Soal Status Ezra Walian di Timnas Indonesia, Begini Duduk Perkaranya

22 Maret 2019 13:37 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Timnas Indonesia U-23, Ezra Walian menjalani sesi latihan jelang laga perdana kualifikasi Piala Asia U-23 2020 melawan Thailand di Stadion My Dinh, Hanoi, Kamis (21/3/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Timnas Indonesia U-23, Ezra Walian menjalani sesi latihan jelang laga perdana kualifikasi Piala Asia U-23 2020 melawan Thailand di Stadion My Dinh, Hanoi, Kamis (21/3/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba petir itu menyambar. Lewat surat resmi yang dilayangkan kepada PSSI, FIFA menyatakan bahwa Ezra Walian, salah satu pemain Timnas U-23 yang dipersiapkan untuk menghadapi Kualifikasi Piala Asia U-23 2020, dilarang untuk bermain bagi Timnas Indonesia, baik di level kelompok umur maupun senior.
ADVERTISEMENT
Ezra adalah pemain naturalisasi. Dia lahir dan besar di Belanda. Ilmu sepak bolanya pun dia dapatkan di sana bersama Haarlem, AZ, dan Ajax. Lalu, pada 18 Mei 2017, Ezra bersama sang ayah, Glenn Walian (yang berdarah Manado), disumpah untuk menjadi Warga Negara Indonesia. Saat itu, Ezra masih berstatus sebagai pemain Jong Ajax. Ezra dinaturalisasi sebagai bagian dari persiapan Timnas U-23 Indonesia menghadapi Asian Games 2018.
Setelah resmi menjadi WNI, Ezra pun mulai disertakan dalam pertandingan-pertandingan Timnas Indonesia. Pada Agustus 2017, Ezra disertakan pelatih Luis Milla Aspas untuk jadi bagian Timnas U-22 yang berkompetisi di ajang SEA Games. Ezra bahkan sukses mencetak satu gol pada turnamen tersebut, tepatnya saat Indonesia menundukkan Kamboja 1-0.
ADVERTISEMENT
SEA Games 2017 merupakan ajang resmi pertama Ezra berseragam Timnas Indonesia. SEA Games sendiri tidak masuk dalam agenda FIFA, tetapi sebelum itu Ezra justru sudah pernah membela 'Garuda' dalam pertandingan FIFA Matchday menghadapi Myanmar di Stadion Pakansari.
Pertandingan melawan Myanmar itu terjadi pada 21 Maret 2017. Ketika itu yang turun memang para pemain Timnas U-22, tetapi pertandingan itu tercatat sebagai pertandingan level senior karena digelar pada kalender FIFA Matchday. Adapun, Ezra sendiri kala itu belum secara resmi dinaturalisasi tetapi bisa turun bermain berkat Keputusan Presiden yang diteken Presiden Joko Widodo. Ezra di laga itu tampil sebagai pemain cadangan yang masuk menggantikan Marinus Wanewar.
Ezra Walian saat melakukan pemanasan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Setelah pertandingan itu dan SEA Games, karier Timnas Ezra sempat mandek. Pada Asian Games 2018 lalu, Ezra akhirnya justru tidak ikut membela Timnas U-23 yang masih diasuh Milla. Ketika itu Ezra baru saja merampungkan kepindahan dari Almere City menuju RKC Waalwijk. Oleh tim pelatih RKC, Ezra tidak dilepas dengan alasan adaptasi.
ADVERTISEMENT
Nama Ezra pun kemudian jadi cukup jarang terdengar sampai akhirnya pelatih Timnas U-23 saat ini, Indra Sjafri, memanggilnya kembali untuk menghadapi Kualifikasi Piala Asia U-23. Sebenarnya, nama Ezra sudah masuk pertimbangan kala Indra memimpin Timnas U-22 ke Piala AFF lalu. Namun, lagi-lagi, karena tidak dilepas oleh RKC, Ezra pun terpaksa tidak bisa datang.
Ezra akhirnya baru datang pada pertengahan Maret 2019. Meski terlambat, Ezra langsung masuk dalam rencana Indra. Oleh Indra, pemain 21 tahun ini pun diikutsertakan ke Vietnam. Sampai akhirnya, surat dari FIFA itu tiba dan kini masa depan Ezra bersama Timnas Indonesia, di level apa pun, berada dalam bahaya.
Argumen yang diberikan FIFA dalam surat yang melarang Ezra tampil untuk Timnas Indonesia tadi adalah bahwa pemuda kelahiran Amsterdam itu sudah pernah membela Belanda di pertandingan 'Level A' sebelum berganti kewarganegaraan. Pertandingan 'Level A' yang dimaksud itu kemungkinan besar adalah Kualifikasi Piala Eropa U-17.
ADVERTISEMENT
Faktanya, Ezra memang pernah memperkuat Timnas U-17 Belanda untuk Kualifikasi Piala Eropa 2014. Ezra kala itu bermain dalam pertandingan melawan Georgia dan San Marino. Ezra bahkan sukses mencetak 5 gol pada pertandingan melawan San Marino yang dimenangi Belanda 12-0. Kemudian, saat menghadapi Georgia, Ezra tampil selama 54 menit. Walau begitu, Ezra akhirnya tidak disertakan ke skuat akhir Belanda yang diberangkatkan ke turnamen.
Dua pertandingan itu sudah terjadi pada 2013 silam. Sebelum itu Ezra pernah memperkuat Belanda di level U-15 (2012) dan U-16 (2012 & 2013). Akan tetapi, setelahnya Ezra tak pernah lagi mengenakan seragam Oranje. Empat tahun kemudian Ezra berganti kewarganegaraan untuk membela negara asal leluhurnya, Indonesia. Semuanya pun berjalan cukup lancar bagi Ezra sampai akhirnya surat FIFA itu datang.
ADVERTISEMENT
Keabsahan Ezra sebagai pemain Timnas Indonesia itu mencuat pertama kali pada sesi Match Coordination Meeting (MCM) jelang laga, Kamis (21/3/2019). Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) belum bisa menerima pendaftaran Ezra karena ia tercatat pernah bermain untuk Timnas Belanda U-17 tadi.
Salah satu kutipan isi surat FIFA terkait status Ezra Walian yang didapat kumparanBOLA. Foto: Dok. kumparan
Oleh FIFA, lewat surat tertanggal 21 Maret 2019 yang ditandatangani oleh Football Regulatory Director FIFA Omar Ongaro dan Head of Players' Status Erika Montemor Ferreira dan dialamatkan kepada Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria itu, Ezra dilarang tampil untuk Indonesia. Larangan itu merujuk pada Statuta FIFA di bagian Regulations Governing the Application of the FIFA Statutes Pasal 8 Ayat 1.
"Berdasarkan 'Regulations Governing the Application of the FIFA Statutes', pemain yang memiliki kewarganegaraan baru hanya boleh satu kali meminta pindah kepada Asosiasi yang bisa memberikannya hak bermain, antara lain, bahwa 'pada penampilan penuh atau sebagai pemain pengganti pertamanya di laga interasional resmi untuk asosiasinya, maka dia telah memiliki kewarganegaraan dari tim yang diwakilinya tersebut," tulis surat itu.
ADVERTISEMENT
"Konsekuensinya, dan berdasarkan data dari dokumen yang dikirimkan, Ezra Walian tidak berhak untuk meminta berpindah Asosiasi merujuk kepada fakta bahwa dia pindah kewarganegaraan Indonesia setelah bermain dalam laga internasional di kompetisi resmi pertamanya sebagai salah satu perwakilan dari tim Belanda," lanjut pernyataan di surat tersebut.
Lebih lanjut, dalam surat itu, FIFA juga telah melakukan analisis secara hati-hati dari dokumen yang mereka miliki saat ini terkait Ezra.
"Dalam dokumen disebutkan bahwa pemain (Ezra Walian) berpindah kewarganegaraan Indonesia pada 20 Maret 2017, sebagaimana ditetapkan oleh Presiden Indonesia tertanggal 20 Maret 2017, juga berdasarkan dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada 18 Mei 2017. Lebih lanjut, berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) tertanggal 15 Maret 2019, sang pemain dipermasalahkan karena telah bermain dua pertandingan untuk Timnas Belanda di level U-17 dalam turnamen resmi pada 19 Oktober 2013 dan 22 Oktober 2013."
ADVERTISEMENT
Meski demikian, FIFA meminta kepada PSSI untuk bisa mengirimkan informasi atau bukti dokumen lainnya yang dirasa perlu. Hal itu dilakukan untuk menghindari kealpaan FIFA dalam menangani kasus tersebut.
Glenn Walian dan Ezra Walian. Foto: Alan Kusuma/kumparan
Jadi, demikianlah kronologi permasalahan yang dialami oleh Ezra. Pertanyaannya, apakah itu sudah benar? Lalu, bagaimana dengan pemain-pemain lain yang membela dua timnas berbeda?
Pasal dan ayat yang jadi rujukan FIFA itu secara lengkap berbunyi:
Jika seorang Pemain memiliki lebih dari satu kewarganegaraan, atau jika seorang Pemain mendapatkan kewarganegaraan baru, atau jika seorang Pemain bisa bermain untuk beberapa perwakilan karena alasan kewarganegaraan, dia boleh, sebelum ulang tahunnya yang ke-21, dan hanya sekali, meminta perubahan Asosiasi di mana dia bisa memainkan pertandingan internasional kepada Asosiasi negara lain di mana dia menjadi warga negara, dengan syarat sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
(a) Dia belum pernah bermain dalam satu pertandingan (baik secara penuh maupun sebagian) di kompetisi resmi di level internasional "A" untuk Asosiasinya yang sekarang, dan saat menjalani pertandingan internasional secara penuh maupun sebagian untuk Asosiasinya yang sekarang dia sudah punya kewarganegaraan di perwakilan yang ingin dia bela.
(b) Dia tidak dibolehkan bermain untuk Asosiasi barunya di kompetisi apa pun apabila sebelumnya dia sudah pernah membela Asosiasi lamanya di ajang tersebut.
Apabila pasal itu yang menjadi rujukan, maka seharusnya Ezra tetap bisa membela Timnas Indonesia di kelompok umur mana pun, termasuk senior. Sebab, pertama, Ezra sudah berpindah kewarganegaraan sejak 2017 ketika usianya masih 19 tahun. Dia juga baru sekali mengajukan perpindahan Asosiasi tempat bernaung.
ADVERTISEMENT
Kedua, Ezra sendiri belum pernah tampil untuk Belanda di ajang resmi internasional berlevel A. Ajang resmi internasional berlevel A ini terbatas pada laga-laga level senior dan pertandingan Ezra bersama Timnas U-17 tidak seharusnya dikategorikan sebagai pertandingan Level A. Malah, Ezra sendiri justru sudah pernah membela Indonesia di pertandingan Level A, yaitu pada pertandingan kontra Myanmar, Maret 2017 tadi.
Sekarang, coba bandingkan apa yang dialami Ezra dengan apa yang terjadi pada pemain Thailand, Charyl Chappuis. Chappuis, seperti halnya Ezra, juga merupakan pemain naturalisasi karena di Thailand, seperti halnya di Indonesia, dwikewarganegaraan tidak diakui. Chappuis yang lahir dan besar di Swiss itu pun harus disumpah terlebih dahulu untuk menjadi WN Thailand seraya melepas kewarganegaraan lawasnya.
ADVERTISEMENT
Bersama Swiss, Chappuis pernah tampil di kelompok umur U-15 sampai U-20. Bahkan, saat membela Swiss U-17 pemain 27 tahun itu membawa mantan negaranya menjadi juara Piala Dunia. Namun, pada 2013 lalu Chappuis sudah membela Timnas U-23 Thailand. Sekarang pun dia berstatus sebagai pemain timnas senior dengan sumbangsih dua gelar Piala AFF.
Meski begitu, pada 2013 lalu status Chappuis juga dipermasalahkan oleh AFC. AFC menganggap, karena Chappuis sudah membela Timnas U-17 Swiss di Piala Dunia maka dia tak bisa lagi membela Thailand di Kualifikasi Piala Asia saat itu. Akan tetapi, akhirnya masalah itu bisa diselesaikan dan Chappuis saat ini jadi pemain internasional Thailand sepenuhnya.
Selain kasus Chappuis, ada beberapa kasus lain yang bisa jadi contoh. Diego Costa, misalnya, pernah membela Timnas Brasil level senior dalam laga uji tanding yang notabene masuk pertandingan Level A FIFA, tetapi tetap bisa memperkuat Timnas Spanyol.
ADVERTISEMENT
FIFA membolehkan seorang pemain yang negaranya menganut dwikewarganegaraan seperti Brasil dan Spanyol berpindah negara, jika pertandingan yang diikuti si pemain bersama negara pertamanya hanya berstatus uji tanding atau friendly.
Geoffrey Kondogbia juga bisa jadi contoh. Setelah membela Prancis di level junior, pemain Valencia itu naik kelas ke level senior. Namun, karena Kondogbia cuma bermain di ajang uji tanding untuk Les Bleus, dia kini bisa membela Timnas Republik Afrika Tengah. Kemudian, ada Jack Grealish yang, menurut Transfermarkt, pernah memperkuat Timnas Republik Irlandia dan Inggris level U-21 di ajang Kualifikasi Piala Eropa yang sama. Grealish pun saat ini tercatat sebagai pemain Inggris, bukan Republik Irlandia.
Maka dari itu, keputusan FIFA untuk Ezra ini bisa jadi belum final. FIFA masih memberi kesempatan kepada PSSI untuk menyerahkan dokumen-dokumen valid yang menunjukkan bahwa Ezra sebenarnya bisa bermain untuk Indonesia. Kasus Chappuis, Diego Costa, Kondogbia, serta Grealish menjadi contoh nyatanya.
ADVERTISEMENT