news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010: Ke Mana Mereka Sekarang?

21 Desember 2018 14:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Indonesia di  AFF Suzuki Cup 2010. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Indonesia di AFF Suzuki Cup 2010. (Foto: AFP/BAY ISMOYO)
ADVERTISEMENT
Sudah delapan tahun berlalu, tetapi Piala AFF 2010 tak pernah lekang oleh waktu. Di antara lima partai final yang dijejak Timnas Indonesia, laga puncak Piala AFF 2010 mendapat tempat 'spesial' di hati pecinta sepak bola nasional.
ADVERTISEMENT
Ya, skuat 'Garuda' asuhan Alfred Riedl begitu perkasa ketika itu. Mengemas tiga kemenangan di babak grup atas Malaysia, Laos, dan Thailand dengan total melesakkan 13 gol dan hanya kemasukan tiga gol.
Kedahsyatan Cristian Gonzales dan kolega semakin nyata manakala menghantam Filipina pada laga semifinal yang berlangsung dua leg dengan kemenangan agregat 2-0. Padahal, Filipina ketika itu diperkuat belasan pemain naturalisasi.
Meski demikian, kedigdayaan Timnas Indonesia seketika luntur begitu menjejak partai final leg pertama. Pada 26 Desember 2010, Stadion Bukit Jalil menjadi saksi tak berdayanya Timnas Indonesia saat menghadapi Malaysia selaku tuan rumah.
Tiga gol bersarang ke gawang Markus Horison di babak kedua. Rangkaian gol yang banyak dinilai lahir dari proses yang janggal. Kekalahan itu pula yang tak bisa dibalas Timnas Indonesia kala berlaga di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada leg kedua.
ADVERTISEMENT
Kini, luka lama itu kembali merekah. Pemain-pemain yang terdaftar di skuat Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2010 kembali menjadi perbincangan terkait dengan dugaan pengaturan skor tersebut.
Lantas, sudah delapan tahun berlalu, ke mana mereka sekarang?
Markus Horison
Nama Markus Horison mencuat setelah tampil apik mengawal gawang Timnas Indonesia di Piala Asia 2007. Ketika itu, Markus yang berstatus sebagai penjaga gawang kedua, dipercaya tampil sejak menit pertama menggantikan Jendri Pitoy saat menghadapi Korea Selatan.
Meski akhirnya Timnas Indonesia kalah 0-1 dari Korea Selatan dan dipastikan tersingkir, Markus tampil cukup menjanjikan dengan berani keluar dari sarangnya untuk memotong bola-bola lambung, sekaligus mematahkan sejumlah sepakan yang mengarah ke gawangnya.
Markus lantas mendapat tempat inti di Piala AFF 2008 dan berlanjut di Piala AFF 2010. Khusus di Piala AFF 2010, Markus juga tampil ciamik. Dari lima partai hingga semifinal, gawangnya hanya kebobolan tiga gol.
ADVERTISEMENT
Kiper Indonesia Markus Horison saat pertandingan melawan Filipina pada 19 Desember 2010. (Foto: AFP/ADEK BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Indonesia Markus Horison saat pertandingan melawan Filipina pada 19 Desember 2010. (Foto: AFP/ADEK BERRY)
Namun, penampilannya ternoda setelah kebobolan tiga gol saat melawan Malaysia pada leg pertama final. Sementara, pada leg kedua yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, gawang Markus kemasukan satu gol.
Markus tercatat sebagai kiper Persib Bandung pada 2010. Setelah itu, dia kembali membela tanah kelahirannya dengan bergabung bersama PSMS Medan.
Pada 2016, Markus memutuskan untuk pensiun. Ia sempat banting setir dengan terjun ke dunia politik. Markus diketahui menjadi kader Partai Perindo Kabupaten Langkat.
Dua tahun berselang, pria 37 tahun ini memutuskan untuk kembali ke lapangan hijau dengan menjadi pelatih kiper dari klub Liga 2, Aceh United.
Zulkifli Syukur
Zulkifli Syukur sejatinya tak begitu terdengar di persepakbolaan nasional. Pada awal kariernya, ia lebih banyak berkutat dengan klub-klub kecil. Namanya baru mulai mendapat perhatian manakala ia memperkuat Arema Malang pada 2008 hingga akhirnya dipanggil memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010.
ADVERTISEMENT
Berposisi sebagai bek kanan, Zulkifli tampil apik selama perhelatan Piala AFF 2010. Posisinya tak tergantikan.
Kini, pada usia 34 tahun, Zulkifli masih aktif bermain. Ia menjadi bagian penting dari PSM Makassar dengan dipercaya menjabat kapten tim. Pada musim ini, mantan pemain Mitra Kukar dan Borneo FC ini tercatat 21 kali tampil dengan mencatatkan dua assist.
Maman Abdurrahman
Lini belakang Timnas Indonesia kala itu menjadi milik bagi Maman Abdurrahman dan Hamkah Hamzah. Duet jantung pertahanan ini tampil sangat baik dalam gelaran Piala AFF delapan tahun lalu itu. Pada babak grup saja, Maman bisa mengawal pertahanan Timnas dan hanya kebobolan dua gol di empat laga.
Sayang, kiprah apik Maman tak berlanjut di petandingan final. Blunder dibuatnya membuat gol tercipta untuk Malaysia di pertandingan final leg pertama. Blunder Maman mengubur mimpi untuk menjadi juara. Tapi, kiprah Maman tak hanya sampai di situ.
ADVERTISEMENT
Maman Abdurrahman (Foto: Instagram @memendurehmen56)
zoom-in-whitePerbesar
Maman Abdurrahman (Foto: Instagram @memendurehmen56)
Pada level klub, pemain yang pernah berseragam PSIS Semarang ini baru saja menjadi juara Liga 1. Ya, bersama Persija Maman tampil apik dan menjadi pilihan utama tim ibu kota. Duet Maman dengan Jaimerson Silva menjadi tembok kokoh yang sulit ditembus. Persija pun hanya kebobolan 36 kali sepanjang turnamen.
Hamka Hamzah
Sama seperti Zulkifli, Hamka Hamzah juga masih aktif bermain hingga saat ini. Ketika memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010, Hamka tercatat sebagai penggawa Persipura Jayapura.
Setelah itu, pemain 34 tahun ini kerap gonta-ganti klub. Ia sempat memperkuat Mitra Kukar (2011-2014), PKNS/Malaysia (2014), Borneo FC (2014-2016), Arema Cronus (2016-2017), PSM Makassar (2017), dan Sriwijaya FC (2018).
Namun, Hamka hanya setengah musim berada di Sriwijaya FC. Pemain yang berposisi sebagai bek ini kemudian hijrah ke Arema FC hingga Liga 1 2018 berakhir.
ADVERTISEMENT
Bersama Sriwijaya FC, Hamka tercatat bermain sebanyak 15 kali dengan torehan empat gol. Sementara, ketika memperkuat Arema FC, ia merumput sebanyak 19 kali.
M. Nasuha
Tak banyak yang mengenal M. Nasuha sebelum membela Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Penampilannya tenang ketika dipercaya mengisi satu pos di bek kiri.
Meski bukan pemain kidal, Nasuha nyatanya tak canggung menempati posisinya tersebut. Nasuha sempat menjadi ikon dari perjuangan Timnas Indonesia di Piala AFF 2010 kala bermain dengan perban di kepalanya akibat cedera.
Namun, karier sepak bolanya ternyata tak begitu panjang. Setelah Piala AFF 2010, Nasuha masih sempat membela Timnas Indonesia setahun berikutnya. Ia bahkan sempat melesakkan gol spektakuler ketika Timnas Indonesia melawan Turkmenistan dalam Kualifikasi Piala Dunia 2014.
ADVERTISEMENT
Karier Nasuha sempat terhenti akibat cedera parah yang dialaminya. Ia menderita robek meniscus yang disertai pecah tulang rawan di bagian lutut kirinya kala memperkuat Persib Bandung pada 2011.
Butuh waktu sekitar tiga tahun bagi pria kelahiran Serang, Banten, untuk pulih dari cederanya. Pada 2014, Nasuha sempat kembali merumput dengan berlaga bersama Cilegon United yang kala itu berlaga di Divisi Satu.
Sayangnya, cederanya kambuh. Sejak saat itu, Nasuha lebih banyak berkutat untuk menyembuhkan cederanya. Dan, tak pernah lagi kembali ke lapangan hijau hingga detik ini.
M. Ridwan
Pada gelaran Piala AFF 2010, Muhammad Ridwan menjadi pilihan utama di sisi kanan penyerangan Indonesia. Pemain yang pernah bermain bersama PSIS Semarang dan Persib Bandung itu berhasil mencetak tiga gol selama kompetisi.
ADVERTISEMENT
Setelah sukses mengantarkan Persib menjadi juara Liga Indonesia di musim 2014, karier Ridwan semakin nyaman saja. Sempat kembali ke PSIS untuk bermain di Liga 2, Ridwan kini menjabat sebagai pelatih muda PSIS. Tepat di Januari tahun ini, PSIS mempromosikan Ridwan sebagai pelatih Tim U-19 mereka.
Firman Utina
Sama seperti kebanyakan penggawa yang lain, Firman juga masih aktif bermain hingga saat ini. Ya, pemain yang menjadi kapten digelaran Piala AFF 8 tahun lalu itu baru saja mengantarkan Kalteng Putra promosi ke Liga 1.
Firman Utina di pertandingan Indonesia lawan Malaysia pada 26 Desember 2010. (Foto: AFP/KAMARUL AKHIR)
zoom-in-whitePerbesar
Firman Utina di pertandingan Indonesia lawan Malaysia pada 26 Desember 2010. (Foto: AFP/KAMARUL AKHIR)
Selain itu, Firman kini juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Firman menggantikan peran dari Ponaryo pada Januari lalu.
Pada Piala AFF 2010, Firman mendapat kenangan pahit. Dirinya gagal mengeksekusi penalti di pertandingan final leg kedua vs Malaysia.
ADVERTISEMENT
Ahmad Bustomi
Di Piala AFF 2010, duet Firman Utina dan Ahmad Bustomi menjadi duet yang komplet di lini tengah Timnas. Firman piawai untuk menginisiasi serangan dengan mengandalkan umpan-umpan jauhnya. Kemudian, Bustomi memiliki fungsi yang lebih bertahan. Dirinya memang tak memiliki atribut fisik yang kuat untuk melakukan duel. Akan tetapi, kemampuan membaca permainan serta memotong umpan menjadi kelebihan dari pemain yang identik dengan nomor 19 itu.
Pada level klub, Bustomi lebih sering tampil bersama klub kota kelahirannya Arema FC. Tapi, saat ini Cimot -panggilan Bustomi- bermain untuk Mitra Kukar. Sudah sejak musim lalu Bustomi bermain untuk tim 'Naga Mekes'. Namun, petaka menimpa Bustomi di musim ini. Cedera lutut yang menimpa pemain berusia 33 tahun itu membuatnya harus naik meja operasi. Bustomi pun tak merumput pada gelaran Liga 1 musim ini.
ADVERTISEMENT
Okto Maniani
Bisa dibilang Okto menjadi rising star di gelaran Piala AFF 2010 lalu. Kecepatannya menyisir sayap kiri menjadi kelebihan pemain yang pernah membela PSMS Medan itu. Ada satu gol yang dibuat pemain bernomor 10 itu pada gelaran Piala AFF tersebut.
Pemain sayap Indonesia, Okto Maniani. (Foto: Adek Berry/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain sayap Indonesia, Okto Maniani. (Foto: Adek Berry/AFP)
Setelah AFF, karier Okto semakin gemilang saja. Bahkan, tak hanya di dalam lapangan, di luar lapangan Okto juga menjadi bintang. Sinetron di layar kaca pernah dibintangi oleh pemain kelahiran 27 Oktober 1990 tersebut. Kemudian, Okto juga sempat membelar Persiram Raja Ampat dan berbagai tim di Indonesia. Tapi, cedera dan tindakan indisipliner membuat kariernya merosot. Terakhir, Okto tercatat sebagai pemain Perserang di Liga 2.
Cristian Gonzales
Piala AFF 2010 menjadi pertama kali untuk Cristian Gonzales mengikuti turnamen resmi bersama Timnas. Pria yang lahir di Uruguay itu menjadi pilar utama di lini depan skuat 'Garuda'. Berduet dengan Irfan Bachdim, Gonzales sukses mengemas tiga gol sepanjang turnamen.
ADVERTISEMENT
Yang masih dikenang tentunya gol cantik ke gawang Filipina di babak semifinal. Ketika itu, Gonzales melakukan tendangan jarak jauh yang langsung menerobos gawang Filipina.
Kiprah El Loco pun cenderung memuaskan bersama klub. Total ada 25 gol yang dia bukukan bersama Arema FC dalam tiga musimnya. Yang paling anyar tentu apiknya Gonzales dalam membantu PSS Sleman promosi ke Liga 1. Pada pertandingan final, Gonzales mengemas satu gol yang membantu PSS menang dengan skor 2-0.
Irfan Bachdim
Wajahnya yang tampan menjadi magnet sendiri bagi Irfan Bachdim saat gelaran Piala AFF 2010. Namun, Bachdim tak hanya modal tampang saja karena kemampuan olah bolanya juga ciamik.
Pemain yang lahir di Amsterdam Belanda itu menjadi tandem yang cocok untuk Gonzales di lini depan Timnas Indonesia. Bila Gonzales cenderung seorang target man dengan kemampuan menahan bola yang baik, Irfan melengkapinya dengan kecepatan dan kemampuan membawa bola. Ya, Irfan akan bergerak liar dan melebar untuk memancing para bek lawan keluar.
ADVERTISEMENT
Etheridge mengamankan bola dari sontekan Irfan Bachdim. (Foto: ADEK BERRY / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Etheridge mengamankan bola dari sontekan Irfan Bachdim. (Foto: ADEK BERRY / AFP)
Pada gelaran Piala AF delapan tahun lalu, Irfan sukses mengemas 2 gol untuk Timnas Indonesia. Sayang, Irfan gagal membawa Timnas menjadi juara turnamen terbesar se-Asia Tenggara itu.
Untuk level klub, Irfan masih sangat berguna. Dirinya hingga kini masih terdaftar sebagai pemain Bali United. Akan tetapi, musim lalu Irfan tak cemerlang penampilannya. Faktor cedera membuat suami Jenifer Bachdim ini hanya bermain sebanyak 18 kali dan mengemas sebiji gol.