Wahai Milla, Kami Mengerti Betapa Pusingnya Anda Mencari Striker

28 April 2018 20:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Timnas Indonesia, Luis Milla (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ekspetasi begitu tinggi manakala Luis Milla hadir ke Indonesia. Latar belakangnya yang pernah membawa Spanyol U-21 menjuarai Piala Eropa 2011, menimbulkan asa akan perbaikan prestasi Tim Nasional (Timnas) Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, hingga setahun lebih sudah Milla menukangi skuat ‘Garuda’, tetapi tanda-tanda akan lahirnya prestasi belum juga muncul. Pencapaian terbaiknya adalah mempersembahkan medali perunggu bagi Timnas U-22 di SEA Games 2017, meskipun meleset dari target yang dibebankan PSSI dengan meraih emas.
Teranyar, Timnas Indonesia lagi-lagi harus merasakan malu di hadapan pendukung sendiri. Hal itu menyusul kekalahan dari Bahrain dengan skor tipis 0-1 dalam ajang Anniversary Cup 2018 di Stadion Pakansari, Jumat (27/4/2018).
Pada laga ini, Milla tetap mengandalkan pakem 4-2-3-1 dengan menaruh Lerby Eliandri sebagai bomber. Perubahan sedikit dilakukan dengan menggeser posisi Evan Dimas sebagai gelandang serang dan menduetkan Zulfiandi-Hargianto sebagai gelandang bertahan.
Setelah tertinggal gol cepat, Indonesia terlihat menggempur habis pertahanan Bahrain. Statisik mengagumkan terpampang dengan melepaskan 18 kali percobaan dan delapan di antaranya tepat sasaran.
ADVERTISEMENT
Namun, sederet peluang itu seakan percuma karena tak ada gol balasan yang tercipta. Selain pengambilan keputusan yang kerap keliru, problematika lain yang mencolok adalah buruknya penyelesaian akhir.
Memang, kesalahan tak bisa dibebankan kepada Lerby seorang. Karena, biar bagaimana pun, sepak bola adalah permainan tim. Akan tetapi, suka atau tidak, sebagai orang yang paling dekat dengan gawang lawan, Lerby punya tugas spesifik untuk mencetak gol.
Sayangnya, pemain Borneo FC gagal menunaikan tugasnya. Tak ada satu pun percobaan ke gawang lawan sepanjang 90 menit. Begitu pula dengan Ilija Spasojevic yang baru masuk pada sepuluh menit terakhir. Ini adalah kali pertama Milla memainkan skema dua striker sekaligus.
Ya, persoalan striker seakan menjadi masalah rutin bagi Timnas Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini. Sejak era Bambang Pamungkas, belum ada lagi nama yang punya kualitas setara. Milla pun pusing dibuatnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum melangkah lebih jauh, mari samakan persepsi dahulu mengenai istilah striker. Yang dimaksud adalah pemain depan dengan peran terbesar sebagai pencetak gol.
Gaya bermainnya, jika bisa disederhanakan, lebih cenderung menunggu umpan-umpan matang di sekitar dan dalam kotak penalti untuk kemudian dieksekusi menjadi gol. Tipe pemain ini juga dikenal dengan istilah striker murni.
Dari Ezra hingga Spaso
Buih-buih akan sulitnya mencari sosok striker ideal sejatinya sudah muncul ketika Milla membesut Timnas U-22 di SEA Games 2017. Awalnya, terdapat nama Ahmad Nur Hardianto. Akan tetapi, cedera yang menimpanya memaksa Milla mengeliminasi penggawa Arema FC itu.
Kemudian, muncullah Ezra Walian, striker naturalisasi yang digadang-gadang menjadi solusi lini depan. Tetapi, fakta berbanding terbalik. Mantan pemain Jong Ajax itu tak mampu memperlihatkan efek signifikan. Hanya satu gol yang dilesakkan pemain naturalisasi asal Belanda itu sepanjang turnamen.
ADVERTISEMENT
Sementara, striker lainnya yang dibawa yakni Marinus Wanewar pun setali tiga uang. Hanya mampu mencetak sebiji gol. Kegamangan Milla dalam memilih striker juga terlihat ketika ia selalu merotasi antara Ezra dengan Marinus dalam setiap laga di SEA Games 2017.
Ezra Walian saat melakukan pemanasan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ezra Walian saat melakukan pemanasan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Beranjak ke Timnas U-23 yang dipersiapkan menuju Asian Games 2018, Milla diuntungkan dengan opsi tiga pemain senior. Bisa ditebak, satu posisi dikunci Milla untuk pos striker.
Momentum datang bagi Milla ketika Spaso resmi menjadi WNI. Tanpa pikir panjang, Spaso langsung dipanggil untuk mengikuti Aceh World Solidarity Cup 2017. Dari tiga laga, ia mencetak satu gol. Ditambah dengan satu laga persahabatan, Spaso telah menjaringkan tiga gol.
Meski demikian, Milla juga sempat mencoba skema tanpa striker murni. Hal itu menyusul dipasangnya Ilham Udin Armaiyn sebagai striker, meski sang pemain berposisi asli selaku winger. Dua kali Ilham bermain sebagai striker yakni saat menghadapi Suriah U-23 dan Islandia.
ADVERTISEMENT
Nama lain yang pernah merasakan peran serupa dengan Ilham adalah Yabes Roni Malaefani. Winger Bali United ini pernah dipasang sebagai penyerang kala Timnas U-22 menjalani fase kualifikasi Piala Asia U-23 2018.
Dominasi Striker Asing
Pusingnya Milla mencari sosok striker garang sejatinya bisa dimaklumi. Bagaimana tidak, jangankan mencari predator di kotak 16, mengambil nama yang menjadi pilihan inti klub-klub Liga 1 saja bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Begini, dari 18 klub Liga 1, berapa tim yang mempercayakan posisi strikernya kepada talenta lokal?
Tercatat, hanya Borneo FC (Lerby), Barito Putera (Samsul Arif), Bali United (Spaso), Sriwijaya FC (Alberto Goncalves), dan Bhayangkara FC (Herman Dzumafo). Dan, 13 tim sisanya, menghamba kepada striker-striker asing.
ADVERTISEMENT
Sialnya, pilihan Milla semakin terbatas mengingat tiga nama lain (selain Lerby dan Spaso), sulit menjadi tumpuan. Samsul belum juga menunjukkan sinarnya, sementara Beto dan Dzumafo sudah terlalu uzur.
Arema vs Persib di Kanjuruhan. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
zoom-in-whitePerbesar
Arema vs Persib di Kanjuruhan. (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
Sekarang, mari simak daftar pencetak gol sementara Liga 1 hingga pekan kelima. Striker asing merajai daftar top skorer dengan penyerang Persib Bandung, Ezechiel N'Douassel, sebagai pemuncak dengan enam gol. Diikuti lima gol oleh David Da Silva (Persebaya) serta 4 gol dari Aleksander Rakic (PS TNI), Marcel Sacramento (Persipura), dan Fernando Rodriguez (Mitra Kukar). Sementara, Spaso baru mencetak sebiji gol dan Lerby mengoleksi dua gol.
Berangkat dari fakta itu, maka jangan heran jika Milla dibuat pusing mencari sosok striker ideal. Jangankan bersaing di posisi daftar pencetak gol terbanyak, dapat menit main pun sulitnya setengah mati. Padahal, kompetisi menjadi awal mula dibangunnya kerangka Timnas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Posisi Milla pun sejatinya hanya bisa menunggu. Ya, menunggu klub memproduksi pemain-pemain lokal andal untuk nantinya menjadi tulang punggung timnas.
Kalau sudah begini, akankah Milla terus-terusan pusing atau terdapat secercah cahaya akan munculnya sosok baru? Menarik dinantikan.