Sudah Optimalkah Performa Cristiano Ronaldo untuk Juventus?

27 September 2018 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ronaldo tidak seburuk itu, kok. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo tidak seburuk itu, kok. (Foto: AFP/Marco Bertorello)
ADVERTISEMENT
"Ini adalah untuk pertama kalinya orang-orang komersial dan olahraga di Juventus bekerja bersama untuk menilai sebuah pembelian. Setelah dinilai dengan sungguh-sungguh, kami menyimpulkan bahwa pembelian itu masuk akal, baik di dalam maupun luar lapangan," kata Andrea Agnelli dalam sebuah wawancara bersama Financial Times.
ADVERTISEMENT
Pembelian yang disebut Agnelli di situ, tak lain, adalah pembelian Cristiano Ronaldo dari Real Madrid. Total, untuk mendatangkan dan menggaji Ronaldo selama empat musim, Juventus harus mengeluarkan dana sampai 340 juta euro. Dalam sejarah klub, ini adalah rekrutmen yang memakan sumber daya terbesar.
Saking besarnya dana yang harus dikeluarkan, Agnelli selaku presiden Juventus bahkan sampai tidak bisa membuat keputusan sendiri. Pria 42 tahun itu harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan sepupunya, John Elkann, yang merupakan pemimpin perusahaan induk Juventus, Exor. Setelah proses analisis yang cukup melelahkan, diputuskan bahwa mendatangkan Ronaldo adalah sebuah keputusan yang, well, masuk akal.
Agnelli benar. Secara teoretis, Ronaldo memang sebuah aset berharga untuk mendatangkan keuntungan maksimum bagi Juventus baik di dalam maupun luar lapangan. Di dalam lapangan, kemampuan Ronaldo semestinya tak perlu lagi diragukan. Musim lalu saja, pemain 33 tahun itu sanggup mencetak 44 gol dari 44 penampilan untuk Real Madrid di semua ajang.
ADVERTISEMENT
Kemudian, untuk kontribusi di luar lapangan, Ronaldo diharapkan mampu menjadi penipis gap antara Juventus dan klub-klub papan atas Eropa lainnya -- terutama dari Premier League -- dalam urusan mendulang euro. Per 2017 lalu, Juventus hanya mampu duduk di urutan kesepuluh klub sepak bola dengan penghasilan terbesar. Di Italia, mereka memang belum terkejar. Namun, di Eropa merekalah yang harus mengejar.
Agnelli paham bahwa dengan berlaga di Serie A, Juventus sama sekali tidak diuntungkan dengan besaran hak siar yang ada. Saat ini, nilai hak siar Serie A hanya ada di angka 1,05 miliar euro (per Reuters), sementara Premier League nilainya ada di angka 5,77 miliar euro. Sangat, sangat jauh.
Itulah mengapa, Juventus membutuhkan pendapatan dari tempat lain dan di situlah Ronaldo bakal berperan. Sampai sekarang, hasilnya sudah mulai terlihat, di mana nilai saham Juventus, sejak kedatangan Ronaldo, sudah mencapai lebih dari dua kali lipat (127%) dari nilai sebelum Ronaldo datang. Ini membuat nilai klub di pasar saham melonjak ke angka 1,5 miliar euro.
ADVERTISEMENT
Cara lain meningkatkan nilai jual klub, tentu saja, adalah dengan mendulang prestasi di level yang lebih tinggi. Juventus sudah menunjukkan dalam tujuh tahun terakhir bahwa mereka tak butuh Ronaldo untuk jadi penguasa Serie A. Namun, untuk kompetisi antarklub Eropa, situasinya lain. Juventus selama ini belum punya sosok pembeda yang bisa memberi garansi lebih akan trofi Liga Champions.
Untuk itulah Ronaldo dibeli. Namun, bukan berarti eks pemain Manchester United itu hanya diprioritaskan untuk Liga Champions. Di Serie A, dalam enam pertandingan pertama, Ronaldo selalu dimainkan. Ini berarti, Ronaldo adalah sebuah senjata untuk menjadi juara di dua front sekaligus bagi Juventus.
Meski demikian, jika ditilik dari hasilnya sejauh ini, catatan Ronaldo belum bisa dikatakan mengesankan. Di Liga Champions, bahkan, Ronaldo harus menerima kartu merah pertamanya saat melakoni debut untuk Juventus di laga melawan Valencia. Di Serie A, dari enam pertandingan itu, Ronaldo cuma mampu mencetak gol dalam dua kesempatan.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah memang Ronaldo seburuk itu? Jika ya, apa yang menyebabkan Ronaldo jadi kurang tajam bersama 'Si Nyonya Tua'?
Ronaldo merayakan gol ke gawang Frosinone. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo merayakan gol ke gawang Frosinone. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
Well, untuk pertanyaan pertama, jawabannya sebenarnya Ronaldo tidaklah seburuk itu. Memang benar bahwa dalam enam laga dia cuma mencetak gol dia dua pertandingan. Akan tetapi, dari dua pertandingan itu sudah ada tiga gol yang dia koleksi. Plus, dia punya sumbangan dua assist dan itu dibukukannya dalam dua kesempatan berbeda.
Artinya, dari enam pertandingan itu, Ronaldo sudah berkontribusi dalam terciptanya lima gol Juventus dan lima gol itu tercipta di empat pertandingan berbeda. Catatan ini jauh lebih baik ketimbang apa yang dia bukukan dalam enam pertandingan liga pertama musim lalu bersama Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Musim lalu, Ronaldo harus absen dalam empat pertandingan pertama La Liga karena kartu merah yang dia terima di Supercopa de Espana. Setelah kembali, dalam enam pertandingan, Ronaldo hanya mampu mencetak satu gol dan satu assist. Tentu saja, tiga gol dan dua assist dalam enam pertandingan lebih baik ketimbang satu gol dan satu assist.
Satu hal lain yang membuat Ronaldo tidak bisa dikatakan buruk adalah masih tingginya jumlah upaya mencetak gol yang dia lancarkan setiap laganya. Catatan 7,7 tembakan per laga yang dilepaskan Ronaldo ini merupakan catatan terbaik kedua dalam karier profesionalnya -- yang terbaik adalah 7,9 tembakan per laga pada musim 2015/16. Sebagai gambaran, musim lalu dia 'hanya' mampu melepaskan 6,6 tembakan di tiap pertandingannya.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi, ini berarti Ronaldo sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan dan oleh karenanya, Juventus sama sekali tidak salah untuk menggantungkan harapan kepadanya. Apalagi, jika musim lalu bisa dijadikan acuan, Ronaldo baru benar-benar panas setelah paruh musim kedua dimulai, di mana 28 dari 44 golnya diciptakan.
Meski demikian, bukan berarti tidak ada masalah sama sekali dengan Ronaldo. Di sini, yang lantas menjadi problem sebenarnya adalah taktik Massimiliano Allegri untuk mengoptimalkan kemampuan mencetak gol Ronaldo. Selama ini, eks pelatih Cagliari itu terlihat kesulitan untuk mengeluarkan sisi kreatif Juventus. Alhasil, yang kemudian jadi solusi adalah umpan silang.
Juan Cuadrado, tukang crossing andalan Max Allegri. (Foto: AFP/Alberto Pizzoli)
zoom-in-whitePerbesar
Juan Cuadrado, tukang crossing andalan Max Allegri. (Foto: AFP/Alberto Pizzoli)
Sampai saat ini di Serie A, Juventus adalah tim terproduktif kedua dalam membuat umpan silang. Sudah 127 kali Bianconeri melepas umpan silang, di mana hanya 72 yang benar-benar menemui sasaran. Jumlah milik Juventus itu hanya kalah dari Internazionale dengan 139 umpan silang.
ADVERTISEMENT
Juventus sendiri sebenarnya selama ini selalu menginisiasi serangan dari tengah. Akan tetapi, ketika sampai di sepertiga akhir permainan, kebingungan selalu melanda. Akibatnya, bola kemudian diarahkan ke sayap untuk diakhiri dengan umpan silang. Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh formasi 4-3-3 Allegri yang tidak memiliki sosok penghubung lini tengah dengan depan.
Pada pertandingan melawan Frosinone di pekan kelima, ketergantungan Juventus terhadap umpan silang itu hampir saja menjadi petaka. Penampilan Juventus baru jadi lebih fleksibel ketika Federico Bernardeschi masuk menggantikan Rodrigo Bentancur. Sejak itu, Juventus mulai mampu menusuk dari tengah meski akhirnya mereka butuh waktu 25 menit untuk bisa membobol gawang Marco Sportiello.
Secara umum, apabila Ronaldo dikatakan belum tajam, itu terjadi karena Juventus sendiri memang belum begitu mematikan. Meskipun sudah melepaskan 105 tembakan, mereka baru bisa mencetak 13 gol. Artinya, Juventus butuh lebih dari delapan tembakan untuk mencetak satu gol. Bandingkan dengan Fiorentina (12 gol dari 79 tembakan) yang cuma butuh 6,5 tembakan untuk sebiji gol.
ADVERTISEMENT
Banyaknya jumlah tembakan Juventus yang belum sebanding dengan jumlah gol itu mengindikasikan bahwa kualitas peluang yang diciptakan anak-anak asuh Allegri itu masih belum benar-benar bagus. Maka dari itu, apabila Allegri ingin lebih mengoptimalkan lagi kemampuan mencetak gol Ronaldo, dia harus mencari cara agar timnya tidak terlalu monoton lagi dalam menyerang.