Soal Pelecehan Rasial, Kevin-Prince Boateng Semprot Wakil PM Italia

29 Desember 2018 18:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kevin-Prince Boateng tatkala masih memperkuat Eintracht Frankfurt. (Foto: AFP/Christof Stache)
zoom-in-whitePerbesar
Kevin-Prince Boateng tatkala masih memperkuat Eintracht Frankfurt. (Foto: AFP/Christof Stache)
ADVERTISEMENT
Wakil Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, menjadi salah satu figur publik dari luar sepak bola yang ikut berkomentar soal pelecehan rasial terhadap Kalidou Koulibaly. Salvini berkata bahwa wasit Paolo Mazzoleni sudah bertindak benar dengan tidak menyetop pertandingan Internazionale vs Napoli ketika pelecehan terjadi.
ADVERTISEMENT
Apa yang dikatakan Salvini tersebut mendapat reaksi keras dari Kevin-Prince Boateng. Mantan pemain Milan asal Ghana itu, dalam wawancara dengan Corriere della Sera, menyebutkan bahwa sikap Salvini yang tidak membesar-besarkan rasialisme di Italia itu salah.
"Sepengelihatanku, situasinya tidak membaik, tetapi memburuk. Waktu itu aku cuma berhadapan dengan 50 fans. Di San Siro kemarin ada 10 ribu orang," kata Boateng.
Pemain yang kini berseragam Sassuolo itu memang punya pengalaman tidak mengenakkan terkait rasialisme. Pada 2013, ketika masih bermain untuk Rossoneri, Boateng dilecehkan secara rasial oleh sejumlah pendukung Pro Patria dalam sebuah pertandingan persahabatan. Boateng merespons tindakan itu dengan berjalan meninggalkan pertandingan.
Boateng paham betul bagaimana rasanya menjadi pemain yang dilecehkan seperti Koulibaly. Menurut pria blasteran Ghana-Jerman itu, banyak orang bodoh di tribune yang menganggap bahwa orang kulit hitam tak ada bedanya dengan monyet dan perilaku itu ditiru oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
"Coba kalian tanya ke Koulibaly apa yang dia rasakan ketika meninggalkan lapangan. Kuberi tahu, ya, dia rasanya seperti dilindas kereta api. Buat Salvini, wasit bertindak benar dengan tidak menghentikan pertandingan? Ngawur!" semprot Boateng.
"Koulibaly pasti merasa tak keruan dan begitu pula dengan beberapa pemain Inter. Menyetop pertandingan semestinya jadi langkah yang tepat, apalagi dengan adanya jutaan orang yang menonton lewat televisi. Aku cuma ingin orang bisa mengerti bagaimana rasanya dihina karena berkulit hitam. Memangnya kita harus menunggu sampai ada yang mati dulu?" lanjut saudara tiri Jerome Boateng itu berapi-api.
Bek Napoli, Kalidou Koulibaly. (Foto: Marco Bertorello/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Bek Napoli, Kalidou Koulibaly. (Foto: Marco Bertorello/AFP)
Menurut Boateng, saat ini yang diperlukan dalam sepak bola adalah sosok seperti Colin Kaepernick. Kaepernick merupakan quarterback NFL yang dikenal dengan aksi berlututnya untuk memprotes ketidakadilan sosial terhadap orang-orang kulit hitam dan minoritas di Amerika Serikat. Sebelum aksi berlutut itu Kaepernick bermain untuk San Francisco 49ers, tetapi kini dia belum mendapatkan tim lagi.
ADVERTISEMENT
"Di ruang ganti ini sudah sering dibicarakan, Kami setuju bahwa keberanian bersuara adalah hal yang dibutuhkan. Banyak orang yang bilang bahwa lebih baik fenomena yang ada tidak usah digubris, tetapi mereka salah," tutur mantan pemain Las Palmas ini.
"Kita butuh sosok seperti Colin Kaepernick, seseorang yang sudi mengorbankan segalanya untuk mengirim pesan penting. Spanduk antirasialisme saja enggak cukup, begitu juga dengan iklan sebelum pertandigan Liga Champions. Yang kita butuhkan adalah kampanye kepedulian, terutama di sekolah-sekolah. Slogan 'tanpa toleransi' punya UEFA lama-lama juga tak berguna."
"Faktanya adalah, rasialisme masih ada di mana-mana. Kita semua sudah terlambat dan tidak punya pilihan selain memulai segalanya saat ini. Tidak boleh ada tapi-tapian," tandas Boateng.
ADVERTISEMENT