Timnas Indonesia vs Singapura: Butuh Mental Panser ala Luis Milla

9 November 2018 7:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Irfan Jaya dikepung beberapa pemain saat Timnas Indonesia melawan Hong Kong. (Foto: Hafidz Mubarak/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Irfan Jaya dikepung beberapa pemain saat Timnas Indonesia melawan Hong Kong. (Foto: Hafidz Mubarak/Antara)
ADVERTISEMENT
Timnas Indonesia segera mengawali perjalanan di Piala AFF 2018. Skuat 'Garuda' dijadwalkan melawan Singapura dalam partai pertama Grup B di Stadion Nasional, Jumat (9/11/2018) pukul 19:00 WIB.
ADVERTISEMENT
Menilik faktor historis, permulaan Timnas di turnamen dua tahunan tersebut tergolong apik. Dari 11 laga pembuka yang sudah dilalui, Timnas merangkum tujuh kemenangan dan tiga kali seri. Timnas cuma sekali kalah, yakni saat bersua Thailand (2-4) di Philippine Sport Stadium pada 2016.
Kans pasukan Bima Sakti untuk meneruskan rapor positif di laga pembuka Piala AFF terbuka lebar manakala mengacu pada situasi teraktual. Timnas tak pernah menelan kekalahan dalam tiga laga uji tanding menjelang turnamen berlangsung, yakni lawan Mauritius (1-0), Myanmar (3-0), dan Hong Kong (1-1).
Belum lagi menilik keadaan skuat. Dari 23 pemain yang dibawah sang juru taktik ke Singapura, semua dalam kondisi prima. Pemain kunci mereka di lini tengah, Stefano Lilipaly, sudah bisa tampil setelah pulih dari cedera punggung kaki.
ADVERTISEMENT
Pemain Bali United itu diprediksi akan membentuk trisula di lini kedua bersama sayap-sayap lincah milik Timnas, yakni Febri Hariyadi, Riko Simanjuntak, Irfan Jaya, dan Andik Vermansyah dalam skema 4-2-3-1. Siapa pun pemain sayap yang turun plus Lilipaly di posisi nomor 10 wajib menopang dan melayani Alberto 'Beto' Goncalves.
Sementara di pertahanan, Timnas memiliki kuartet solid yang terdiri dari Hansamu Yama Pranata, Fachruddin Aryanto, I Putu Gede, dan Rizky Pora. Pemilik nama terakhir mempunyai atribut ofensif dan defensif dengan sama baiknya.
Meski demikian, Singapura patut diwaspadai. Perpaduan antara pemain muda dan pemain berpengalaman macam Baihakki Khaizan adalah senjata Singapura. Tercermin dalam enam laga internasional teraktual Singapura yang berakhir dengan empat kemenangan, satu imbang, dan sekali kalah.
ADVERTISEMENT
Stefano Lilipaly (10) merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Taiwan pada partai Grup A Asian Games. (Foto: Ary Kristianto/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Stefano Lilipaly (10) merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Taiwan pada partai Grup A Asian Games. (Foto: Ary Kristianto/Antara)
Merapal Cetak Biru Luis Milla
Cita rasa Luis Milla dalam skuat Timnas begitu melekat. Sebanyak 16 dari 23 pemain merupakan penggawa Timnas U-23 asuhan Milla di Asian Games 2018. Bima Sakti pun mengonfirmasi hal tersebut. Menurut pria asal Balikpapan itu, selama pemusatan latihan, menu latihan Timnas persis seperti yang kerap disajikan Milla.
"Kami selama ini selalu berusaha untuk berlatih seperti yang diajarkan oleh coach Luis karena memang waktunya tidak mencukupi," ucap Bima dalam jumpa pers sebelum pertandingan.
Berangkat dari fakta tersebut, gaya permainan Timnas tentu bakal mirip dengan taktik yang diperagakan Milla di Asian Games, yakni melakukan build-up melalui operan dari kaki ke kaki, kemudian melebarkan permainan di sepertiga lapangan terakhir.
ADVERTISEMENT
Maka itu, hal paling krusial bagi Bima adalah menentukan komposisi di pos sayap. Karena winger yang nantinya diturunkan akan menjadi senjata utama Timnas untuk mengkreasikan dan bahkan mencetak gol.
Menilik performa Timnas melawan Myanmar dan Hong Kong, tak ada salah apabila Irfan Jaya mengisi sisi kanan. Pemain milik Persebaya Surabaya itu tampil memuaskan dalam mode menyerang. Dengan kecepatan dan keahlian berduel fisik, Irfan acap kali menembus kotak penalti lawan.
Irfan pun tergolong baik dalam penempatan posisi dan penyelesaian akhir. Dwigol ke gawang Myanmar cukup menggambarkan betapa tajamnya Irfan ketika meneror pertahanan lawan.
Pelatih Timnas U-23, Luis Milla, memberikan instruksi kepada pemain saat menghadapi Taiwan. (Foto: Charlie/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas U-23, Luis Milla, memberikan instruksi kepada pemain saat menghadapi Taiwan. (Foto: Charlie/Antara)
Problem hadir di pos kiri. Ada tiga pemain yang bisa diturunkan Bima. Akan tetapi, dari sederet nama yang ada, memainkan Febri merupakan keputusan logis. Pemain Persib Bandung itu sudah bisa mengintegrasikan diri dengan tim berikut plan Milla. Pasalnya, Febri selalu masuk rencana juru taktik asal Spanyol itu.
ADVERTISEMENT
Menyoal kemampuan, Febri serupa dengan Irfan. Yang membedakan keduanya adalah cara menuntaskan serangan. Jika Irfan gemar merangsek ke dalam kotak dan melepaskan tembakan, Febri seringnya bergerak melebar dan menyodorkan umpan silang.
Di luar itu, Febri mempunyai sisi negatif. Pemilik nomor kostum 13 tersebut kerap salah atau telat dalam pengambilan keputusan yang berimbas pada penghamburan peluang. Dalam hal ini, Andik dan Riko memiliki modal berupa kematangan. Dengan begitu, mereka bisa menjadi pengganti yang tepat apabila Febri mengulang kesalahan yang sama di 45 menit pertama.
Namun, perlu diingat, Milla dan Bima bukan sosok yang sama. Pengalaman dan bagaimana mereka menerjemahkan stretegi tentu akan berbeda. Oke, Timnas saat ini didominasi Timnas U-23. Besar kemungkinan pola yang digunakan pun sama. Akan tetapi, itu tak menjamin permainan di atas lapangan bakal serupa.
ADVERTISEMENT
Selama diarsiteki Milla, Timnas U-23 cenderung menunggu pada babak pertama. Mereka baru memeragakan permainan agresif dan atraktif di 45 menit kedua pertandingan. Itu terlihat dari persebaran gol selama Asian Games 2018. Total 11 dari 13 gol selepas jeda membuktikan bahwa Timnas U-23 besutan Milla bermental seperti panser yang telat panas.
Sementara, Timnas asuhan Bima bermain menekan sejak awal laga dan merangkum banyak gol di babak pertama. Namun, performa menurun seusai turun minum. Laga uji tanding lawan Myanmar dan Hong Kong bisa menjadi patokan. Yang mana empat gol Timnas dalam dua uji tanding tersebut terjadi di 45 menit pertama.
Pelatih timnas Indonesia Bima Sakti saat ditemui kumparan di Singapura. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih timnas Indonesia Bima Sakti saat ditemui kumparan di Singapura. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
Daya yang Habis Setelah Jeda
Serangan balik mematikan dan kecepatan para penyerang adalah amunisi Singapura untuk mengancam lawan. Dengan perhitungan yang tepat, pasukan Fandi tahu betul kapan harus bermain di kedalaman dan melancarkan serangan.
ADVERTISEMENT
Poin lainnya yang mesti diwaspadai adalah keputusan-keputusan Singapura di sepertiga akhir. Mereka tak pernah memaksakan umpan silang atau merangsek ke dalam kotak penalti jika itu tak memungkinkan, sehingga permainan mereka tergolong efektif.
Kendati begitu, kecepatan yang diperlukan Singapura dalam melancarkan serangan balik juga menguras energi. Ingat, separuh anggota tim yang kerap menghiasi susunan starter mereka merupakan pemain uzur. Alhasil, Singapura kerap kehabisan bensin di babak kedua.
Inilah tantangan Bima. Selama masa uji coba, dia menekan pedal gas di awal laga. Mampukah dia menerapkan mental panser ala Milla guna memanfaatkan stamina pemain Singapura yang terkuras setelah jeda?