Untuk Kali Ini, Ancelotti Mendukung Milan Juara Coppa Italia

8 Mei 2018 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ancelotti dipecat oleh Bayern. (Foto: Reuters/Charles Platiau)
zoom-in-whitePerbesar
Ancelotti dipecat oleh Bayern. (Foto: Reuters/Charles Platiau)
ADVERTISEMENT
Laga puncak Copa Italia 2018 akan mempertemukan Juventus dan AC Milan di Stadio Olimpico pada Kamis (10/5/2018) dini hari WIB. Sebagai sosok yang melatih kedua tim, Carlo Ancelotti tak kesulitan untuk menentukan tim mana yang bakal mendapat dukungannya.
ADVERTISEMENT
"Saya akan menonton pertandingan ini bersama seorang teman yang bekerja sebagai koki di Kanada. Ia adalah seorang Milanista garis keras, jadi kami sama-sama mengenakan jersi Milan saat menonton final nanti. Itulah bentuk dukungan yang sekarang bisa saya berikan kepada Rossoneri."
"Tim besutannya Rino (panggilan akrab Gennaro Gattuso -red) akan menjalani laga itu dengan penuh keberanian. Saya berani menjamin, saat ini fans ada di dekat mereka, mengiringi mereka dengan hasrat yang menggebu-gebu," ungkap Ancelotti dilansir Football Italia.
Juventus dan Milan sama-sama pernah merasakan sendiri bagaimana bertanding di bawah kepelatihan Ancelotti. Namun, dibandingkan Juventus, Ancelotti jauh lebih lama bersama Milan. Ancelotti membesut Milan sejak tahun 2001 hingga 2009. Bermodalkan racikan taktiknya, Milan mengalami era yang dikenal dengan istilah champagne football.
ADVERTISEMENT
Ancelotti berhasil mempersembahkan delapan gelar untuk Milan: satu scudetto, satu Coppa Italia, satu Supercoppa Italiana, dua Liga Champions, dua Piala Super, dan satu Piala Dunia Antarklub.
"Saya sudah bertemu dengan (CEO Marco) Fassone dan (Direktur Olahraga Massimiliano) Mirabelli musim panas kemarin. Mereka menceritakan kepada saya seperti apa situasi yang dialami Milan saat ini."
"Sebagai orang yang pernah membesut Milan, saya pikir ini bukan situasi yang mudah. Mereka butuh kesabaran. Saya tahu keduanya bakal mengembalikan Milan kepada kejayaan yang sebelumnya, tapi itu butuh waktu."
Walau tak lagi punya hubungan profesional dengan Milan, Ancelotti sama sekali bukannya tak mengikuti perkembangan Milan. Terlebih, salah satu mantan anak didiknya kini ditunjuk sebagai pelatih Milan.
ADVERTISEMENT
Sewaktu masih dilatih Ancelotti, Gattuso tumbuh sebagai salah satu gelandang bertahan paling menakutkan di Italia. Sewaktu masih menggunakan formasi dasar 4-3-1-2 (Andriy Shevchenko belum pindah) Gattuso dan Andrea Pirlo yang berfungsi menjadi jantung permainan Milan.
Keduanya bekerja saling melengkapi. Gattuso kebagian tugas untuk bekerja keras merebut bola dan mematahkan serangan lawan. Sementara, Pirlo punya tugas untuk memastikan agar para penyerang dapat selalu menerima suplai bola dari lapangan tengah.
Sementara sepeninggal Sheva (panggilan akrab Shevchenko) Milan berganti formasi menjadi 4-3-2-1. Di periode ini, Gattuso memainkan peranannya berdampingan dengan gelandang konservatif macam Massimo Ambrosini.
Aksi Dybala di laga Juventus vs Milan. (Foto: REUTERS/Massimo Pinca)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Dybala di laga Juventus vs Milan. (Foto: REUTERS/Massimo Pinca)
Periode kerja sama yang tak sebentar ini, dengan berbagai kondisi yang menuntut Milan untuk beberapa kali mengubah pola permainan meyakinkan Ancelotti bahwa Gattuso bukan sekadar pelatih sembarangan yang tak paham taktik.
ADVERTISEMENT
"Gattuso bekerja dengan sangat baik. Milan menemukan identitasnya dengan cepat dengan keberadaan Gattuso sebagai pelatih. Bohong kalau saya berkata Milan dalam keadaan baik-baik saja. Mereka sedang kepayahan, tapi Rino akan mempersiapkan mereka dengan baik. Toh, ia juga mengenal Juventus secara taktikal."
"Juventus adalah tim yang rumit, mereka memiliki pertahanan yang begitu rapat. Saya mengharapkan pertandingan yang seimbang. Saya tidak ingin menyaksikan pertandingan yang berat sebelah. Milan harus sanggup mencari celah di antara rapatnya pertahanan Juventus," tegas mantan pelatih Bayern Muenchen ini.
Di mata Ancelotti, Juventus adalah tim yang rumit. Mereka merupakan tim yang memiliki pertahanan rapat. Ancelotti tak membesar-besarkan. Di antara tim-tim yang berlaga di Serie A, Juventus tampil sebagai tim yang paling sedikit kebobolan gol. Total, mereka baru kebobolan 23 kali di sepanjang musim ini. Bandingkan dengan Milan yang sudah menderita kebobolan 40 kali.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, Milan bukannya tanpa peluang. Pada pertemuan terakhir mereka di gelaran Serie A, pada 1 April 2018, Milan berhasil menorehkan jumlah peluang yang lebih tinggi ketimbang Juventus. Saat itu, Milan melesakkan 10 tembakan, sementara Juventus hanya 7. Catatan itu juga didukung dengan 5 tembakan tepat sasaran Milan (Juventus 4).
Selain persoalan pertahanan yang rapat, Ancelotti juga berharap Milan dapat bertanding dengan mempertahankan kewaspadaannya pada lini pertahanan. Sebabnya, Juventus memang tim yang komplet. Tak hanya jago dalam bertahan, mereka juga menjadi tim tersubur Serie A di musim. Torehan 84 gol menjadi bukti.
"Makanya, saya juga berharap Milan dapat bermain seimbang. Lini pertahanan menjadi satu hal yang harus diperhatikan. Terlebih, kita semua tahu Juventus adalah tim yang hebat. Saat ini, mereka punya dua peluang untuk merebut dua gelar sekaligus dalam semusim," ujar Ancelotti mengakhiri.
ADVERTISEMENT