Tanpa Ibra, Swedia Menata Jalan Menuju Kejayaan

4 Juli 2018 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Swedia merayakan gol ke gawang Italia (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Swedia merayakan gol ke gawang Italia (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
ADVERTISEMENT
Timnas Swedia pernah disegani ketika menjadi runner-up Piala Dunia 1958. Kini, mereka coba merintis jalan untuk mengulanginya.
ADVERTISEMENT
Bisa dikatakan bahwa Swedia tampil apik di Piala Dunia 2018. Teraktual, dalam laga babak 16 besar menghadapi Swiss di Stadion Saint Petersburg, Selasa (3/7/2018) malam WIB, Swedia menang 1-0 lewat gol tunggal Emil Forsberg.
Berkat kemenangan ini, Swedia sukses melaju ke babak perempat final Piala Dunia 2018. Raihan ini menjadi spesial mengingat inilah kali pertama mereka mencapai babak delapan besar Piala Dunia sejak 1994.
Apa rahasia di balik performa impresif Swedia?
Kolektivitas yang Mulai Terbangun
Swedia, seperti halnya Argentina dan Portugal, juga pernah memiliki bintang hebat pada masa lampau. Sosok itu terpatri dalam diri Zlatan Ibrahimovic.
Ibrahimovic memperkuat Swedia sejak 2001 sampai 2016. Kurun ini, dia bermain dalam beberapa ajang besar, termasuk dua edisi Piala Dunia (2002 dan 2006). Namun, bersama sang bintang, Swedia tak pernah berkilau. Paling jauh langkah mereka cuma sampai 16 besar.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ada pula catatan minor dari kehadiran Ibra. Dia gagal mengantarkan Swedia lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 dan 2014. Wajarlah tak ada kekecewaan berlebihan ketika Ibra tak dipanggil pelatih Janne Andersson untuk skuat di Piala Dunia 2018.
Tiga bintang Swedia di Piala Dunia 2018, Andreas Granqvist (kiri), Victor Claesson (tengah), dan Albin Ekdal. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Tiga bintang Swedia di Piala Dunia 2018, Andreas Granqvist (kiri), Victor Claesson (tengah), dan Albin Ekdal. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Malah, ketiadaan Ibrahimovic membuat skuat Swedia dapat bermain lebih seimbang. Jika sebelumnya permainan Swedia tertumpu kepada Ibra, skuat kali ini mengandalkan kolektivitas. Hal ini diakui oleh pemain bertahan mereka, Andreas Granqvist.
"Kami memang kehilangan salah satu pemain terbaik di dunia. Namun, di tangan Janne (Andersson), kami membangun dan menetapkan pondasi selama dua tahun menjalani babak kualifikasi. Kami bertarung bersama dan menunjukkan bahwa sebagai sebuah tim, kami bisa menjadi kuat," ujar Granqvist seperti dilansir oleh Evening Standard.
ADVERTISEMENT
Emil Forsberg sebagai Penggerak Tim
Bersama Ibra, Swedia menggantungkan harapan kepada seorang pemain yang bisa menciptakan perbedaan. Beda hal dengan sekarang, mereka mengandalkan satu pemain untuk menggerakkan pemain lainnya. Tugas itu diemban oleh Emil Forsberg.
Berposisi sebagai gelandang serang, Forsberg menjadi motor serangan Swedia. Dari lini kedua, dia membantu para pemain depan Swedia untuk menemukan gawang. Dia juga kerap menyelesaikan peluang dari lini kedua ketika rekan-rekannya di lini depan mengalami kebuntuan.
Sejauh ini, statistik Forsberg cukup apik: 3,5 tembakan per laga, 0,8 umpan kunci per laga, dan sebuah gol dalam laga krusia melawan Swiss. Persentase umpannya pun mencapai 82,8% dan ini menunjukkan bahwa dirinya cukup vital dalam distribusi bola Swedia.
ADVERTISEMENT
Tangis kebahagiaan Emil Forsberg. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
zoom-in-whitePerbesar
Tangis kebahagiaan Emil Forsberg. (Foto: REUTERS/Damir Sagolj)
***
Itulah faktor-faktor yang membuat Swedia dapat berbicara banyak di ajang Piala Dunia 2018. Tanpa terpaku kepada satu pemain, organisasi permainan Swedia lebih solid bermodalkan kolektivitas. Mereka pun berkembang menjadi tim yang menakutkan di Rusia.
Swedia kini bukanlah tim yang kerap gagal dalam laga krusial ketika masih ada Ibra. Mereka mampu menundukkan Meksiko dalam laga penentuan fase grup dan Swiss di fase gugur. Kejayaan masa lampau pun semakin dekat, terlebih lagi apabila Swedia mampu menaklukkan Inggris di perempat final.