Stigma Papua Tak Punya Kiper Bagus dan Anomali di Timnas Wanita

2 Juni 2018 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kiper Timnas Wanita, Norffince Boma. (Foto: Dok. PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Kiper Timnas Wanita, Norffince Boma. (Foto: Dok. PSSI)
ADVERTISEMENT
Patah kaleng begitu identik dengan anak-anak Papua. Permainan ini tidak mengenal batasan ruang. Bisa dimainkan di tempat seukuran kamar tidur atau bahkan lapangan luas.
ADVERTISEMENT
Intinya, patah kaleng merupakan permainan menendang bola dari segala penjuru untuk menjatuhkan kaleng lawan. Dari permainan inilah, pemain top macam Boaz Solossa, Rully Nere, dan Ferinando Pahabol mengasah kemampuan mengolah bola. Maka jangan heran apabila Papua melahirkan begitu banyak gelandang dan penyerang hebat.
Namun, menurut eks kiper Persipura Jayapura, Dominggus Rawar, patah kaleng juga menjadi alasan Papua mengalami krisis penjaga gawang. Tidak ada lakon kiper dalam permainan ini karena tak ada gawang yang harus dikawal. Cuma ada bek, gelandang, dan penyerang.
Hasilnya, lihat saja bagaimana Persipura yang jarang memiliki kiper lokal. Setelah sempat bergantung kepada Yoo-Jae Hoon dalam kurun lama, 'Mutiara Hitam' kini mengandalkan tiga kiper non-Papua: Dede Sulaiman (Jakarta), Fitrul Dwi Rustapa (Garut), Tri Hamdani Goentara (Palembang).
ADVERTISEMENT
Kalau Persipura yang merupakan klub tersukses di Papua saja begitu, jangan harap lagi bisa melihat kiper Papua di Tim Nasional (Timnas) Indonesia.
Starting XI Persipura di Piala Presiden. (Foto: Facebook/Piala Presiden)
zoom-in-whitePerbesar
Starting XI Persipura di Piala Presiden. (Foto: Facebook/Piala Presiden)
Norffince Boma
Adalah Norffince Boma yang mendobrak stigma bahwa Papua tak bisa mengirimkan kiper ke Timnas Indonesia. Norffince bukanlah pria, melainkan wanita. Dia masuk skuat asuhan Satia Bagdja yang baru dibentuk beberapa bulan lalu.
Norffince sebenarnya bukanlah sosok asing buat Timnas Wanita. Pada 2011 dan 2015, dia juga sempat menjadi bagian dari tim.
"Pernah ikut ke Laos pada 2011, tetapi cuma menjadi cadangan," tutur Norffince seperti dikutip dari situs resmi PSSI.
Puncaknya pada Rabu (30/5/2018). Di Stadion Jakabaring, Palembang, Norffince dipercaya mengawal gawang Indonesia untuk melawan Thailand. Tampil selama 90 menit, sosok kelahiran 26 April 1995 ini tampil impresif. Bertubi-tubi serangan Thailand dimentahkan setidaknya hingga waktu normal tersisa 10 menit.
ADVERTISEMENT
Baru pada menit ke-82 dan ke-87, gawang Indonesia bergetar. Tuan rumah kalah 0-2. Setidaknya ini patut diapresiasi mengingat di laga uji coba melawan tim yang sama, 27 Mei 2018, Indonesia dibantai 0-13.
Timnas Wanita Indonesia (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Wanita Indonesia (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Dan, bagi Norffince, laga di Jakabaring juga tidak cuma menyoal penampilan impresifnya. Ini juga menjadi kali pertama dirinya tampil 90 menit dengan seragam timnas.
"Ada rasa terbebani ketika dijadikan pemain inti. Namun, saya sadar ini tanggung jawab. Ini adalah bentuk kepercayaan dari pelatih dan membawa nama Indonesia," ucap Norffince.
"Saya sendiri rasanya tidak percaya. Saya pikir kami bisa kalah besar sama seperti saat main di laga pertama," katanya menambahkan.
Tentu menjadi harapan Papua agar Norffince mempertahankan performa sekaligus kepercayaan pelatih untuk terus menjadi kiper inti. Akan lebih membanggakan lagi apabila status itu berlanjut ketika Timnas Wanita melakoni Piala AFF Wanita, Juni-Juli 2018, dan Asian Games 2018, Agustus-September 2018. Dengan begitu, stigma bahwa Papua tidak memiliki kiper hebat bisa meluntur.
ADVERTISEMENT
Begitu pula bagi Norffince. Adalah mimpi sejak lama bagi dirinya bisa mewakili Papua dengan mengenakan seragam Garuda di dada.
"Dari sekian banyak wanita di timur Indonesia, saya termasuk salah satu yang terpilih. Itu luar biasa," ucap Norffince.