Stefan De Vrij dan Aksi 'Spionase' untuk Inter Itu

13 September 2018 17:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teriakan Stefan De Vrij. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Teriakan Stefan De Vrij. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
ADVERTISEMENT
Bagi penggemar Inter Milan, Stefan de Vrij adalah pahlawan. Sebaliknya di mata pendukung Lazio, dia adalah seorang pengkhianat. Andai ucapan itu terlampau kasar, ganti saja kata 'pengkhianat' dengan 'mata-mata'.
ADVERTISEMENT
Semua bermula dari laga pamungkas Serie A musim lalu antara Inter dan Lazio. Laga yang dihelat di Olimpico itu bukanlah bentrokan klise. Ada berbagai ihwal yang menyusun mengapa pertandingan tersebut begitu vital.
Kala itu Inter mengemas 69 poin, terpaut tiga angka dari Biancoceleste di peringkat keempat yang jadi batas terakhir lolos ke Liga Champions musim 2018/2019. Artinya, andai pasukan Luciano Spalletti itu menang, mereka akan menggeser Lazio. Lagipula head-to-head pertandingan sebelumnya di Giuseppe Meazza berakhir imbang tanpa gol.
Tak berhenti sampai di sini, De Vrij sebelumnya telah memastikan akan bergabung dengan Inter setelah musim usai. Menjadi kontradiktif karena Simone Inzaghi saat itu menurunkan De Vrij sejak menit pertama. So, arti pertandingan Lazio vs Inter bagi De Vrij: Laga perpisahan dengan tim yang sudah empat tahun dibelanya melawan calon klub anyarnya.
ADVERTISEMENT
“Mereka mengenal saya di Lazio dan jika mereka membiarkan saya bermain, itu berarti mereka mempercayai saya,” kata De Vrij kepada Corriere dello Sport.
Masalahnya, De Vrij turut melicinkan langkah Inter mencetak angka. Tekelnya kepada Mauro Icardi di kotak terlarang membuat Gianluca Rocchi memberikan hadiah penalti kepada Nerazzurri. Kalau melihat De Vrij sekarang bermain untuk Inter, aksi tersebut memang mirip aksi spionase.
“Tak satu pun dari mereka mengatakan apa-apa kepada saya tentang kesalahan yang yang menyebabkan penalti Icardi," kata De Vrij.
Oke, di atas kertas De Vrij memang bersalah karena melakukan tekel kepada Icardi. Namun, langkahnya untuk memotong umpan lambung Eder kepada pasangan Wanda Nara itu merupakan keputusan tepat.
Lagipula situasi tersebut tak akan terjadi apabila Luiz Felipe dan Adam Marusic tak terlambat naik untuk memunculkan jebakan offside. Mau tak mau De Vrij kemudian memotong bola sebelum Icardi mengontrolnya dengan leluasa.
ADVERTISEMENT
“Saya mencoba memotong umpan Eder telah masukkan ke dalam kotak penalti --kemudian saya melihat Icardi yang tidak terjebak offside-- dan akan saya hentikan dalam dua langkah," ucapnya.
Pada akhirnya Icardi yang mengeksekusi sendiri penalti itu tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Lesakan yang membuat skor menjadi imbang 2-2 di menit 78.Hingga klimaks petaka 'Si Elang Biru' tercipta tiga menit berselang. Sepak pojok Marcelo Brozovic disambar dengan sempurna oleh Matias Vecino. Gol yang mengakhiri laga dengan kemenangan 3-2.
Inter berpesta setelah enam tahun absen di pentas Liga Champions. Sementara itu, Lazio harus mengubur asanya dalam-dalam untuk kembali mencicipi turnamen paling elit untuk klub-klub di Benua Biru tersebut untuk pertama kalinya sejak edisi 2007/2008 silam.
ADVERTISEMENT
“Saya melakukan yang terbaik untuk Lazio malam itu, sebagai seorang profesional sejati. Apakah Anda pikir saya akan menunggu hingga pertandingan terakhir jika saya ingin membantu Inter? Toh, saya juga menyelamatkan gawang Lazio saat melawan Crotone di laga sebelumnya," kata De Vrij lagi.
Ucapan De Vrij terdengar logis mengingat dirinya berandil besar atas hasil imbang yang didapat Lazio saat menyambangi markas Crotone di pekan 37 Serie A. Bukan hanya last man tackle saja yang diukirnya, tetapi juga kontribusi assist pada gol Sergej Milinkovic-Savic enam menit sebelum berakhirnya waktu normal, gol yang membawa Lazio terhindar dari kekalahan.
Ya, De Vrij memang punya kesempatan untuk menjadi musuh dalam selimut bagi Lazio di pekan sebelumnya. Kecuali, jika dia ingin membuat mantan timnya itu benar-benar mengalami kekalahan yang lebih menyakitkan.
ADVERTISEMENT