Tentang Trio Maut di Jantung Permainan Chelsea

18 Oktober 2018 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maurizio Sarri (Foto: Reuters/John Sibley)
zoom-in-whitePerbesar
Maurizio Sarri (Foto: Reuters/John Sibley)
ADVERTISEMENT
Saat datang ke Stamford Bridge, Maurizio Sarri dihdapkan pada dua pertanyaan besar. Memaksakan agar skuat barunya beradaptasi dengan skema lamanya atau sebaliknya, Sarri-lah kudu menyesuaikan diri dengan komposisi pemain serta Premier League? Sebuah ekosistem yang benar-benar baru untuknya.
ADVERTISEMENT
Sejatinya jawabannya telah tampak di hari itu juga, saat Sarri diangkat sebagai nakhoda Chelsea [ada 14 Juli lalu. Alasannya, tak lama setelah diresmikan sebagai pelatih, pria berusia 59 tahun itu langsung mengajak Jorginho untuk terbang ke Chelsea. Ya, mantan anak asuhnya di Napoli sekaligus pemain dengan jumlah umpan sukses tertinggi di liga top Eropa.
Pada akhirnya opsi pertama yang jadi pilihan Sarri, memaksa anak asuhnya untuk bermain dalam wadah favoritnya, skema dasar 4-3-3. Sebenarnya itu sebuah perjudian, mengingat Chelsea sebelumnya sudah rutin dan berhasil dengan format tiga bek Antonio Conte.
Eden Hazard dan kawan-kawan akhirnya juga kudu gulung tikar di Community Shield usai dibungkam Manchester City 0-2. Gagal? Belum tentu, pasalnya saat itu Chelsea masih berada dalam beta version alias masih dalam tahap pengembangan.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, Sarri tak pernah lagi menelan kekalahan. Alhasil, The Blues bertengger di peringkat kedua klasemen sementara, menyamai torehan poin City di posisi puncak.
Seperti yang diutarakan di atas, Sarri bersikukuh pada filosofinya ketimbang beradaptasi dengan skuat anyarnya. Di situlah peran Jorginho menjadi vital, sebagai medium untuk menjaga integritas Sarri dengan anak asuhnya yang baru. Dengan begitu, Sarri masih bisa megaplikasi cetak biru Partenopei di Chelsea.
Kemampuan menyalurkan bola adalah spesialisasi utama yang dimiliki Jorginho. Ia melengkapi N'Golo Kante sebagai gelandang sapu jagat dan Ross Barkley yang beroperasi lebih ke depan.
Gelandang andalan Chelsea, Jorginho. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang andalan Chelsea, Jorginho. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
Secara garis besar, kamus agresivitas masih digenggam Sarri bersama Chelsea. Nyatanya sudah 18 gol yang dihasilkan Chelsea hingga pekan delapan Premier League, atau 2,3 gol bila dirata-rata. Jauh lebih tinggi ketimbang torehan rezim Conte yang hanya menyentuh 1,6 dalam durasi yang sama.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang produktivitas, Sarri memang rajanya. Dalam tiga edisi Serie A ke belakang, Napoli disulapnya jadi tim yang hobi mencetak angka dengan rata-rata 83,6 gol per musim. Sebagai perbandingan, Juventus cuma mencatatkan rata-rata 79,3 dalam rentang waktu yang sama.
Di sisi lain, tampil agresif bukan tanpa risiko. Semakin banyak pemain yang berada di area lawan, garis pertahanan juga cenderung menjadi tinggi. Dengan kondisi demikian, lawan akan dengan mudah melayangkan serangan balik.
Sarri tahu betul tentang itu. Meski untuk membangun serangan dia memfungsikan kedua full-back untuk menyokong trio gelandang tengah. Dengan kata lain, area pertahanan hanya tinggal menyisakan dua bek sentral saja.
Maka jangan heran bila Marcos Alonso dan Cesar Azpilicueta turut aktif dalam melakukan serangan. Kendati nama yang disebut belakangan tak diberi kewenangan untuk aktif membantu serangan ketimbang Alonso.
ADVERTISEMENT
Saking aktifnya dalam proses pembangunan serangan hingga ke depan, sepasang full-back asal Spanyol itu masuk sebagai pemain yang paling banyak melakukan sentuhan di Premier League.
Para penggawa Chelsea mendominasi jumlah sentuhan Premier League pekan 8.  (Foto: Premier League)
zoom-in-whitePerbesar
Para penggawa Chelsea mendominasi jumlah sentuhan Premier League pekan 8. (Foto: Premier League)
Azpilicueta ada di peringkat keempat dengan 754 sentuhan sementara Alonso berada satu seterip di bawahnya dengan 748. Keduanya mengungguli Paul Pogba dan Virgil van Dijk yang jadi distributor bola utama untuk Manchester United dan Liverpool.
Sedangkan posisi ketiga dihuni Granit Xhaka, dan pos runner-up diisi Aymeric Laporte yang jadi 'Nicolas Otamendi baru' The Citizen musim ini. Sementara peringkat pertama, tentu saja Jorginho.
Sistem yang dicanangkan Sarri hampir mirip dengan juego de posicion milik Pep Guardiola. Penguasaan bola jadi landasannya. Dengan begitu, kans untuk mencetak gol akan menjadi lebih besar dan memperkecil kemungkinan lawan mengukir angka.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa Chelsea dan City intens dalam melepaskan umpan pendek --sebagai dasar dari ball posession. Menurut WhoScored, Chelsea menjadi yang terbanyak dalam melepaskan umpan pendek dengan rata-rata 670 per laga, unggul tipis dari City di angka 665. Torehan keduanya berbanding jauh dengan Liverpool (545), Tottenham Hotspur (495), United (481), dan Arsenal (472).
Para pemain Chelsea merayakan gol Alonso. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Chelsea merayakan gol Alonso. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge)
Sarri masih sama, dia tak melucuti filosofi sepak bola menyerangnya bersama Chelsea saat ini. Tentu Jorginho memainkan porsi vital dalam sistem yang dicanangkan mantan pelatih Empoli tersebut.
Namun, Jorginho adalah pondasi awal dan dia tak berdiri sendirian untuk sebagai distributor bola. Karena Alonso dan Azpilicueta juga berperan penting atas kesuksesan Chelsea sejauh ini.
ADVERTISEMENT