Tariq Rashid Omar, Pesepak Bola yang Jadi Korban Tragedi Christchurch

21 Maret 2019 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerabat korban membawa jenazah korban penembakan Christchurch yang di adakan di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru. Foto: REUTERS/Jorge Silva
zoom-in-whitePerbesar
Kerabat korban membawa jenazah korban penembakan Christchurch yang di adakan di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru. Foto: REUTERS/Jorge Silva
ADVERTISEMENT
Jagat sepak bola Selandia Baru juga berduka untuk korban tewas dalam tragedi penembakan di Christchurch, Selandia Baru. Itu karena ada salah satu pesepak bola yang juga jadi korban tewas. Ia adalah Tariq Rashid Omar.
ADVERTISEMENT
Jumat (15/03/2019) jadi hari yang kelam untuk masyarakat dunia. Dari Selandia Baru, publik mendengar kabar adanya penembakan di dua masjid di Christchurch. Penembakan itu dilakukan saat umat Muslim di sana tengah melakukan ibadah salat Jumat.
Serangan itu menewaskan 50 orang dari berbagai negara yang tengah melakukan ibadah. Duka mendalam pun dirasakan masyarakat dari berbagai kalangan. Dari 50 korban tersebut, terselip nama Omar yang ternyata seorang pesepak bola.
Kamis (21/03/2019), Omar dikebumikan di Memorial Park Cemetery. Ratusan pelayat, termasuk yang non-Muslim, ikut meramaikan pemakaman tersebut. Omar dimakamkan bersama korban tewas lainnya bernama Sayyad Milne, seorang penggila sepak bola berusia 14 tahun.
"Ia adalah salah satu sosok yang dikenali semua orang. Ini adalah momen sulit bagi kami," ujar salah satu murid Omar, Cashmere Bailey Jordan (15), kepada AFP.
Kerabat korban membawa jenazah korban penembakan Christchurch yang di adakan di Memorial Park Cemetery di Christchurch, Selandia Baru. Foto: REUTERS/Jorge Silva
Perjalanan di Sepak Bola
ADVERTISEMENT
Saat kejadian, Omar datang bersama ibunya. Namun, nasib ibunya jauh lebih baik karena saat penembakan terjadi, ia langsung mencari tempat aman di parkiran mobil. Sayang, keberuntungan tak menaungi Omar.
Omar sendiri adalah pria berusia 24 tahun yang memiliki mimpi besar. Seperti dilansir New Strait Times, ia bermimpi bisa bermain untuk Manchester United. Mimpinya bermain di klub yang bermarkas di Old Trafford itu memang belum terwujud, tapi itu tak menghalangi Omar untuk menyalurkan passion-nya terhadap sepak bola.
Christchurch United FC adalah tempat di mana Omar menyalurkan passion-nya. Dan sejak 2018, ia diberi kepercayaan untuk menangani tim junior (U-15) di Spreydon Domain. "Ia seorang manusia yang hebat dengan hati yang luar biasa dan mencintai dunia kepelatihan," kata Direktur Akademi Colin Williamson.
ADVERTISEMENT
Sepanjang musim 2014, ia juga membantu tim junior di Christchurch Football Center untuk melanjutkan perkembangannya sebagai pelatih. "Tariq dicintai para pemain tim U-19 yang ia latih karena hatinya yang besar dan hasratnya untuk olahraga ini," Williamson melanjutkan.
Sebagai pemain, Omar juga disebut sebagai sosok yang menjanjikan. Williamson menyebutnya sebagai pemain yang cukup hebat dalam kompetisi semiprofesional.
"Para pelatih dan pemainnya berjuang untuk memahami apa yang telah terjadi dan kami berusaha mendukung anggota klub kami semaksimal mungkin. Tapi tentu saja pikiran dan keprihatinan utama kami ditujukan kepada keluarga Tariq yang ada di hati dan doa kami," ujar Williamson.