Siapa Suruh Tunjuk Maurizio Sarri Jadi Pelatih?

13 Februari 2019 13:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ekspresi Maurizio Sarri saat Chelsea dikalahkan Manchester City 0-6. Foto: Reuters/Carl Recine
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Maurizio Sarri saat Chelsea dikalahkan Manchester City 0-6. Foto: Reuters/Carl Recine
ADVERTISEMENT
"Ini baru setengah perjalanan dari musim pertama [Maurizio] Sarri tetapi hal terburuk yang bisa kukatakan adalah sepertinya dia sudah mengubah Chelsea menjadi Arsenal," kata Jamie Carragher setelah Chelsea dihantam Manchester City enam gol tanpa balas, Minggu (10/2/2019) malam WIB.
ADVERTISEMENT
Carragher tentu tidak bermaksud menghina Arsenal dalam pernyataannya tersebut. Mantan bek Liverpool itu cuma ingin berkata satu hal: Para pemain Chelsea tidak bermain dengan intensitas yang diperlukan untuk memenangi pertandingan sehingga mereka mudah sekali diruntuhkan. Deskripsi demikian adalah deskripsi yang dalam beberapa tahun terakhir lekat sekali dengan Arsenal.
Apa yang diucapkan Carragher itu juga tidak berlebihan. Pasalnya, hasil akhir sama sekali tak memihak Chelsea. Kekalahan 0-6 dari Manchester City adalah kekalahan terburuk Chelsea dalam sejarah Premier League. Plus, enam gol itu merupakan gol ke-12 yang bersarang di gawang Kepa Arrizabalaga dalam 3 pertandingan liga terakhir. Maka, lumrahlah jika orang-orang mulai mempertanyakan kapabilitas Sarri.
Tekanan terhadap Sarri tak berhenti sampai di situ. Pada Selasa (12/2), harian olahraga Spanyol, Diario AS, mengklaim bahwa Sarri sudah kehilangan kontrol atas ruang ganti Chelsea. Menurut AS, para pemain The Blues kebingungan menerjemahkan permintaan Sarri di atas lapangan. "Mereka merasa tidak nyaman dan itulah yang terlihat di lapangan," tulis AS.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, masa kepelatihan Sarri di Chelsea tak melulu suram. Pada awal-awal musim Chelsea sempat menjalani rentetan tak terkalahkan sampai 12 pertandingan. Bahkan, ketika mereka akhirnya kalah pun, Chelsea berhasil bangkit, salah satunya dengan cara memukul Manchester City 2-0 di Stamford Bridge.
Pada masa-masa itu segalanya bagaikan sinar mentari dan pelangi bagi Chelsea. Eden Hazard, pemain yang musim lalu merasa kesal pada pelatih Antonio Conte, saja terlihat senang bermain di bawah asuhan Sarri. Hazard mengatakan bahwa taktik Sarri memungkinkan dirinya untuk berkreasi lebih di lini depan. Bagi Chelsea, Hazard yang bahagia adalah sebuah keuntungan besar karena pria Belgia ini, di atas kertas, adalah pemain terbaik mereka.
Namun, itu semua lenyap bak ditelan bumi pada paruh kedua musim dan segalanya bisa dilacak sampai ketika Chelsea dikalahkan Wolverhampton Wanderers, awal Desember tahun lalu. Pada titik itu, Sarri sudah mulai mengeluhkan mentalitas pemainnya. Menurut mantan juru latih Napoli itu, para pemain Chelsea tak punya jiwa petarung yang bisa membuat mereka bangkit dari ketertinggalan dalam sebuah pertandingan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tiap kali Chelsea kalah, lagu lama itu terus diputar Sarri. Sampai akhirnya, muncullah klaim dari AS tersebut. Klaim itu, jika memang benar adanya, merupakan sebuah indikasi bahwa para pemain Chelsea sejatinya tak percaya lagi kepada Sarri.
Mosi tidak percaya dari para pemain itulah yang membuat Sarri berada dalam situasi genting. Conte dan Jose Mourinho saja, yang sudah pernah mempersembahkan gelar juara, bisa ditendang ketika para pemain, khususnya Hazard, tak mau lagi bekerja bersama mereka. Perlu dicatat bahwa sebelum kabar ini muncul, Hazard sempat mengeluh karena dimainkan lagi sebagai false nine ketika Gonzalo Higuain belum direkrut.
Situasi seperti inilah yang kemudian membuat media-media Inggris di sana menyebut Sarri tak lagi punya banyak waktu. Jurnalis Telegraph, Mark Ogden, bahkan menyebut Sarri sebagai 'a dead man walking'. Kendati begitu, masalah yang ada di Chelsea ini sejatinya begitu kompleks sehingga menyalahkan Sarri bukanlah cara yang bijak dalam memandangnya.
ADVERTISEMENT
Sarri memang tidak sempurna. Salah satu kelemahan terbesar Sarri adalah kekeraskepalaannya dalam menerapkan taktik. Dia tidak punya rencana cadangan dan itu membuat Chelsea menderita. Bahkan, seusai kalah 0-6 dari City, Sarri tetap bersikeras bahwa tujuannya adalah memainkan sepak bolanya sendiri, bukan sepak bola orang lain.
Inilah yang membuat para fan Chelsea frustrasi. Mereka tak habis pikir bagaimana bisa ada orang sekeras kepala Sarri. Suara-suara minor pun makin kerap terdengar seiring dengan semakin banyaknya hasil negatif yang dipetik Chelsea.
Meski demikian, memang begitulah Sarri. Setidaknya sudah sejak di Napoli dia bersikap seperti ini. Rencana cadangan memang tidak ada dalam kamusnya. Pada dasarnya, ini sama dengan Pep Guardiola di Barcelona dulu, di mana satu-satunya rencana cadangan adalah tetap bertahan dengan rencana utama.
ADVERTISEMENT
Seharusnya, sudah sedari awal Chelsea sadar akan hal itu. Mereka menunjuk Sarri dan sudah sewajarnya mereka paham seperti apa karakter sang pelatih. Maka, karena semua sudah telanjur, Chelsea semestinya memberi Sarri waktu, uang, dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Apalagi, skuat Chelsea saat ini memang membutuhkan overhaul besar-besaran.
Chelsea yang kita kenal saat ini pada prinsipnya adalah Chelsea yang dibentuk oleh Mourinho pada 2004 silam. Chelsea adalah tim pragmatis yang selalu bisa beradaptasi terhadap lawan untuk memetik kemenangan. Semua gelar yang diraih Chelsea pada era Roman Abramovich diraih dengan mentalitas seperti itu.
Inilah yang sebenarnya harus diubah oleh Sarri dan sampai saat ini dia belum berhasil melakukannya. Para pemain yang dimilikinya saat ini sebagian besar sudah terbiasa menang dengan cara Chelsea yang biasanya dan mengubah kebiasaan itu sama sekali bukan perkara mudah. Di awal musim memang Sarri sempat berhasil tetapi, seperti kata orang, old habits die hard. Tak heran jika klaim seperti yang dilontarkan AS tadi muncul.
ADVERTISEMENT
Selama ini Sarri tetap berusaha teguh dengan pendiriannya. Salah satu contohnya adalah bagaimana dia terus memainkan Jorginho sebagai regista. Sudah berulang kali Sarri dikritik karena Jorginho dianggap tak memiliki kemampuan defensif bagus untuk dimainkan di dasar lini tengah. Menurut orang-orang Inggris, Sarri salah karena semestinya N'Golo Kante-lah yang bermain di sana.
Nyatanya, Sarri bergeming karena Jorginho adalah satu-satunya sosok yang dia anggap kapabel untuk menerjemahkan keinginannya di atas lapangan. Di Napoli, cara ini berhasil dan hampir saja membuahkan Scudetto seandainya mereka tidak menghadapi rival bernama Juventus dalam perebutan gelar juara. Perubahan fundamental seperti ini memang memakan waktu, tenaga, biaya, dan kesabaran.
Akan tetapi, Chelsea adalah Chelsea. Sebegitu doyannya mereka mengganti pelatih sampai-sampai dalam waktu kurang dari delapan tahun mereka punya delapan pelatih. Dari delapan pelatih itu, Sarri-lah yang benar-benar punya gaya berbeda. Sarri datang sebagai pelatih yang berulang kali dipuji oleh Guardiola dan itu membuat bebannya semakin besar saja.
ADVERTISEMENT
Jika sudah seperti ini, Chelsea harus membuat keputusan besar. Mereka perlu mengadakan pertemuan besar yang melibatkan Sarri, Abramovich, serta para direktur termasuk Marina Granovskaia. Chelsea harus memastikan apa yang sebenarnya mereka inginkan.
Guardiola serta Carragher sudah mengatakan bahwa sudah semestinya Chelsea mempertahankan Sarri. Menurut Guardiola, tidak mudah memulai segala sesuatu dari nol. Lalu, argumen Carragher adalah Sarri sudah membawa Chelsea ke final Piala Liga dan itu berarti hasil dari revolusi tadi sebenarnya mulai tampak.
Jika Chelsea memang ingin berubah dan menjadi seperti Manchester City atau Liverpool, maka mereka tak punya opsi selain mempertahankan Sarri. Tak cuma mempertahankan, malah. Selain itu, Chelsea juga wajib memberi Sarri segala yang dia butuhkan seperti yang diberikan City kepada Guardiola. Perlu diingat bahwa Guardiola juga tak berhasil di musim pertamanya. Namun, semua berubah di musim kedua ketika dia mendapat apa yang dia perlukan.
ADVERTISEMENT
Sarri punya potensi besar untuk berhasil bersama Chelsea. Sekarang masalahnya tinggal bagaimana Chelsea ingin bergerak maju. Apakah Chelsea menginginkan kesuksesan jangka pendek atau keberhasilan jangka panjang, itu semua terserah mereka. Jika memang kesuksesan jangka pendek yang dicari, maka Sarri bukan orang yang tepat.