Viking: Keributan di Magelang Salah Waktu dan Tempat

8 November 2018 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter Persib Bandung. (Foto: Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Persib Bandung. (Foto: Antara)
ADVERTISEMENT
Laga babak 8 besar Liga 1 U-19 yang mempertemukan Persib Bandung vs Persija Jakarta pada Rabu (7/11/2018) sedikit ternoda lantaran berakhir ricuh di pengujung laga. Pemicunya, pendukung Persija yakni Jakmania merangsek masuk ke lapangan Stadion Moch. Subroto dan membikin keributan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa insiden yang terjadi di sana selain penonton yang merangsek masuk ke lapangan. Beberapa di antaranya yaitu aksi pelemparan botol, penyalaan flare dan pemberhentian pertandingan selama 20 menit.
Terjadinya kericuhan pada laga yang berhasil dimenangkan oleh Persib dengan skor 4-0 itu sejatinya dapat ditebak. Rivalitas antara pendukung kedua kesebelasan yakni Jakmania dan Bobotoh diduga menjadi pemicunya.
Terkait insiden itu, Ketua Viking Frontline, Tobias Ginanjar, coba menelaahnya. Menurutnya, kompetisi kategori usia mestinya menjadi ajang pesepak muda bola unjuk gigi.
''Kadang sepak bola butuh rivalitas sebagai bumbu, tapi rivalitas itu ada waktu dan tempatnya, jangan sampai kebablasan. Dan terkait kejadian kemarin menurut saya adalah rivalitas yang berada di waktu dan tempat yang salah,'' ujar Tobias ketika dihubungi kumparanBOLA, Kamis (8/11/2018).
ADVERTISEMENT
''Kenapa? Karena yang bertanding adalah kelompok usia 19 tahun yang secara mental mereka masih dalam tahap pembentukan karakter. Sangat disayangkan tunas-tunas muda sepak bola Indonesia di masa depan harus diperlihatkan situasi seperti demikian di usia seperti itu. Jadi menurut saya tindakan suporter yang turun ke lapangan merupakan tindakan yang konyol di kompetisi usia seperti ini,'' tuturnya menambahkan.
Hingga saat ini, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) belum buka suara menyoal penyelesaian kericuhan ini. Akan tetapi, jika merujuk pada regulasi kompetisi Liga 1, salah satu hukuman yang diambil sebagai bentuk ganjaran adalah meniadakan suporter menyaksikan pertandingan ke stadion. Akan tetapi, menurut Tobias lagi, langkah itu tak bijak diterapkan.
"Saya sebenernya kurang setuju kalau pencegahannya memakai cara instant dengan melarang kedua kelompok suporter datang, karena sebenarnya menonton sepak bola adalah hak setiap warga negara," katanya.
ADVERTISEMENT
''Tapi yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana pihak aparat keamanan bisa menjaga kondusivitas pertandingan walaupun kedua suporter Persib maupun Persija hadir. Sebenernya bisa diatur alur masuk penontonnya, waktu kelur dan masuk suporter, jalur dan lain sebagainya. Mungkin bisa menjadi solusi,'' pungkasnya.