Walau Tampil Agresif, Inter Milan Tuai Kekalahan dari Parma

15 September 2018 22:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Radja Nainggolan dan Candreva di laga vs Parma. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Radja Nainggolan dan Candreva di laga vs Parma. (Foto: Miguel MEDINA / AFP)
ADVERTISEMENT
Pekan keempat Serie A 2018/19 ditutup Inter Milan dengan raihan minor. Bertanding di Giuseppe Meazza pada Sabtu (15/9/2018) pukul 20:00 WIB, Inter justru menelan kekalahan 0-1 dari Parma. Satu-satunya gol di pertandingan ini lahir di menit 79 lewat tembakan Federico Dimarco.
ADVERTISEMENT
Luciano Spalletti turun arena dengan mengusung formasi 4-2-3-1. Penyerang tunggal Keita Baide ditopang oleh trio Antonio Candreva-Radja Nainggolan-Ivan Perisic. Keempatnya bahu-membahu membongkar tembok pertahanan Parma yang dibangun oleh Massimo Gobbi-Riccardo Gagliolo-Bruno Alves-Simone Iacoponi. Di lini terdepan, Antonio Di Gaudio-Roberto Inglese-Gervinho berperan sebagai ujung-ujung tombak yang bermain dalam formasi 4-3-3 yang dibawa oleh sang pelatih, Roberto D’Aversa.
Pada kenyataannya, Inter tampil sebagai tim yang paling menggigit di 30 menit pertama. Buktinya, saat lawan hanya melepaskan satu tembakan, Nerrazzurri sudah melesakkan 6 tembakan dengan 2 yang mengarah ke gawang.
Di menit 18, Balde membuktikan bahwa ia tak sekadar penyerang tunggal yang menunggu datangnya bola ke areanya. Ia justru berperan sebagai ‘pelayan’ Perisic yang menyediakan umpan lambung yang disambut oleh sang rekan dengan tandukan. Sayangnya, sundulan ke arah gawang ini belum dapat membuahkan keunggulan pertama bagi tim tuan rumah.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi permasalahan bagi Inter, Parma bermain dengan pertahanan tangguh. Mereka tak ragu untuk menumpuk empat sampai lima pemain di kotak penalti sehingga mempersulit Inter mencari celah membobol gawang. Itu belum ditambah dengan aksi bertahan PArma yang cukup agresif. Di sepanjang 30 menit pertama, Parma melakukan 5 percobaan tekel dengan 2 tercatat sebagai tekel sukses, 10 sapuan, dan 3 intersep.
Di menit 26 giliran Nainggolan yang menebar ancaman. Kali ini, ia melepaskan sepakan lurus ke arah gawang yang dilancarkan dari luar kotak penalti. Namun, Luigi Sepe masih sanggup menampilkan kepiawaiannya di bawah mistar gawang. Tanpa kesulitan berarti ia menepis sepakan Nainggolan yang berujung tendangan sudut bagi Inter.
Walaupun aksi bertahan Parma cukup efektif di sepanjang babak pertama yang berakhir dengan skor kacamata, bukan berarti permainan ofensif Inter tidak menjadi ancaman. Hal ini terbukti dari 4 penyelamatan yang dilakukan Sepe di paruh pertama. Bandingkan dengan 1 aksi penyelamatan yang dilakoni Handanovic di babak yang sama.
ADVERTISEMENT
Tak puas dengan daya gedor anak-anak asuhnya, Spalletti mengganti sejumlah pemain di babak kedua. Mauro Icardi dimasukkan menggantikan Balde. Dan pada menit 59, giliran Candreva yang ditarik keluar dan digantikan oleh Matteo Politano. Sementara, dari kubu Parma, Dimarco masuk menggantikan Gobbi pada menit 46.
Pemain-pemain ofensif boleh ditambah, tapi efektivitas tetap menjadi masalah. Dari 19 tembakan yang dilepaskan Inter hingga menit 60, hanya 7 yang mengarah ke gawang. Itu pun arahnya begitu mudah dibaca oleh Sepe. Namun, kabar baik bagi suporter Inter: tim tuan rumah tak hanya agresif saat menguasai bola, tapi juga saat tak memegang bola. Buktinya dapat dilihat dari 10 upaya tekel yang mereka ciptakan.
Pelatih Parma, Roberto Aversa. (Foto: Mario Carlini / Iguana Press/Getty Images)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Parma, Roberto Aversa. (Foto: Mario Carlini / Iguana Press/Getty Images)
ADVERTISEMENT
Inter memang tampil begitu dominan. Tak hanya dari segi agresivitas, tapi juga dari sisi penguasaan bola. Hal ini terlihat dari 72,6% penguasaan bola yang berhasil mereka menangi, berbanding dengan 27,4% milik Parma.
Sialnya, cerita klasik yang kerap mengganjar tim yang begitu asyik menyerang kembali menunjukkan rupanya di laga ini. Alih-alih mendulang gol, Inter justru kebobolan di menit 79.
D'Aversa membuktikan keputusannya untuk menarik keluar Gobbi dan memasukkan Dimarco sebagai keputusan jitu. Bila dirunut, Parma mulai meningkatkan intensitas serangannya di 20 menit jelang berakhirnya waktu normal. Di menit-menit ini, mereka lebih berani untuk merangsek masuk ke area pertahanan Inter.
Upaya itu akhirnya membuahkan hasil. Dimulai dari manuver Dimarco yang berlari melepaskan diri dari halangan pemain Inter di tengah lapangan, ia melepaskan satu tembakan jarak jauh yang terlambat diantisipasi oleh pemain Inter. Tak menyangka dengan serangan ini, Handanovic pun mati langkah dan tak sanggup mengamankan gawangnya dari kebobolan. Keunggulan 1-0 menjadi milik Parma.
ADVERTISEMENT
Tersentak dengan gol tim tamu, Inter tetap melepaskan upaya-upaya tembakan dengan agresivitas yang sama. Sayangnya, pertahanan Parma pun tak mengendur walau mereka sudah unggul di ujung laga. Alhasil, hingga wasit meniup peluit panjang, Inter tetap gagal mencetak gol penyama kedudukan. Apa boleh buat, laga ditutup dengan kekalahan 0-1 untuk Inter.