Suso, Pahlawan Baru di San Siro

26 Januari 2018 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suso, andalan Milan. (Foto: Reuters/Alberto Lingria)
zoom-in-whitePerbesar
Suso, andalan Milan. (Foto: Reuters/Alberto Lingria)
ADVERTISEMENT
Ulang tahun ke-17 Jesús Joaquín Fernández Sáenz de la Torre sangatlah spesial. Tepat 19 November 2010, dirinya resmi menjadi bagian dari Liverpool.
ADVERTISEMENT
Tentu sebuah kebahagiaan yang tak terkira. Mengingat The Reds saat itu masih menjadi raja Premier League lewat 18 trofinya. Mulai dari situlah pemain yang lebih dikenal dengan nama Suso itu menapaki karier seniornya.
Bila menilik sejarah, Liverpool klub yang ramah bagi pemain sepertinya. Spanyolisasi yang pernah menyelimuti Liverpool dalam rentang waktu 10 tahun ke belakang cukup menggaransikan masa depannya. Fernando Torres, Xabi Alonso, dan Luis Garcia adalah nama-nama sahih untuk merepresentasikan kesuksesan matador-matador itu di Anfield.
Namun, jalan nasib memperlihatkan karier Suso di Liverpool tak mudah.
Langkah Suso untuk menembus skuat utama terbilang berat. Padahal, lebih dari setahun dia menimba ilmu di akademi dan tim reserve Liverpool. Situasi makin pelik akibat kontroversi yang dibuatnya. Salah satu candaannya kepada Jose Enrique ditanggapi oleh FA.
ADVERTISEMENT
Federasi sepak bola Inggris itu menilai candaan di Twitter tersebut bernada homofobia dan menjatuhkan denda sebesar 10.000 poundsterling (sekitar Rp 165 juta) kepadanya.
Sementara kesempatan bermainnya baru tercipta pada musim 2012/2013. Suso mendapatkan kesempatan tampil 90 menit penuh saat mentas pada pertandingan kontra Young Boys di Liga Europa. Sedangkan laga perdananya di Premier League terjadi saat Liverpool bersua dengan Manchester United.
Meski akhirnya "Iblis Merah" yang berhasil keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 2-1, Suso tampil impresif. Aksinya itu kemudian membuat Brendan Rodgers menurunkannya di Piala Liga melawan West Bromwich Albion dan tampil sebagai starter kontra Norwich City di pekan 23.
Hebatnya, Liverpool berhasil melumat The Canaries 5-2. Mantan pemain Tim Nasional Spanyol U-17 itu sukses membantu proses terjadinya gol ketiga yang dicetak Luis Suarez.
ADVERTISEMENT
Namun, segala upayanya itu tak berarti di mata Rodgers. Dirinya kalah saing dengan Raheem Sterling dan Philippe Coutinho untuk mengisi pos winger dalam format 4-3-3 dan 4-2-3-1 yang jadi andalan Rodgers.
Bahkan, setelah mengalami masa sebagai pemain pinjaman di Almeria, Suso masih tak mendapatkan tempat di Liverpool. Alhasil, Januari 2015 dirinya resmi menanggalkan seragam Liverpool dan melancong ke AC Milan.
Karier Suso sukses di sana. Bukan soal gelar, tapi posisi tawarnya dalam skuat Rossoneri. Suka tidak suka, Suso adalah jawaban bagi produktivitas Milan saat ini. Buktinya, dia menjadi oase di tengah melempemnya para penyerang mereka.
Suso menjadi produsen gol terbanyak Milan, meski baru mencetak 5 gol. Lebih dari itu, Suso juga berperan sebagai fasilitator peluang dengan rata-rata 2,4 umpan kunci per laga dan makin lengkap dengan torehan 3 assist --terbanyak bersama Fabio Borini.
ADVERTISEMENT
Meski komposisi Diavolo terlihat mewah, sulit menemukan sosok klinis dan kreatif macam Suso. Hakan Calhanoglu dan Giacomo Bonaventura mungkin yang paling mendekati tipikal bermainnya. Bedanya, kedua koleganya itu masih tampil angin-anginan.
Suso (tengah) merayakan kemenangan. (Foto: Marco Bertorello/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Suso (tengah) merayakan kemenangan. (Foto: Marco Bertorello/AFP)
Sedangkan Suso, meski tak selalu mencetak gol, tetap rajin dalam melancarkan manuver lewat dribel selain dari umpan kunci yang dibuatnya. Kami tak ragu untuk mengatakan jika Suso adalah sosok penting bagi Milan saat ini.
Jauh sebelum seperti sekarang, dia mengalami nasib yang serupa di Liverpool. Tampil minim bersama skuat utama dan dipinjamkan kemudian. Setelah hanya menyumbang sebiji assist dari enam penampilannya di Serie A, Milan meminjamkan Suso ke Genoa.
Pelatih Genoa ketika itu, Gian Piero Gasperini, yang mengaplikasi format 3-4-3 menyambut baik Suso dan menurunkannya 19 kali sejak didatangkan pada pertengahan musim 2015/2016. Pemain berusia 24 tahun itu membalasnya lewat torehan enam gol dan satu assist.
ADVERTISEMENT
Penempatan posisi memang jadi kendala Suso bersama Milan. Kepada Mediaset Premium, dia berharap jika Gennaro Gatusso tak mengubah skema 4-3-3 yang kini mulai intens dipakai.
Sejak awal musim ini, Vicenzo Montella berpaling ke skema tiga bek karena kedatangan Leonardo Bonucci. Penggunaan pakem 3-4-2-1 dan 3-5-2 berimbas pada pergeseran posisi Suso. Dari winger menjadi gelandang serang --bahkan penyerang tengah. Padahal di Serie A musim lalu performa Suso moncer di tangan Montella lewat 7 gol dan 9 assist yang dibuatnya.
Kendala itulah yang dialaminya saat Sinisa Mihajlovic menangani Milan di musim 2015/2016. Eks penggawa Yugoslavia itu lebih kerap memakai skema 4-4-2. Sementara saat rezim Filippo Inzaghi, semusim sebelumnya, Stephan El Shaarawy dan Keisuke Honda lebih dipercaya untuk mengawal penyerang utama dalam format 4-3-3.
ADVERTISEMENT
Namun, sekarang berbeda, Suso adalah nyawa bagi klub yang bermarkas di San Siro itu. Jika dulu Milan memiliki pemain sekelas Rui Costa dan Ricardo Kaka, tentu tak keberatan bukan, andai menyamakan peran Suso saat ini dengan keduanya?
====
*) kumparanBOLA berkolaborasi dengan Super Soccer TV menghadirkan tayangan-tayangan Serie A di kumparan. Nantikan tanggal mainnya!