Stori PSS Sleman Juara Liga 2 2018: Keberhasilan yang Disiapkan

5 Desember 2018 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018.  (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
Dalam sepak bola, ambisi besar tanpa disertai plan terukur acap berujung kekecewaan. Karena keberhasilan atau kemenangan di dunia 'kulit bundar' tak pernah datang tanpa permisi atau tanpa gejala. Itulah yang terekam jelas manakala PSS Sleman menapaki garis finis Liga 2 2018.
ADVERTISEMENT
Di Stadion Pakansari, Selasa (4/12/2018), PSS tak cuma menutup Liga 2 sebagai tim promosi, tetapi juga berstatus sebagai kampiun. Kepastian itu lahir setelah klub berjuluk 'Elang Jawa' itu menekuk Semen Padang dengan skor 2-0 di final Liga 2 2018.
Cerita jaya PSS musim ini tak tersaji tanpa tanda-tanda. Begitu keras PSS merealisasikan target untuk berkompetisi di level teratas, tetapi kegagalan selalu menjadi akhir perjalanan sebagaimana yang terjadi musim 2017.
Tak usah meragukan tekad kuat PSS di awal musim 2017. Tiket Liga 1 musim 2018 adalah incaran. Untuk mewujudkan misi yang tergolong besar itu, manajemen berbenah. Mulai dari menggandeng sponsor besar sampai menyentuh hal non-teknis lainnya, seperti infrastruktur.
Target mendekat. Di babak penyisihan grup, PSS menjadi klub terproduktif dengan catatan 27 gol dari 14 laga atau rataan 1,9 gol per laga. Mereka pun sukses menguasai grup 3 berbekal 34 angka hasil dari 11 kali menang, 1 imbang dan 2 kali kalah.
ADVERTISEMENT
PSS Sleman vs Madura FC (Foto: Dok. PSS Sleman)
zoom-in-whitePerbesar
PSS Sleman vs Madura FC (Foto: Dok. PSS Sleman)
Namun, seperti yang sempat disinggung, kegagalan selalu menjadi akhir cerita PSS. Pada babak 16 besar Liga 2 2017, mereka tersingkir setelah menempati posisi ketiga klasemen karena kalah selisih 3 gol dari peringkat kedua PSPS Riau.
Seperti kegagalan-kegagalan lainnya yang selalu menampakkan sisi minor, PSS mempunyai problem menyoal kedalaman skuat, inkonsistensi, dan perekrutan pemain. Pantaslah di awal musim 2018, manajemen mendatangkan pemain-pemain yang memiliki kapabilitas.
Sorotan tajam tentu tertuju pada Cristian Gonzales. Keputusan Gonzales bergabung dengan PSS sempat menjadi 'bola panas' karena ia mangkir dari sejumlah sesi latihan Madura United --klub sebelumnya. Keraguan sempat dialamatkan karena usianya tergolong uzur untuk atlet sepak bola yakni 42 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, keran gol pria kelahiran Montevideo, Uruguay, itu tak lantas tersendat. Total 15 gol berhasil dirangkum pemain berjuluk El Loco ini. Tiket Liga 1 2019, trofi Liga 2 2018 dan ketajaman Gonzales adalah sepanggal hikayat keberhasilan PSS musim 2018. Karena sejak babak penyisihan grup, PSS telah menampakkan tajinya.
Predikat pemimpin klasemen Wilayah Timur adalah awal kejayaan PSS musim 2018. Kendati internal tim sempat terguncang pasca pergantian nakhoda dari Herry Kiswanto menjadi Seto Nurdiantoro, PSS tetap tampil mengesankan.
Cristian Gonzales (kiri) berduel dengan pemain Semen Padang, Wahyu Trisnajaya. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Cristian Gonzales (kiri) berduel dengan pemain Semen Padang, Wahyu Trisnajaya. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
Itu terlihat dari 14 kemenangan, 1 hasil imbang, dan 7 kekalahan. Notula positif itu dilengkapi dengan rangkuman 37 gol dan 15 kebobolan. Data yang disebut terakhir menggambarkan betapa tajam dan tangguhnya PSS sepanjang babak penyisihan grup.
ADVERTISEMENT
PSS mulai gontai saat memasuki babak 8 besar. Rifal Lastori dan kolega gagal mengantongi kemenangan dalam dua laga pertama. Bersua Persita Tanggerang, PSS bermain imbang 1-1. Lalu, pasukan Seto itu tumbang 1-2 dari Persiraja Banda Aceh.
Dua hasil minor itu adalah efek dari 'cuci gudang' yang dilakukan PSS. Melego beberapa pemain lama dan merekrut tujuh pemain anyar. Imbas dari ketetapan tersebut adalah tergerusnya soliditas tim. Dan kans PSS melaju ke fase berikutnya mengerdil karena terdampar di papan bawah Grup B.
Perlahan dan pasti, telepati antara pemain menguat dan skema yang telah dirancang Seto berjalan baik. Terlihat hasilnya pada partai ketiga manakala PSS menekuk Madura FC dengan skor 1-0 di Stadion Maguwoharjo. Kemenangan itu memang diwarnai gol bunuh diri kontroversial, tetapi PSS tetap berhak atas tiga poin dan merangkak naik di papan tabel.
ADVERTISEMENT
PSS kembali menuai hasil minor seusai kandas 0-1 dari Madura FC pada matchday keempat. Akan tetapi, PSS sukses menyapu bersih dua laga sisa dengan kemenangan. PSS menang atas Persita dengan skor 4-1 pada laga kelima. Di partai pamungkas, PSS menghantam Persiraja lima gol tanpa balas.
PSS Sleman vs Madura FC. (Foto: Instagram/@pssleman)
zoom-in-whitePerbesar
PSS Sleman vs Madura FC. (Foto: Instagram/@pssleman)
Deretan hasil itu membuat PSS berhak menapaki babak semifinal pasca menyandang status pemimpin tabel berbekal 10 poin hasil dari 3 kemenangan, 1 seri, dan 2 kali kalah.
Kalteng Putra adalah lawan PSS di babak semifinal. Oke, leg pertama berkahir tanpa gol, tetapi situasi itu merupakan profit bagi PSS karena mereka cukup menang 1-0 di Stadion Maguwoharjo. Kans besar itu tak dilalui PSS dengan sia-sia. Dan menutup laga kedua dengan kemenangan 2-0 atas Kalteng Putra.
ADVERTISEMENT
Kisah PSS di Liga 2 2018 ditutup dengan gelar juara. Semen Padang yang menjadi lawan mereka tak kuasai menahan gelombang ancaman PSS dan gagal menembus pertahanan sang seteru. Skor 2-0 untuk kemenangan PSS terpampang di Stadion Pakansari.
Serupa dengan keberhasilan-keberhasilan lainnya, PSS berhak merayakan dengan pesta dan sukacita. Karena mimpi besar mereka terwujud. Namun, PSS tak boleh lama-lama larut. Pasalnya, Liga 1 2019 sudah mengetuk di depan pintu. Manajemen mesti kembali berbenah.
Sejumlah pemain PSS Sleman melakukan selebrasi kemenangan setelah mengalahkan Semen Padang pada laga final Liga 2 2018 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijay)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pemain PSS Sleman melakukan selebrasi kemenangan setelah mengalahkan Semen Padang pada laga final Liga 2 2018 di Stadion Pakansari, Bogor, Jawa Barat (Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijay)
Sebuah saran logis apabila langkah pertama yang diambil PSS menjadikan Gonzales sebagai deputi dan mencari sosok pengganti. Ketajaman Gonzales tak bisa disangsikan, tetapi ia tak akan punya 'napas' dalam untuk melewati bek-bek tangguh di kompetisi teratas.
ADVERTISEMENT
Satu keputusan logis juga apabila manajemen memperpanjang kontrak Rifal. Pemain berusia 21 tahun ini tak cuma lincin dan pandai mengolah bola, tetapi juga pintar mencari ruang-ruang kosong di pertahanan lawan. Gol yang ia lesakkan di partai final bisa menjadi bukti nyata.
Di luar dua nama tersebut, PSS mesti melakukan hitungan sedetail mungkin saat akan mempertahankan maupun melepas pemain. Karena jika tak demikian, PSS tentu bakal mendapatkan kesulitan untuk bersaing di papan tabel Liga 1 2019. Bukan begitu?