Stadion Piala Dunia 2014: Usai Pesta, Mereka Dilupakan Begitu Saja

15 Mei 2018 20:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sepinya Mane Garrincha Stadium saat ini. (Foto: Sergio Lima/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Sepinya Mane Garrincha Stadium saat ini. (Foto: Sergio Lima/AFP)
ADVERTISEMENT
“Menyelenggarakan Piala Dunia itu tidak enak. Brasil bahkan tidak mendapatkan keuntungan besar saat menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014. Menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 mungkin menjadi penyesalan terbesar Brasil.”
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh bekas Walikota Rio de Janeiro, Eduardo Paes, kepada ESPNFC. Apa yang dikatakan olehnya menjadi cermin bahwa menyelenggarakan Piala Dunia tak selamanya soal prestise jadi tuan rumah, tapi juga banyak narasi tidak menyenangkan.
Keputusan untuk menjadi tuan rumah diambil oleh Brasil pada 2003 lalu. Seiring pengumuman FIFA soal jatah negara Amerika Selatan, ‘Negeri Samba’ tak pikir panjang untuk mengambil kesempatan ini. Pada 13 April 2007, mereka diumumkan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014.
Menurut Financial Times, Brasil mengeluarkan 11,63 miliar dolar AS atau sekitar Rp 163 triliun demi menyelenggarakan Piala Dunia 2014. 30% dari angka tersebut (3,6 miliar dolar atau sekitar Rp 50 triliun) dikeluarkan oleh Brasil untuk stadion.
ADVERTISEMENT
Angka tersebut melebihi anggaran lain yang direncanakan oleh Brasil untuk Piala Dunia 2014, seperti pembebasan lahan dan pengembangan teknologi. Anggaran tersebut juga jauh lebih besar dibandingkan perbaikan sarana kesehatan dan keamanan.
Besarnya anggaran Brasil untuk stadion disebabkan oleh peraturan dari FIFA. Meski tidak memaksa setiap tuan rumah untuk membangun stadion, tapi mereka meminta setiap tuan rumah punya stadion dengan persyaratan yang bikin geleng-geleng kepala.
Hal tersebut berdampak besar bagi Brasil. Banyaknya persyaratan memaksa mereka membangun tujuh stadion baru dan merevitalisasi lima stadion lama. Sayangnya, Brasil tak berpikir panjang soal stadion-stadion tersebut.
Pembangunan stadion baru sebenarnya menuai pro kontra di masyarakat Brasil. Di satu sisi, ada kelompok masyarakat yang berpendapat bahwa hal ini memberi keuntungan karena membuka banyak lapangan pekerjaan baru.
ADVERTISEMENT
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa pembangunan stadion besar-besaran menyerap banyak anggaran negara. Batin sebagian orang, daripada mengeluarkan banyak uang untuk membangun stadion, lebih baiknya uangnya dialokasikan untuk pendidikan dan kesehatan.
Hal tersebut tak menghentikan rencana pemerintah Brasil membangun stadion. Satu tahun sebelum Piala Dunia 2014 digelar, 12 stadion dengan fasilitas dan teknologi papan atas sudah siap digunakan.
Masalah baru terlihat setelah Piala Dunia 2014 rampung. Beberapa stadion memang tampak cantik hingga hari ini, tapi beberapa di antaranya bermasalah karena tak memiliki rencana berkelanjutan, terutama setelah Piala Dunia 2014 usai.
Mane Garrincha di Brasilia menjadi yang paling naas. Dibangun dengan harga 550 juta dolar AS atau Rp 7 triliun rupiah, ia menjadi stadion termahal se-Brasil. Sebagai kawasan olahraga, ia memiliki gimnasium raksasa dan lintasan balap beraspal mulus.
ADVERTISEMENT
Harga pembangunan yang mahal dan fasilitas kelas satu tidak membuat Mane Garrincha diingat dan digunakan. Tingginya biaya sewa membuatnya tak dilirik. Berdasarkan laporan NPR, ia kini hanya menjadi tempat parkir bus dan truk yang biasa mangkal di sekitar.
Hal lebih parah dialami oleh Arena Pantanal di Cuiaba. Dibangun dengan anggaran sekitar 293 juta dolar AS atau Rp 4 triliun dan berkapasitas 41 ribu penonton, muncul beberapa rencana yang menyebutkan bahwa stadion tersebut bakal dihancurkan.
Kesalahan pembangunan menjadi alasan mengapa Arena Pantanal hendak dirobohkan. Buruknya lagi, lantaran tak memiliki pintu di beberapa area, beberapa tunawisma sempat merusak ruang ganti pemain.
Sepinya Mane Garrincha Stadium saat ini. (Foto: Sergio Lima/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Sepinya Mane Garrincha Stadium saat ini. (Foto: Sergio Lima/AFP)
Bagian terburuk dan alasan terbesar adalah korupsi. Beberapa pejabat, termasuk Gubernur Cuaiaba dan Ketua Panitia Pelaksana Piala Dunia setempat diketahui menyelewengkan uang pembangunan stadion ini.
ADVERTISEMENT
Cerita stadion Arena das Dunas di Natal lain lagi. Di Arena das Dunas, stadion bekas Piala Dunia 2014 terpaksa disulap menjadi tempat pernikahan dan pesta ulang tahun anak-anak. Tak tahu untungnya berapa.
Nasib Arena da Amazonia serupa. Akibat tidak adanya kesebelasan papan atas yang bertanding, stadion ini memutar uang dengan cara menyewakan beberapa fasilitas yang ada di sekitar, seperti lapangan sintetis.
Persoalan mengenai stadion bekas Piala Dunia 2014 disebabkan oleh banyak hal. Sebagian besar alasan mengapa stadion-stadion ini mangkrak adalah tidak adanya kesebelasan besar di sekitar area stadion dan besarnya biaya perawatan.
Apa yang terjadi pada beberapa stadion di Brasil usai Piala Dunia 2014 memang menyedihkan. Tanpa rencana yang jelas, mereka kini tak lebih dari bangunan usang yang tinggal menunggu waktu untuk dirobohkan.
ADVERTISEMENT