTISEMENT
Pada paket pertama, PSSI telah mendatangkan wasit dan asisten wasit asal Australia dan Kyrgystan. Mereka akan mulai memimpin pada pekan ke-18 kompetisi.
Shaun Roberts Evans menjadi wasit yang ditugasi untuk memimpin partai Persib Bandung melawan PS TNI pada Sabtu (5/8/2017) besok. Mampukah sang pengadil asal Negeri Kangguru itu memimpin dengan baik?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari simak dahulu rekam jejaknya.
Dari segi jam terbang, Evans tampak sudah cukup berpengalaman. Berdasarkan footballdatabase, ia telah memimpin sebanyak 67 partai di empat ajang berbeda.
Evans tercatat pernah memimpin Chinese Super League sebanyak empat laga pada musim 2013/14 serta satu partai final Chinese FA Cup setahun sebelumnya. Ia telah terlibat aktif di A-League (Liga Australia) sejak musim 2012/13. Teranyar, Evan memimpin A-League musim 2016/17 sebanyak 54 pertandingan dan delapan partai FFA Cup.
ADVERTISEMENT
Dari 67 pertandingan yang pernah dipimpinnya, Evans tercatat telah mengeluarkan 265 kartu kuning dan 13 kartu merah.
Namun, sepak terjangnya di A-League sempat ternoda akibat kepemimpinannya yang dianggap tak becus. Itu terjadi pada musim lalu ketika Evans memimpin laga antara Adelaide vs Western Sydney pada Oktober 2016.
Masalah bermula ketika pemain Adelaide, Sergio Cirio, mendapat tekel keras dari lawan. Akan tetapi, Evans ketika itu hanya memberikannya kartu kuning.
Hal itu lantas membuat kubu Adelaide murka. Apalagi, Cirio menderita cedera parah akibat terjangan tersebut yang harus memaksanya menepi selama sepuluh pekan.
Usai laga, Chairman Adelaide Greg Griffin melayangkan protes resmi kepada Federasi Sepak Bola Australia (FFA). Tak tanggung-tanggung, mereka meminta agar Evans tak lagi memimpin pertandingan yang melibatkan Adelaide.
ADVERTISEMENT
“Bisa Anda bayangkan di Premier League, seorang pemain melakukan tekel seperti itu dan tak mendapatkan kartu merah? Mereka telah menunjuk wasit yang sebenarnya mencederai peraturan” ucap Griffin seperti dilansir The Advertiser.
Pasca-kejadian itu, nama Evans menjadi perbincangan di lini masa Twitter. Mereka rata-rata menghujat kepemimpinan sang pengadil lapangan hijau itu.
Meski demikian, nasib Evans masih selamat setelah FFA menolak permintaan Adelaide tersebut.
Namun, bukan berarti kontroversi Evans berhenti sampai di situ. Namanya kembali menjadi perbincangan ketika ditunjuk sebagai wasit pertama yang memimpin pertandingan A-League menggunakan sistem Video Assistant Referee (VAR).
Ketika itu, Evans memimpin partai antara Sydney FC melawan Wellington Phoenix pada April lalu. Kontroversi terjadi ketika ia membutuhkan waktu hingga 30 detik untuk mengecek sebuah kejadian handball di dalam kotak penalti melalui VAR.
ADVERTISEMENT
Berawal dari umpan silang, bola yang menuju kotak 16 dihalau bek Wellington Michael Zullo menggunakan tangannya. Melihat hal itu, pemain Sydney FC langsung mengerubungi Evans yang meminta diberikannya penalti.
Kendati demikian, wasit berlisensi FIFA itu tak menggubrisnya. Bola pun dikuasai oleh Wellington yang membangun serangan. Baru ketika bola mati--30 detik kemudian--Evans meniup peluitnya untuk melihat VAR.
Setelah menerima laporan dari wasit VAR, Evans lantas menunjuk titik putih untuk Sydney FC atas handball yang dilakukan pemain Wellington di dalam kotak penalti tadi. Kali ini, gantian pemain Wellington yang protes terhadap keputusan wasit 30 tahun ini.
Sydney FC akhirnya berhasil melesakkan gol dari eksekusi penalti. Akan tetapi, kemenangan mereka buyar lewat gol penyama kedudukan lawan yang tercipta pada menit-menit akhir.
ADVERTISEMENT
Dari sederet fakta itu, bagaimana performanya di Liga 1 nanti--yang jauh lebih bar-bar ketimbang A-League? Menarik dinantikan.