Solskjaer: Saya Adalah Pelatih yang Tepat untuk Manchester United

23 April 2019 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Solskjaer mendampingi Man United di Camp Nou. Foto: Reuters/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Solskjaer mendampingi Man United di Camp Nou. Foto: Reuters/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Ketika didapuk sebagai pelatih interim Manchester United menggantikan Jose Mourinho di bulan Desember 2018 silam, Ole Gunnar Solskjaer diragukan banyak orang. Hal yang wajar, mengingat pengalaman Solskjaer sebagai pelatih begitu minim. Pria asal Norwegia ini hanya pernah menangani klub seperti Molde dan Cardiff City. Solskjaer bahkan membawa Cardiff turun kasta di akhir musim 2013/2014 lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, Solskjaer sukses mematahkan keraguan tersebut. Di laga pertamanya sebagai pelatih interim, ia mampu membawa United menggebuk Cardiff dengan skor 5-1. Enam laga Premier League berikutnya yang Solskjaer dan skuatnya jalani berakhir dengan kemenangan.
Berbagai hasil impresif terus didapatkan. Arsenal dan Chelsea berturut-turut disingkirkan dari Piala FA. Liverpool, yang begitu digdaya ketika bermain di kandang sendiri, ditahan imbang tanpa gol dalam pertandingan Premier League.
Puncak kejayaan Solskjaer tentu terjadi ketika United sukses menyingkirkan Paris Saint-Germain (PSG) di babak 16 besar Liga Champions awal bulan Maret 2019 lalu. Setelah kalah di laga leg pertama yang berlangsung di Old Trafford dengan skor 0-2, Solskjaer sukses membawa ‘Sang Iblis Merah’ menang dengan skor 3-1 di leg kedua. United akhirnya lolos berkat agresivitas gol tandang.
ADVERTISEMENT
Setelah kesuksesan mengalahkan PSG di Liga Champions ini, permintaan agar Solskjaer dipermanenkan mulai bergaung lebih kencang. Petinggi United tampak terpengaruh suara-suara itu. Dua kekalahan, dari Arsenal di Premier League dan dari Wolverhampton Wanderers di Piala FA, yang terjadi seusai laga leg kedua melawan PSG tak menghentikan niat bos United. Solskjaer resmi dipermanenkan di tanggal 28 Maret 2019.
Ole Gunnar Solskjaer setelah resmi dipermanenkan sebagai pelatih Manchester United. Foto: REUTERS/Jon Super
Anehnya, kontrak permanen itu tampak membuat Solskjaer kehilangan maginya. United selalu kalah dalam dua leg laga perempat final Liga Champions melawan Barcelona. Secara keseluruhan, Solskjaer hanya meraih dua kemenangan dari enam pertandingan setelah dipermanenkan. Kekalahan dengan skor telak 0-4 dari Everton di pertandingan terakhir United (21/4) lalu menjadi kekalahan terbesar Solskjaer semenjak menduduki kursi kepelatihan United.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, seusai kekalahan dari Everton itu, status Solskjaer sebagai pelatih permanen United dipertanyakan. Banyak orang yang menilai bahwa pemberian kontrak permanen terhadap pria berusia 46 tahun tersebut terlalu dini. Ada juga yang menyatakan bahwa Solskjaer memang tidak (belum) layak mendapat pekerjaan ini.
Bagi Solskjaer, semua keraguan itu tak ada artinya. Solskjaer tetap yakin bahwa ia adalah orang yang tepat untuk melatih United.
“Saya pikir saya adalah orang yang tepat untuk menjadi pelatih United. Namun, itu hanya pendapat saya. Saya merasa percaya diri dengan tim ini dan diri saya sendiri untuk mengambil pekerjaan ini,” ujar Solskjaer dikutip dari The Guardian.
“Ini adalah tantangan yang besar, dan ketika saya datang ke sini, saya sudah bilang bahwa saya akan menikmati setiap detiknya. Saya tak suka kekalahan, tetapi untuk keluar dari rentetan kekalahan adalah sebuah tantangan.”
ADVERTISEMENT
Sigurdsson berduel dengan Dalot dan Matic. Foto: REUTERS/Andrew Yates
Keyakinan Solskjaer sebenarnya sangat masuk akal. Sederetan hasil impresif yang didapatkan dalam masa ‘percobaan’-nya tak bisa dipinggirkan. Selain itu, Solskjaer sebenarnya sudah memiliki filosofi permainannya sendiri, yang dinilai layak untuk United. Filosofi yang dimaksud adalah permainan menyerang yang dinamis dan cepat.
Per tulisan eks pemain Premier League, Danny Higginbotham, di The Sun, Solskjaer ingin agar bek sayapnya ikut menyerang, penyerang sayapnya rajin menyisir ke dalam, dan bola digulirkan dengan cepat dari lini belakang ke lini depan.
Nah, menurut Higginbotham, yang membuat United saat ini ambruk adalah pemain-pemain yang dimiliki Solskjaer tak mempunyai kualitas yang cukup untuk mengaplikasikan filosofi sang pelatih. Memang, penyerang sayap United tak mampu untuk tajam secara konsisten, sementara semakin sedikit hal yang dibicarakan mengenai Ashley Young dan bek sayap United lainnya, semakin baik.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, bukan berarti Solskjaer ‘bersih’. Ada beberapa aspek yang masih butuh perbaikan dalam skema pria berambut ikal tersebut lewat sesi latihan yang mendetail. Salah satunya adalah soal menciptakan peluang.
Solskjaer seusai laga melawan Everton. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
Laga melawan Everton menjadi buktinya. United berhasil menguasai bola sebanyak 51,7%. Namun, hanya empat operan kunci yang berhasil dibikin Paul Pogba dkk. Di satu sisi, Everton—yang kalah penguasaan bola—sukses membuat 11 operan kunci. Hal seperti ini tentunya dapat dicegah apabila United memiliki banyak variasi, yang dapat diciptakan lewat komando pelatih dalam sesi latihan.
Solskjaer pribadi sudah menjanjikan bahwa akan pemain-pemain yang, berdasarkan perkataan Higginbotham, tak memiliki cukup kualitas akan dibuang.
“Saya dapat bilang bahwa banyak pemain United yang memenuhi standard, memiliki DNA klub. Namun, tentu saja, saya harus mendapatkan pemain baru, dan beberapa pemain akan keluar,” ungkap Solskjaer seperti dilansir Sky Sports.
ADVERTISEMENT
Meskipun begitu, Solskjaer juga harus melihat dirinya sendiri untuk membuktikan pernyataannya.