Vinicius Junior sebagai Naskah yang Belum Tuntas

6 Februari 2019 19:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vinicius Junior merayakan gol Real Madrid ke gawang Alaves. Foto: Gabriel Bouys/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Vinicius Junior merayakan gol Real Madrid ke gawang Alaves. Foto: Gabriel Bouys/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Vinicius Junior bukan siapa-siapa pada era kepelatihan Julen Lopetegui di Real Madrid. Dia cuma berstatus sebagai remaja senilai 61 juta euro tanpa pernah mendapatkan kesempatan untuk membuktikan bahwa kualitas sebanding dengan harganya.
ADVERTISEMENT
Ya, hanya dua pertandingan yang menjadi jatah tampil Vinicius selama Lopetegui berkuasa. Durasinya pun sungguh singkat, cuma 42 menit.
Baru ketika Santiago Solari mengambil tongkat estafet kepelatihan, Vinicius melejit. Dia kini bahkan tengah bersiap melakoni laga terpenting Madrid musim ini. Kamis (7/2/2019) dini hari nanti, Sergio Ramos dan kolega akan menghadapi Barcelona di laga pertama semifinal Copa del Rey.
Lonjakan Vinicius di bawah era Solari merupakan bentuk proses. Sang juru taktik tak langsung memberikan jatah tim inti di La Liga atau Liga Champions. Vinicius awalnya cuma dijajal untuk ajang non-prioritas seperti Copa del Rey.
Di ajang itulah, Vinicius memikat. Sebanyak 2 gol dan 7 assist disumbangkan Vinicius dalam 6 pertandingan. Berkat kontribusinya, Madrid juga melenggang ke babak empat besar.
ADVERTISEMENT
Rapor tersebut, plus cedera Gareth Bale, mendorong Solari untuk memberikan kepercayaan lebih di La Liga. Efeknya tak instan karena gol pertama Vinicius di liga baru lahir setelah melakoni pertandingan kelima sebagai starter.
Vinicius Junior mencetak gol Real Madrid ke gawang Alaves. Foto: Juan Medina/Reuters
Gol perdananya tercipta saat Madrid menang 3-0 atas Deportivo Alaves, Senin (4/2/2019) dini hari WIB. Menit ke-80, dia berdiri di posisi tak terkawal dan menyambut umpan silang Marco Asensio dari sisi kanan.
Prosesnya terbilang biasa saja. Karena tak ada aksi individu atau kerja sama tim yang menonjol diperagakan Vinicius. Sekadar keberuntungan dalam menempatkan posisi.
Vinicius, dengan usianya yang baru menginjak 18 tahun, memang masih perlu mengasah kerja sama tim, misalnya kombinasi operan dengan rekan setim. Masih mengambil contoh laga kontra Alaves di mana Vinicius kerap kebingungan ketika rekannya coba mengajak kombinasi satu-dua.
ADVERTISEMENT
Padahal, Vinicius bersanding dengan Karim Benzema di lini depan. Aspek kombinasi dan umpan kunci adalah keunggulan pemilik nama terakhir. Dan perlu diingat bahwa berkat servis Benzema, Cristiano Ronaldo tampil subur selama memperkuat Madrid.
Pun demikian dalam sentuhan akhir ketika hendak melepaskan umpan kunci atau tembakan, Vinicius masih kurang efektif. Kadang dia melancarkan tembakan yang mengedepankan power alih-alih akurasi. Maka, tak heran jika ada lima tembakan mubazir di luar golnya dalam laga melawan Alaves.
Bukan berarti Vinicius tak memiliki sesuatu yang spesial di luar torehan gol serta assist. Coba lihat kualitas tekniknya secara individu, terutama menyangkut dribel, yang sungguh menonjol.
Untuk laga kontra Alaves saja, dia melakukan empat kali dribel. Adapun secara keseluruhan kiprahnya di La Liga, dia membukukan 1,7 dribel per laga --hanya kalah dari Dani Carvajal.
ADVERTISEMENT
Beroperasi sebagai penyerang kiri dalam formasi 4-3-3, Vinicius memang kerap mendapatkan ruang terbuka untuk menggiring bola. Baik itu sekadar menyisir tepi lapangan atau melakukan cut-inside.
Kepiawaian itulah yang membuat dua sampai tiga pemain lawan kerap terpancing untuk menempel dirinya. Tak jarang pula pelanggaran dipilih sebagai solusi guna menghentikan laju Vinicius, seperti laga melawan Alaves yang diwarnai tiga pelanggaran terhadap dirinya.
Yang perlu dicatat, Barcelona bukan Alaves. Secara objektif, sulit berharap bisa melihat Vinicius 'menari-nari' dengan kemampuan dribelnya untuk mengacaukan sisi kanan pertahanan Barcelona yang dikawal Sergi Roberto, kemudian menggetarkan jala gawang Marc-Andre ter Stegen atau Jasper Cillessen. Apalagi, Vinicius masih perlu mengasah aspek pengambilan keputusan dan kerja sama tim.
ADVERTISEMENT
Namun, terlepas dari mampu atau tidaknya membuktikan kualitas di laga seakbar El Clasico, kesempatan inilah yang dibutuhkan Vinicius untuk mematangkan dirinya. Bagaimana menghadapi organisasi pertahanan yang dikomandoi pemain sekaliber Gerard Pique serta Sergio Busquets.
Karena Vinicius adalah naskah yang belum tuntas. Diperlukan cerita-cerita besar demi memuluskan prosesnya menjadi bintang dunia seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi.