Tak Ada Hantu Boxing Day yang Gentayangan di Kubu Liverpool

18 Desember 2018 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robertson dan Klopp di akhir laga melawan Manchester United. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Robertson dan Klopp di akhir laga melawan Manchester United. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Desember hingga awal tahun acap menjadi periode mengerikan bagi mereka yang berlaga di ranah sepak bola Inggris. Kalau ditanya apa yang menjadi penyebabnya, Boxing Day tentu menjadi jawabannya. Ya, begitulah. Boxing Day adalah surga bagi para penikmat, penonton, dan suporter sepak bola. Adakah hal yang lebih menggembirakan daripada menghabiskan liburan Natal dan akhir tahun dengan menonton sepak bola?
ADVERTISEMENT
Bagi penyelenggara kompetisi pun demikian. Pemasukan akan berlipat ganda. Apa boleh buat, Boxing Day adalah bisnis yang membudaya di Inggris sana--setidaknya, itulah yang dikatakan oleh jurnalis senior Inggris, Jonathan Wilson.
Namun. bagi para pelakon aktifnya--pemain dan pelatih--Boxing Day adalah neraka. Jadwal yang kelewat padat menjadi alasan mengapa pelatih mesti memutar otak untuk menjaga tim dari cedera dan persoalan mental. Di sisi lain, entah bagaimana awalnya, Boxing Day melahirkan mitos tentang momentum turning-table (membalikkan keadaan). Mereka yang sanggup menaklukkan laga-laga Boxing Day hingga awal tahun, dianggap mampu membalikkan keadaan dan mendongkrak posisi tim.
Sebenarnya, apa yang terjadi bukan perkara mitos. Itu adalah hitung-hitungan teknis sepak bola biasa. Logikanya, di pekan Boxing Day, perhelatan liga menjadi jauh lebih sibuk daripada biasanya. Dalam sepekan, satu klub bisa melakoni lebih dari satu laga di kompetisi liga.
ADVERTISEMENT
Misalnya, apa yang terjadi pada Liverpool. Pada 26 Desember 2018, mereka akan menjamu Newcastle United. Pada 30 Desember, giliran Arsenal yang bertamu ke Anfield. Lantas pada 4 Desember, Liverpool harus bertandang ke Etihad Stadium markas Manchester City. Bayangkan jika satu tim kalah dalam pekan ini. Hitung pula berapa poin yang bisa mereka raup jika sukses melakoni Boxing Day.
Suporter Leeds United di masa Natal. (Foto: Reuters/Ed Sykes)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Leeds United di masa Natal. (Foto: Reuters/Ed Sykes)
Berangkat dari hal-hal macam itu pulalah, keberhasilan Liverpool memuncaki klasemen sementara Premier League 2018/19 pun dipertanyakan. Oke sekarang mereka ada di puncak. Tapi yang menjadi pertanyaan, saat Boxing Day? Bagaimana di laga melawan City setelah sepekan sebelumnya mereka harus baku hantam dengan Arsenal yang beringas itu?
Bagaimana dengan turnamen lainnya? Bagaimana dengan kesiapan mereka berhadapan dengan Bayern Muenchen di babak 16 besar Liga Champions 2018/19? Bagaimana dan bagaimana yang lain terus bermunculan hingga Andrew Robertson angkat bicara.
ADVERTISEMENT
"Hei, tentu saja jami percaya Liverpool dapat mempertahankan tempatnya di puncak klasemen. Sekarang ini memang sudah Desember, kami ada di periode yang sulit, tapi kami juga masih ada di puncak. Kami harus bertahan di periode sulit ini. Kami semua paham sehebat apa Manchester City. Jarak kami dengan City sangat dekat, tapi kami percaya kami dapat bertahan di posisi teratas. Perjalanan masih panjang dan masih ada laga lain yang harus kami hadapi, semuanya dimulai pada Jumat ini, saat kami berhadapan dengan Wolverhampton (Wanderers)," jelas Robertson kepada The Guardian.
Bicara soal Wolves, Liverpool masih ada di atas angin secara hitung-hitungan peringkat. Bagaimana tidak? Wolves ada di posisi ketujuh, sementara Liverpool di peringkat pertama. Namun, laga melawan Wolves tak akan menjadi laga sembarangan. Toh, Wolves menjadi satu-satunya tim di Premier League yang mampu menahan imbang City. Terlebih, Wolves juga sedang bagus-bagusnya setelah mengemas tiga kemenangan beruntun, termasuk kesuksesan menumbangkan Chelsea awal Desember lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, terlepas dari seberat apa pun lawan yang mereka hadapi, Liverpool memang punya modal untuk percaya diri. Dan kabar baik bagi pendukung The Reds, alasan mereka adalah alasan logis, bukan atas dasar romantisme dan gelagat berlagak tegar.
Pemain Liverpool, Xherdan Shaqiri, meryakan gol ke gawang Manchester United. (Foto: REUTERS/Phil Noble )
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Liverpool, Xherdan Shaqiri, meryakan gol ke gawang Manchester United. (Foto: REUTERS/Phil Noble )
Kemenangan 3-1 atas Manchester United di pekan ke-17 memastikan Liverrpool menjadi tim yang telah menyegel kemenangan 100% di lima laga beruntun di semua kompetisi. Catatan itu dipermanis dengan torehan gol dan angka kemasukan yang menggambarkan bahwa tim besutan Juergen Klopp ini tidak cuma dibangun oleh sekelompok pemain haus gol, tapi pemain dewasa yang tahu bagaimana caranya bertahan. Hingga pekan ke-17, The Reds sudah mengemas 37 gol dan hanya kebobolan tujuh gol.
ADVERTISEMENT
"Laga melawan Everton adalah derbi. Yang namanya derbi, tak akan ada yang mudah. Laga melawan Napoli adalah partai yang harus kami menangi (supaya lolos ke 16 besar Liga Champions) dan pertandingan melawan Manchester United, tanpa dibicarakan pun sudah jelas urgensinya seperti apa. Kami telah keluar dari rentetan tantangan ini tanpa kekalahan, tapi cerita soal laga-laga tadi harus kami tinggalkan. Kami harus fokus 100% ke pertandingan selanjutnya, tidak boleh lengah dan bersantai-santai. Nah, di depan kami ada Wolves yang serupa tim lain, harus kami kalahkan," ucap Robertson.