Tentang Malam Buruk Liverpool di Paris

29 November 2018 8:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Neymar Junior rayakan gol ke gawang Liverpool (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Neymar Junior rayakan gol ke gawang Liverpool (Foto: REUTERS/Charles Platiau)
ADVERTISEMENT
Bak bumi dan langit, begitulah beda nasib Liverpool di Premier League dan di Liga Champions. Liverpool telah melakoni tiga laga tandang berakhir kekalahan di Liga Champions. Dari tiga laga itu, terangkum catatan lima kebobolan dan hanya mencetak satu gol.
ADVERTISEMENT
Bandingkan dengan catatan 13 laga tanpa kekalahan pasukan Juergen Klopp itu di liga, dengan catatan mencetak 26 gol dan hanya kebobolan 5 gol. Lantas, kenapa Liverpool bisa sesuram itu di Liga Champions dan sebagus itu di liga?
Salah satu jawabannya ada di pemilihan susunan kesebelasan. Manajer Liverpool, Juergen Klopp, kerap melakukan eksperimen berisiko dalam laga tandang Liga Champions yang dijalani Liverpool. Tak terkecuali kala bersua Paris Saint Germain dalam matchday kelima Liga Champions di Parc des Princes, Kamis (29/11/2018) dini hari WIB.
Jika di sebagian besar musim ini Liverpool tampil dalam formasi 4-2-3-1, untuk laga ini mereka tampil di awal dalam formasi 4-3-3. Dalam formasi ini, Joe Gomez digeser dari bek tengah menjadi full-back kanan, sementara Virgil van Dijk dan Dejan Lovren berduet di pos bek tengah.
ADVERTISEMENT
Di tengah, Klopp memainkan trio Georginio Wijnaldum-Jordan Henderson-James Milner. Hasilnya? Lini belakang hancur lebur dan lini tengah tak bisa berbuat banyak. Liverpool takluk 1-2 di akhir cerita. Agar lebih jelas, kumparanBOLA akan membahas faktor-faktor yang bikin Liverpool takluk dari PSG dalam tulisan ini.
Nestapa Joe Gomez, Derita Liverpool
Joe Gomez keluar dari zona nyamannya pada laga ini. Jika biasanya mantan pemain Charlton Athletic itu tampil menjadi tandem Virgil van Dijk di pos bek tengah, maka pada laga ini dia menjadi full-back kanan.
Memang ini bukan pertama kali Gomez menjadi full-back. Namun, perlu diingat dia rutin menjadi full-back itu di musim terakhir Brendan Rodgers, yaitu pada 2015 silam. Menjadi tak terlalu mengejutkan jika pada laga ini Gomez tampil di bawah standar sebagai full-back kanan.
ADVERTISEMENT
Gomez terus menjadi bulan-bulanan Kylian Mbappe di sektor kanan, sehingga catatan tiga tekel dan satu intersep berarti menjadi tak berarti. Menjadi wajar jika Mbappe punya andil di seluruh gol yang diciptakan PSG pada laga ini.
Lini Tengah Liverpool yang Tak Bisa Apa-apa
James Milner rayakan gol ke gawang PSG. (Foto: Action Images via Reuters/Andrew Boyers)
zoom-in-whitePerbesar
James Milner rayakan gol ke gawang PSG. (Foto: Action Images via Reuters/Andrew Boyers)
Tiga gelandang dalam formasi awal Liverpool tampil di bawah standar. Sebagai gelandang bertahan, Henderson sering berada di posisi yang salah dan ini menjadi sebab lain PSG begitu leluasa dalam melancarkan serangan.
Dalam urusan menyerang, Wijnaldum dan Milner sama-sama minim kapabilitas untuk mengisiasi serangan. Menjadi tak mengherankan jika babak pertama berakhir dengan satu tembakan tepat sasaran. Itu pun datang dari eksekusi penalti Milner yang sukses berujung gol di akhir babak pertama.
ADVERTISEMENT
Serangan Liverpool membaik ketika Xherdan Shaqiri masuk menggantikan Milner dan Naby Keita menggantikan Wijnaldum di tengah babak kedua. Keduanya sama-sama memiliki kemampuan dribel dan visi apik untuk melancarkan umpan berbahaya.
Pendar Neymar dan Verratti, Protagonis PSG Lainnya dalam Urusan Cetak Gol
Pendar Mbappe pada laga ini jelas tak diragukan lagi. Namun, Mbappe bukan satu-satunya tokoh protagonis PSG dalam urusan cetak gol.
Ada juga Neymar yang mencetak satu gol pada laga ini. Gol tersebut merupakan gol ke-31 di Liga Champions. Dengan gol itu, dia mnejadi pemain Brasil dengan jumlah gol terbanyak sepanjang sejarah Liga Champions.
Selain gol itu, Neymar juga aktif dalam membangun serangan dan ini terbukti dengan catatan 2 umpan kunci, sebagaimana disitat dari Squawka. Di lini tengah, ada Marco Verratti yang berbahaya melalui dua aksi dribelnya. Karena ketiga pemain inilah, cela di lini belakang Liverpool bisa dimaksimalkan PSG.
ADVERTISEMENT
Ada Thiago Silva di Balik Kokohnya Lini Belakang PSG
Di 15 menit akhir babak kedua, Liverpool terus menggempur pertahanan PSG. Namun, usaha tersebut tak membuahkan hasil yang positif. Sebab utamanya karena konsistensi yang ditunjukkan Thiago Silva di lini belakang PSG.
Mantan bek AC Milan itu menjadi pemain tersibuk dalam urusan melakukan aksi bertahan pada laga ini. Squawka mencatat, Silva sukses melancarkan 11 sapuan, dua tekel dan intersep, serta 4 kali memenangi duel udara.
Namun, bukan perkara itu saja yang membuatnya hebat. Silva juga pandai mengoordinasikan rekan-rekannya di lini belakang. Inilah resep kenapa PSG tangguh betul menghadapi gempuran serangan Liverpool selama 90 menit.