Usai Bikin Hat-trick, Haaland Bidik Virgil van Dijk

1 Oktober 2019 16:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erling Braut Haaland membawa pulang bola pertandingan melawan Genk. Foto: Reuters/Leonhard Foeger
zoom-in-whitePerbesar
Erling Braut Haaland membawa pulang bola pertandingan melawan Genk. Foto: Reuters/Leonhard Foeger
ADVERTISEMENT
Erling Braut Haaland berhasil membuat sensasi lewat trigol yang dia bukukan pada laga debut Liga Champions menghadapi Genk. Kini, jelang pertandingan melawan Liverpool, pemain asal Norwegia itu punya tekad untuk 'mengecoh Virgil van Dijk'.
ADVERTISEMENT
Datang dari keluarga sepak bola—di mana ayahnya adalah mantan bintang Leeds United, Alf Inge Haaland—pemuda 19 tahun itu pertama kali mencuat di Piala Dunia U-20, Mei-Juni silam. Dalam pertandingan melawan Honduras di fase grup Haaland mencetak 9 dari 12 gol Norwegia.
Saat itu dia masih berstatus sebagai pemain Molde. Tak lama kemudian bakatnya terendus oleh klub Austria, Red Bull Salzburg, yang selama ini dikenal sebagai kawah candradimuka pemain berbakat. Dua bintang Liverpool, Sadio Mane dan Naby Keita, pernah bermain di sana.
Bergabung dengan RB Salzburg membuat Haaland jadi punya kesempatan unjuk gigi di Liga Champions dan itu tidak dia sia-siakan. Melawan wakil Belgia, Genk, Haaland mencetak tiga gol untuk menjadi pemain termuda ketiga—setelah Wayne Rooney dan Raul Gonzalez—yang sukses mencetak hat-trick di Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Bagi Haaland, hat-trick itu merupakan yang keempat musim ini. Total jenderal, dia sudah mencetak 17 gol untuk RB Salzburg dari 12 pertandingan. Dengan catatan demikian, dia pun kini dianggap sebagai salah satu penyerang paling potensial di Eropa. Bahkan, namanya sudah dikait-kaitkan dengan Manchester United.
Namun, sebelum sampai di sana, Haaland terlebih dahulu akan mendapat rintangan dalam diri Van Dijk. Dua 'raksasa' itu akan bentrok pada laga Liga Champions, Kamis (3/10/2019) dini hari WIB, di Anfield. Haaland tahu melawan Liverpool bukan hal mudah, tetapi bukan berarti dia tak berharap apa-apa.
"Kupikir kamu tidak bisa secara khusus mempersiapkan diri untuk menghadapi dirinya (Van Dijk, red) tetapi mungkin ada hal-hal yang bisa kamu latih untuk mengecoh atau membuatnya kehilangan posisi," kata Haaland seperti dilansir laman resmi RB Salzburg.
ADVERTISEMENT
Van Dijk sendiri baru saja dinobatkan sebagai bek terbaik dunia oleh FIFA. Salah satu alasannya adalah karena dia sanggup membawa Liverpool tampil apik di Premier League dan menjuarai Liga Champions musim lalu. Menghadapi lawan sesulit ini, Haaland pun meminta rekan-rekannya untuk tampil maksimal.
"Untuk sekadar mendapat kesempatan menang atas tim ini, kami—semua pemain—harus tampil sebaik-baiknya, tanpa cela," ujar pemain yang sudah membela Norwegia di semua kelompok umur itu.
Van Dijk bersama Luka Modric dan Matthijs de Ligt di FIFA Best Award 2019. Foto: REUTERS/Flavio Lo Scalzo
Sebagai anak pesepak bola, Haaland memang sudah 'teracuni' olahraga ini sejak masih kanak-kanak. Namun, dia mengaku bahwa pengaruh terbesar dalam permainannya tidak datang dari sang ayah, melainkan dari legenda Swedia, Zlatan Ibrahimovic.
"Aku punya banyak idola tetapi tak ada yang lebih besar dari Zlatan Ibrahimovic. Bagaimana dia bermain, bagaimana dia mengembangkan diri benar-benar hebat. Selain itu dia juga orang Skandinavia, jadi suatu hari nanti harus ada yang menjadi penerus dirinya," ungkap Haaland.
ADVERTISEMENT
Sebelum hijrah ke Los Angeles Galaxy di Major League Soccer, Ibrahimovic sempat bermain untuk Manchester United dan mempersembahkan gelar Liga Europa. Sama seperti sang idola, Haaland pun menegaskan keinginannya untuk bermain di Premier League suatu hari nanti.
Menariknya, karena dia pernah bermain untuk Molde, Haaland kenal baik dengan Ole Gunnar Solskjaer. Sebelum melatih Manchester United menggantikan Jose Mourinho, Solskjaer adalah pelatih di klub tersebut.
Relasi Haaland dengan eks pelatihnya itu menarik karena Solskjaer adalah legenda Manchester United. Sedangkan, dia sendiri lahir dari ayah yang bermain bagi dua rival 'Iblis Merah', Leeds United dan Manchester City.
Alf Inge Haaland (tengah) berduel dengan Paul Scholes. Foto: Press Association/David Jones
Meski demikian, Haaland tampaknya tidak mempedulikan sejarah ayahnya itu. Pemain yang lahir di Leeds pada 21 Juli 2000 ini ingin memiliki karier sendiri yang, kalau bisa, lebih menterang ketimbang milik Alf Inge.
ADVERTISEMENT
"Semua pemain di dunia ini ingin bermain di klub-klub terbaik. Aku sudah memendam mimpi ini seumur hidupku dan aku secara khusus menyukai sepak bola Inggris," tuturnya.
"Dia (Solskjaer, red) punya impak besar dalam hidupku. Ada banyak hal yang diajarkannya kepadaku. Dia adalah salah satu alasan kenapa aku bisa sampai di titik ini. Dia orang baik dan pelatih yang bagus," tambah Haaland.
Keinginan Haaland sudah jelas. Premier League adalah tujuannya. Maka dari itu, pertandingan melawan Liverpool nanti pun sekaligus bakal jadi ajang 'audisi' baginya. Jika mampu setidaknya merepotkan pertahanan 'Si Merah' itu artinya dia punya kans besar untuk berlaga di Premier League suatu hari nanti.