Tentang Real Madrid yang Sering Kebobolan di Menit-menit Akhir

28 Februari 2018 13:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane. (Foto: Reuters/Juan Medina)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane. (Foto: Reuters/Juan Medina)
ADVERTISEMENT
Bisakah Anda bayangkan perasaan sebuah tim sepak bola yang sudah lelah-lelah menyerang sepanjang laga, tetapi kebobolan lewat sebuah proses serangan balik cepat pada menit-menit akhir?
ADVERTISEMENT
Laga lanjutan pekan ke-26 La Liga musim 2017/18 mempertemukan antara Espanyol dan Real Madrid di Stadion RCDE, Rabu (28/2/2018) dini hari. Sampai sekitar menit ke-89, pertandingan masih berlangsung imbang 0-0. Madrid selaku tim tamu mendominasi, tapi Espanyol selaku tim tuan rumah mampu menyerang secara efektif.
Pada menit ke-90+3. sebuah petaka terjadi di lini pertahanan Madrid. Berawal dari umpan Sergio Garcia di sisi kiri pertahanan El Real, Gerard Moreno yang berdiri bebas tanpa pengawalan di kotak penalti melesakkan bola dengan apik ke gawang Madrid yang dikawal oleh Keylor Navas. Hanya dalam tempo sepersekian detik saja, kedudukan imbang 0-0 langsung berubah menjadi 1-0 untuk kekalahan Madrid.
Tak lama kemudian, pertandingan pun selesai. Madrid, yang sebenarnya sepanjang laga bermain cukup apik, harus menerima kenyataan bahwa satu sontekan di menit-menit akhir laga membuat mereka menelan kekalahan. Sebuah kekalahan yang menyisakan penyesalan tersendiri bagi sang pelatih, Zinedine Zidane.
ADVERTISEMENT
"Sepak bola adalah sebuah misteri. Ada momen-momen buruk yang harus Anda terima. Setelah hasil dan permainan yang bagus selama lima laga terakhir, kami tidak mampu melanjutkannya," ungkap Zidane seusai laga.
Apakah memang kekalahan dari Espanyol ini hanya sekadar momen buruk bagi Real Madrid?
Real Madrid dan Akrabnya Mereka dengan Kebobolan di Menit Akhir
Perkara kebobolan di menit-menit akhir, hal tersebut sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru bagi Los Blancos. Sepanjang perhelatan La Liga di paruh kedua musim 2016/17 dan musim 2017/18, Madrid sudah akrab dengan kebobolan di menit akhir yang berujung dengan kekalahan. Tidak hanya sekali, bahkan Madrid mengalami kejadian tersebut sampai empat kali.
Pada laga melawan Sevilla, tanggal 15 Januari 2017, Madrid harus menerima kekalahan usai Stevan Jovetic mencetak gol di menit ke-90+1, setelah sepanjang 90 menit skor 1-1 bertahan. Pada laga melawan Barcelona, tiga bulan berselang (24 April 2017), kejadian serupa kembali menimpa Madrid setelah Lionel Messi mencetak gol di menit ke-90+2 dan membuat Madrid kalah 2-3.
ADVERTISEMENT
Rekor buruk Madrid perihal gol-gol di menit akhir kembali berlanjut di musim 2017/18. Dalam laga menghadapi Real Betis, Madrid harus kalah 1-0 setelah Antonio Sanabria sukses menjebol gawang Madrid pada menit ke-90+4. Yang teranyar, dalam laga melawan Espanyol, Rabu (28/2) dini hari, Madrid kembali kalah setelah Gerard Moreno mencetak gol di menit-menit akhir dan membawa Espanyol menang 1-0.
Catatan-catatan di atas menjadikan Real Madrid sebagai tim yang paling sering menderita kekalahan lewat gol di menit-menit akhir sepanjang 2017 sampai awal 2018. Sebuah rekor yang, membuat Zidane kesal bukan kepalang.
"Kami tidak pantas menerima kekalahan ini. Itu cukup menyakitkan. Ketika skor imbang 0-0, memang banyak hal yang bisa terjadi. Meski kami sudah berusaha mengincar kemenangan, pada akhirnya kami tidak mendapatkannya," ujar Zidane seusai laga melawan Espanyol, dengan sorot mata yang cukup kesal.
ADVERTISEMENT
Mengapa Madrid Kerap Mengalami Hal Tersebut?
Seperti kata pepatah, bahwa "penyesalan selalu datang terlambat", itulah yang terjadi ketika Madrid kebobolan oleh lawan mereka di menit-menit akhir dan berujung dengan kekalahan. Sesal datang. Sesal yang seharusnya bisa mereka antisipasi sebelum terjadi.
Jika melihat skema dan rangkaian peristiwa yang menyebabkan Madrid kebobolan di menit akhir, skema yang sama hampir selalu terjadi. Di babak pertama, sampai sekitar pertengahan babak kedua, Madrid menguasai pertandingan. Mereka banyak menciptakan peluang, dan menguasai bola dengan cukup dominan atas lawan-lawannya.
Namun, sepanjang mereka menguasai laga, mereka kerap terkena serangan balik berbahaya dari lawan. Lalu, seiring pertandingan berjalan, serangan-serangan Madrid menjadi melemah dan menjadi tidak berbahaya. Hal ini berpengaruh besar terhadap permainan Madrid, dan titik kulminasinya terjadi ketika pertandingan memasuki menit-menit akhir.
ADVERTISEMENT
Diawali dengan serangan dari dua sisi sayap Madrid yang kosong, lawan akan masuk dari celah tersebut untuk menciptakan peluang. Di kotak penalti, selalu ada satu pemain yang luput dari penjagaan lawan, lalu pada akhirnya dia sukses mencetak gol ke gawang Madrid.
Jika hal ini terjadi dalam satu laga saja, mungkin bisa dimaklumi bahwa ada kelelahan yang mendera skuat Real Madrid. Namun, jika terjadi sampai empat kali, tentu perlu dipertanyakan: mengapa sampai terjadi seperti itu?
Madrid memiliki dua full-back yang cukup agresif dan aktif ketika menyerang dalam diri Dani Carvajal dan Marcelo. Saat Madrid buntu dalam menyerang, keduanya tak segan untuk maju dan memberikan tekanan lebih kepada pertahanan lawan. Saat mereka maju-lah, ruang-ruang kosong yang kerap dimanfaatkan lawan tercipta.
ADVERTISEMENT
Lebih parah lagi, buruknya koordinasi antara bek tengah dengan gelandang bertahan (biasanya Casemiro) juga membikin ruang di area sepertiga akhir. Dengan adanya ruang-ruang ini, sebuah serangan sederhana memanfaatkan kecepatan pemain dari sayap, serta kemampuan pemain untuk menyelinap masuk dari lini kedua, dapat dengan mudah menjebol gawang Madrid.
Jadi, apakah ini tentang momen buruk saja? Memang itu momen yang buruk, tapi sebenarnya itu adalah momen buruk yang bisa diwaspadai dan tak harus terjadi sampai sebanyak empat kali.
***
Dalam sepak bola, konsentrasi penuh selama 90 menit (atau bahkan lebih ketika pertandingan memasuki perpanjangan waktu) adalah hal yang perlu. Konsentrasi ini berhubungan dengan fokus, bagaimana menebak pergerakan lawan dan juga serangan yang akan dilancarkan oleh lawan.
ADVERTISEMENT
Namun, selain berhubungan dengan fokus, konsentrasi juga berkaitan dengan stamina. Jika stamina memburuk, maka konsentrasi akan menurun, yang berujung juga kepada turunnya fokus ketika bertanding. Inilah yang acap terjadi kepada Real Madrid. Hal sederhana yang seharusnya bisa diantisipasi oleh Zidane.
Kalau Madrid gagal mengantisipasi hal mendasar seperti ini, maka gol-gol di menit akhir akan tetap terasa mengesalkan bagi mereka, sekaligus menimbulkan penyesalan tersendiri.