news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Warna-warni Piala Asia U-19 2018

5 November 2018 14:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aran Saudi juara Piala Asia U-19 2018. (Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Aran Saudi juara Piala Asia U-19 2018. (Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA)
ADVERTISEMENT
Gelaran Piala Asia U-19 telah memunculkan juaranya, Saudi Arabia. Mereka sukses memecundangi Korea Selatan (Korsel) 2-1 pada babak final yang digelar di Stadion Pakansari, Cibinong, Minggu (4/11/2018). Kemenangan yang menggenapkan titel juara Arab menjadi tiga, sedangkan Korsel harus puas menjadi runner-up untuk kelima kalinya sepanjang keikutsertaan turnamen.
ADVERTISEMENT
Langkah Arab di awal turnamen sudah meyakinkan. Catatan 100% sukses mereka torehkan di babak penyisihan. Malaysia keok 1-2, China juga berhasil ditaklukkan 1-0, dan ditutup dengan kemenangan 3-1 atas Tajikistan. Rentetan hasil positif yang mengantar Arab finis di puncak klasemen Grup D.
Namun, Arab dihadang Australia sebagai runner-up Grup C di babak 16 besar. Negara yang terletak di selatan Indonesia itu juga bukan lawan yang enteng. Meski cuma finis pada posisi kedua di bawah Korsel, Australia belum pernah sekalipun menelan kekalahan.
Nah, di sinilah strategi Khaled Al Atwi mulai kentara. Anak asuhnya diutus untuk mencetak gol sedini mungkin guna mengerdilkan mental bertanding lawan. Baru tujuh menit laga berjalan, Arab sudah mencetak gol via Turki Al-Ammar. Memang Australia sempat menyamakan kedudukan melalui aksi Nathaniel Atkinson, akan tetapi mereka sukses mencetak dua gol balasan lewat bantuan Firas Al-Buraikan dan Saud Abdulhamid sekaligus mengakhiri laga dengan skor akhir 3-1.
ADVERTISEMENT
Di semifinal, Arab sudah ditunggu Jepang yang sukses menyingkirkan Indonesia 2-0 sehari sebelumnya. Kiprah 'Samurai Biru' setali tiga uang dengan Arab yang selalu melibas lawan-lawannya sejak fase grup. Bahkan, Jepang lebih hebat lagi karena mengukir 3,75 gol per laga sejak laga pembuka.
Pesepak bola Indonesia Hanis Saghara Putra (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Jepang Daiki Hashioka (kiri) dalam babak perempat final Piala Asia U-19. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama)
zoom-in-whitePerbesar
Pesepak bola Indonesia Hanis Saghara Putra (kanan) berebut bola dengan pesepak bola Jepang Daiki Hashioka (kiri) dalam babak perempat final Piala Asia U-19. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama)
Namun, Hassan Tombakti dan kawan-kawan akhirnya berhasil menaklukkan juara bertahan itu dua gol tanpa balas yang dicetak Al Ammar dan Khalid Al-Ghannam di babak pertama.
Tibalah Arab di laga pamungkas, dengan Korsel sebagai penantangnya, tim yang paling sering menggondol trofi juara sebanyak 12 kali. Di tangan mereka juga, Qatar, saudara serumpun Arab, dipaksa bertekuk lutut di partai semifinal. Kendati begitu, Arab tak serupa dengan Qatar. Permainan mereka lebih eksplosif yang kemudian jadi senjata untuk melumpuhkan lawan sejak awal pertandingan.
ADVERTISEMENT
Tengok saja tendagan lambung Al-Ammar yang mengoyak jala Korsel saat pertandingan baru dimulai dua menit. Gelandang milik Al-Shabab itu memang menjadi pilar penting dalam permainan Arab. Meski torehan golnya tak sebanyak penggawa Qatar, Abdulrasheed Umaru, tak menghalangi laju Al-Ammar sebagai pemain terbaik turnamen.
Intensitas serangan yang digalakkan sejak menit-menit pembuka kembali berbuah hasil di menit 20, kali ini Al-Ghannam yang unjuk gigi lewat tendangan jarak jauhnya. Korsel juga bukannya tanpa ancaman. Mereka rutin melancarkan serangan lewat kecepatan yang dimiliki para personelnya. Namun, serangan Korsel masih jauh dari kata efektif. Gol balasan satu-satunya saja berasal dari titik putih dengan Cho Young-wook sebagai algojonya.
Arab unggul dengan skor akhir 2-1, sekaligus mengakhiri penantian 26 tahun lamanya untuk kembali mengangkat trofi juara. Sementara Korsel harus puas finis sebagai peringkat kedua turnamen. Kabar baiknya, Jeon Se-jin dan kolega berkesempatan untuk turut serta dalam Piala Dunia U-20 di Polandia Mei tahun depan.
ADVERTISEMENT
Dalam ketentuan FIFA, ada empat slot di masing-masing zona untuk mengirim wakilnya, yakni CONMEBOL(Amerika Seltan), CONCACAF (Amerika Utara dan Tengah), CAF (Afrika), dan juga AFC (Asia). UEFA (Eropa) jadi pengecualian karena berhak mengirim lima negaranya dan OFC (Oseania) yang cuma bisa mengutus dua anggotanya untuk mentas di Pila Dunia U-20 tersebut. Sementara satu slot tersisa akan diberikan kepada tuan rumah.
Dengan konstelasi demikian, artinya Arab dan Korsel akan ditemani Jepang serta Qatar, dua kesebelasan yang sukses mencapai babak semifinal. Ya, Indonesia sebenarnya bisa saja mentas di Polandia tahun depan andai tak kalah dari Jepang di babak perempat final lalu.
Sementara ini baru UEFA dan OFC yang sudah memastikan wakil-wakilnya. Portugal sebagai juara Eropa U-19 akan ditemani Italia, Ukraina, Prancis, Norwegia. Sedangkan Selandia Baru dan Tahiti akan datang membawa panji Oseania.
ADVERTISEMENT
Sama halanya dengan gelaran Piala Dunia level senior, negara Eropa dan Amerika Selatan jadi yang paling dominan meraih gelar juara. Argentina jadi yang terbanyak dengan 6 titel, disusul Brasil yang 5 kali mengangkat trofi. Sementara Portugal dan Serbia berada di bawahnya dengan masing-masing sepasang trofi. Afrika juga pernah berjaya saat Ghana menjuarai periode 2009 setelah sukses mengalahkan Brasil di fase pamungkas lewat babak adu penalti.
Saviola (kanan) di Piala Dunia U-20. (Foto: Twitter/FIFA)
zoom-in-whitePerbesar
Saviola (kanan) di Piala Dunia U-20. (Foto: Twitter/FIFA)
Lantas, bagaimana dengan Asia?
Tenang, mereka tak se-cupu itu, kok. Jepang dan Qatar pernah nyaris menggondol trofi juara sebelum ditumbangkan lawan-lawannya di partai puncak. Negara yang disebut belakangan kandas di tangan Jerman Barat, sedangkan Jepang dilibas Spanyol yang saat itu diperkuat Xavi Hernandez.
ADVERTISEMENT
Terhitung hanya mereka wakil AFC tersukses di panggung Piala Dunia U-20. Korsel yang superior di Asia cuma mampu menjadi peringkat keempat turnamen sebagai pencapaian terbaiknya, tepatnya pada edisi 1983.