Tidak Ada Wakil di 16 Besar Adalah Bukti Kemunduran Sepak Bola Afrika

29 Juni 2018 8:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senegal angkat koper dari Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
zoom-in-whitePerbesar
Senegal angkat koper dari Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
ADVERTISEMENT
Gelaran Piala Dunia 2018 bakal beranjak ke babak 16 besar. Tapi, di fase ini para penikmat sepak bola tak akan bisa melihat aksi-aksi brilian Mohamed Salah bersama Mesir, atau kecepatan Sadio Mane bersama Senegal.
ADVERTISEMENT
Bahkan, kita sama sekali tak akan bisa menyaksikan bagaimana talenta-telanta pemain asal Afrika meramaikan babak 16 besar. Hal ini disebabkan, lima wakil Afrika tersingkir di penyisihan grup.
Mesir hancur lebur di Grup A, Maroko pun tak berdaya di Grup B. Nigeria gagal bersaing di Grup D, begitu pun Tunisia yang rontok dihajar Inggris dan Belgia di Grup G. Terakhir, ada Senegal yang sempat menghidupkan asa, tapi kalah dari Kolombia dan akhirnya tersingkir karena kalah fair play point dari Jepang.
Hasil yang cukup disayangkan karena sebetulnya wakil-wakil Afrika di Piala Dunia edisi ke-21 ini punya materi pemain yang tak kalah apik dibandingkan perwakilan Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia, dan Eropa. Kondisi ini pun mengulang catatan buruk wakil Afrika di Piala Dunia 1982.
ADVERTISEMENT
Saat itu turnamen berlangsung di Spanyol. Aljazair dan Kamerun jadi dua wakil Afrika di antara 24 tim yang mentas. Tapi, keduanya tak mampu meloloskan diri fase grup pertama. Sebagai catatan, pada 1982, sistem penyisihan grup masih dibagi menjadi dua ronde. Di ronde pertama yang terdiri dari enam grup, tim di posisi pertama dan kedua berhak melaju ke ronde kedua yang terbagi ke dalam empat grup.
Kamerun gagal bersaing di Grup 1 dan hanya menempati posisi tiga di bawah Polandia dan Italia. Langkah Aljazair sebetulnya lebih apik. Tergabung di Grup 2 bersama Jerman, Austria, dan Chile, Aljazair bisa memetik dua kemenangan. Raihan poin mereka pun sama dengan Jerman dan Austria. Sayang, Aljazair kalah selisih gol dari dua tim ini, sehingga hanya menempati posisi tiga.
ADVERTISEMENT
Semenjak kegagalan di 1982, wakil Afrika tak pernah absen lolos ke 16 besar sebelum akhirnya terulang di 2018. Menurut legenda Pantai Gading, Didier Drogba, Piala Dunia 2018 adalah Piala Dunia terburuk bagi Afrika. Eks pemain Chelsea itu pun menyebut sepak bola Afrika mengalami kemunduran besar.
Kepada BBC Sport, Drogba menilai negara-negara Afrika butuh lebih dari sekadar uang untuk mengembangkan potensi yang sudah tersedia sehingga bisa berbicara banyak di kompetisi dunia. Namun, Drogba tak putus harapan dan tetap meyakini akan ada wakil 'Benua Hitam' yang sukses di Piala Dunia.
"Ini adalah sebuah kemunduran yang besar. Apa yang akan kami (wakil Afrika) lakukan di Piala Dunia selanjutnya? Kami punya potensi, kami punya uang untuk mengembangkan, tapi kami butuh lebih dari itu," papar Drogba.
ADVERTISEMENT
"Kami wajib menyamai konsistensi dan level permainan tim-tim dari Eropa dan Amerika Selatan. Saya juga berpikir ini menjadi kesempatan untuk semua tim Afrika agar mempertimbangkan kembali strategi supaya bisa melangkah lebih maju," tambahnya.
"Kami bisa berhasil di masa depan. Tapi, kami harus berpikir kembali bagaimana caranya untuk bisa bersaing di kompetisi sebesar ini (Piala Dunia)," pungkas sosok yang kini berusia 40 tahun itu.