Vigit Waluyo: Saya Menitipkan PSS Sleman ke Komite Wasit

24 Januari 2019 16:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018.  (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain PSS Sleman setelah penyerahan trofi Liga 2 2018. (Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya)
ADVERTISEMENT
PSS Sleman sukses menjadi juara Liga 2 2018. Namun, seiring dengan juaranya 'Elang Jawa', sejumlah kejanggalan terus-menerus diungkit hingga kini. Salah satunya ialah saat PSS menghadapi Madura FC dalam laga babak 8 besar Liga 2 2018.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, dalam laga yang dihelat di Stadion Maguwoharjo, Selasa (6/7/2018), PSS berhasil menang dengan skor tipis 1-0 lewat gol bunuh diri Choirul Rifan pada menit ke-81. Namun, bukan kemenangan PSS-lah yang jadi sorotan utamanya, melainkan proses gol yang terjadi.
Sebelum Rifan melakukan bunuh diri, pemain PSS yang menerima umpan, Irham Irhaz, berada dalam posisi offside. Dari proses tayangan ulang, terlihat jelas bahwa Irham sudah berjarak hampir 2 meter dari pemain terakhir di garis pertahanan Madura FC. Hal ini juga sempat dibenarkan oleh anggota Komite Wasit PSSI, Purwanto.
Kekalahan Madura FC di Maguwoharjo ini berbuntut panjang. Selain menjadi awal dari pertarungan keras kedua tim saat bertemu di Stadion Ahmad Yani, Sumenep, kekalahan Madura FC ini juga jadi awal terbukanya tabir match fixing di sepak bola Indonesia. Nama Januar Herwanto selaku manajer Madura FC dan Hidayat selaku anggota (sekarang sudah jadi mantan) Exco PSSI terseret.
ADVERTISEMENT
Januar Herwanto mengalamatkan sebuah tudingan kepada Hidayat, yang memintanya mengalah dari PSS di laga Liga 2, dengan iming-iming uang sebesar 100 sampai 150 juta rupiah. Meski selalu bersikukuh bahwa ia menolak, Hidayat akhirnya mengambil langkah yang mengejutkan: ia memutuskan mundur dari kursi anggota Exco PSSI.
Perkara soal dugaan keterlibatan PSS dalam match fixing ternyata tidak selesai sampai di situ. Vigit Waluyo, tersangka pengaturan skor, juga ikut buka suara soal keterlibatan PSS dalam kasus ini.
Saat dimintai keterangan di Polda Jatim, Vigit mengungkapkan bahwa PSS jadi salah satu klub, di antara klub Liga 2 lain, yang terlibat match fixing. Untuk memuluskan langkah tersebut, Vigit mengaku bahwa ia berkomunikasi dengan Komite Wasit PSSI.
ADVERTISEMENT
"Pada waktu PSS Sleman di ajang 8 besar dan 4 besar (Liga 2), kami tidak melibatkan banyak pihak. Tapi, karena memang di situ sudah ada permainan, beberapa oknum PSSI melindungi agar prestasi tim terjaga baik. Karena kondisi tim PSS Sleman sendiri itu memang bagus," ujar Vigit dalam konferensi pers usai pemeriksaannya oleh Satgas Antimafia Bola di Polda Jatim, Kamis (24/1).
"Jadi dalam pertandingan apapun dia (PSS) tidak ada kesulitan untuk memenangi pertandingan. Cuma memang kami menitipkan itu kepada Komite Wasit agar tetap dilindungi agar tidak ada kontaminasi dari pihak lain (untuk PSS)," tambahnya.
Vigit Waluyo (tengah) (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Vigit Waluyo (tengah) (Foto: Dok. Istimewa)
Soal keterlibatan mereka dengan pengaturan skor ini, manajemen PSS yang diwakili Soekeno, CEO PT Putra Sleman Sembada (PSS), sebelumnya mengaku bahwa timnya sama sekali tidak terlibat. Mereka juga siap untuk terbuka jika kelak tim Satgas akan melakukan penyelidikan terkait laga-laga PSS di Liga 2 2018.
ADVERTISEMENT
"Kami (PSS Sleman) sendiri senang dengan pembentukan Satgas itu yang tujuannya memperbaiki sistem persepak bolaan tanah air, maka kami appreciate sekali dengan Satgas itu. Sejak awal kami tegaskan kepada tim, tidak boleh sampai terlibat (pada kasus pengaturan skor)," ucapnya.
****
*Catatan Editor: Sebelumnya tertulis pemain PSS Sleman yang berada dalam posisi offside adalah Aditya Putra Dewa, tetapi diperbaiki menjadi Ilham Irhaz.