Tidak Semua Pemain Samba Berakhir Indah di Barca

8 Januari 2018 15:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Philippe Coutinho (Foto: AFP/ PAUL ELLIS)
zoom-in-whitePerbesar
Philippe Coutinho (Foto: AFP/ PAUL ELLIS)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian penggemar Liverpool meneriakkan sumpah serapah saat Philippe Coutinho hengkang ke Barcelona. Terang saja, sebagai tulang punggung tim, kehadiran pemain kelahiran Rio de Janeiro itu amat dibutuhkan The Reds.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kebanggaan memakai seragam El Barca sudah menjadi impian Coutinho dalam waktu yang tak sebentar. Sebagai salah satu kesebelasan terbesar di muka bumi, Barcelona memiliki relasi kuat dengan Brasil yang juga kondang sebagai penghasil pesepak bola berbakat.
Mereka-mereka boleh saja sukses, tapi apakah kebahagiaan jadi jaminan? Nyatanya tidak. Hal itu dikemukakan oleh Ronaldo Luis Nazario de Lima yang mengatakan jika klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut memberikan perilaku yang buruk kepada para pemain asal "Negeri Samba".
"Barcelona selalu memiliki masalah dengan pemain Brasil: Neymar, Romario, Ronaldinho, dan saya," ujar Ronaldo kepada Esporte Interativo.
"Pada akhirnya, sejarah saya dengan Barca sangat buruk, mirip dengan yang dimiliki Neymar," imbuh Ronaldo.
ADVERTISEMENT
Ronaldo, Neymar, Romario dan Ronaldinho jelas bukan merupakan nama sembarangan. Tiga nama terakhir berhasil mengantar Barcelona meraih gelar La Liga.
Sementara di kancah internasional, kecuali Neymar, ketiga pemain tersebut berhasil mempersembahkan trofi Piala Dunia kepada Selecao. Namun, torehan tersebut tak membuat Barcelona bersikap baik kepada mereka.
Berikut daftar pemain asal Brasil yang tidak memiliki akhir indah dengan Barcelona.
Ronaldo
"Saya merasa jauh lebih bahagia dan lebih terhubung dengan Real Madrid, meski telah menjalani tahun yang hebat di Barcelona," kata Ronaldo.
Ya, Ronaldo merupakan salah satu penggawa Barcelona yang kemudian menyeberang ke Real Madrid, setelah sempat singgah di Italia bersama Inter Milan.
Meski hanya semusim bersama Barcelona, Ronaldo berhasil meninggalkan kesan manis lewat raihan 34 gol di La Liga musim 1996/1997. Ronaldo mengatakan jika dirinya angkat kaki dari Camp Nou usai pihak klub berbohong saat permbicaraan kontrak baru dengannya.
ADVERTISEMENT
Andai Barcelona tidak melakukan hal tersebut, bisa dipastikan mereka akan memiliki "Lionel Messi" lebih dini. Ya, Ronaldo itu sendiri.
Ronaldo de Lima setelah pensiun (Foto: Christian Augustin)
zoom-in-whitePerbesar
Ronaldo de Lima setelah pensiun (Foto: Christian Augustin)
Ronaldinho
Murah senyum tak selalu menjamin akhir yang bahagia bagi seseorang. Itulah yang dialami oleh Ronaldinho. Tepatnya di akhir musim 2007/2008, Presiden Barcelona, Joan Laporta, mengatakan jika Ronaldinho membutuhkan tantangan baru yang bisa didapatkan untuk mengembalikan kariernya.
Tentu saja sebuah ending yang menyakitkan bagi pemain yang sudah menyumbangkan 110 gol dari 250 laga yang dilakoninya untuk Blaugrana. Padahal, delapan trofi, termasuk dua mahkota La Liga dan satu "Si Kuping Besar" pernah dipersembahkannya kepada Barcelona.
Barcelona sendiri bukannya tanpa alasan mendepak Ronaldinho. Terlalu sering berpesta dan menurunnya performa saat latihan jadi latar belakangnya. Di satu sisi, El Barca telah menemukan "dewa" baru dalam skuatnya, yakni Lionel Messi. Makin bulat saja keputusan mereka untuk mengasingkan Ronaldinho.
ADVERTISEMENT
Selebrasi Ronaldinho di El Clasico. (Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Ronaldinho di El Clasico. (Foto: AFP/Pierre-Philippe Marcou)
Romario
Terlepas dari sosoknya yang kerap mengundang kontroversi, Romario adalah salah satu pemain hebat yang dimiliki Barcelona. Serupa dengan Ronaldo, Romario juga dibeli dari PSV Eindhoven. Dirinya pun langsung mengantar Blaugrana menjadi juara La Liga edisi 1993/1994.
Gelar topskorer dengan torehan 30 gol dari 33 laga yang dilakoninya di musim yang sama makin melengkapi superioritas Romario di mata publik Camp Nou. Namun, masa keemasan Romario bersama Barcelona tak bertahan lama.
Setelah kesuksesan meraih La Liga dan Piala Dunia 1994 bersama Tim Nasional Brasil, Romario terlalu banyak berlibur.
Bahkan, jumlahnya melebihi batas yang diberikan oleh pihak klub yang kemudian memicu keretakan dengan Johan Cruyff. Alhasil, Romario kemudian kembali ke Brasil untuk memperkuat Flamengo setelah dua tahun berseragam Barcelona.
ADVERTISEMENT
Neymar
Neymar adalah contoh paling aktual dari perlakuan buruk Barcelona kepada para pemain berpaspor Brasil. Kurang apa coba kontribusi Neymar bagi Barcelona? Dirinya sampai rela menjadi fasilatator umpan kepada Messi dan Luis Suarez yang diplot sebagai mesin gol mereka.
Belum lagi dengan delapan piala yang sudah dipersembahkannya kepada Barcelona, termasuk sepasang titel La Liga dan satu trofi Liga Champions. Adalah kepindahannya ke Paris Saint Germain yang jadi pemicunya --kemudian jadi transfer termahal sepanjang sejarah dengan mahar 222 juta euro.
Merasa ada klub yang mencuri salah satu bintangya, Barcelona kemudian melaporkan PSG kepada La Liga atas dasar Financial Fair Play.
Belum lagi dengan loyalty bonus senilai 26 juta euro yang urung dibayarkan Barcelona kepada Neymar, seperti yang tertera saat pemain berusia 25 tahun itu diikat dengan kontrak baru Oktober dua tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut juru bicara Barcelona, Josep Vives, bonus tersebut tidak diberikan karena Neymar dan ayahnya dituduh melanggar kontrak yang sudah disepakati.
Neymar ingin buktikan diri bersama PSG. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
zoom-in-whitePerbesar
Neymar ingin buktikan diri bersama PSG. (Foto: REUTERS/Benoit Tessier)
Dani Alves
Nama Dani Alves mungkin tak disebutkan Ronaldo dalam kutipan di atas, tapi pemain yang kini merumput bersama Neymar di PSG itu mengatakan blak-blakan jika Barcelona tak memperlakukannya dengan baik.
Keputusan pemain berusia 34 tahun itu untuk melucuti seragam Barcelona dari tubuhnya memang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Alves mengatakan jika selama beberapa musim terakhir di Barcelona, para pejabat El Barca selalu berusaha untuk mendepaknya secara halus.
Situasi tersebut kemudian mereda ketika Barcelona terkena larangan transfer dan memperpanjang kontrak Alves. Itulah mengapa dirinya memilih hijrah ke Juventus dan enggan bertahan bersama Barcelona.
ADVERTISEMENT
Gamblangnya, bukan karena dia tidak mencintai Barcelona, tetapi karena dia merasa tidak dihargai oleh para petinggi klub.
Dani Alves saat diperkenalkan PSG. (Foto: Reuters/Gonzalo Fuentes)
zoom-in-whitePerbesar
Dani Alves saat diperkenalkan PSG. (Foto: Reuters/Gonzalo Fuentes)