Wasit Terus Dianiaya karena Hukuman PSSI Tak Konsisten

17 September 2018 18:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasit Nasional, Amir. (Foto: Twitter @MafiaWasit)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Nasional, Amir. (Foto: Twitter @MafiaWasit)
ADVERTISEMENT
Noda kembali terjadi di sepak bola Indonesia. Lagi-lagi, wasit yang jadi sasarannya setelah mendapat hantaman keras dari para pemain.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini terjadi pada pertandingan Persegres Gresik United melawan Persiwa Wamena pada laga Liga 2 di Stadion Laskar Joko Samudro, Sabtu (15/9/2018) lalu. Semua bermula saat memasuki laga di menit ke-75.
Abdul Razak yang memimpin pertandingan memberikan penalti kepada Persegres ketika pemain belakang Persiwa, Robert Elopere melanggar David Fristian.
Robert tak terima dengan keputusan tersebut. Pemain Persiwa ini pun emosi dan menghampiri wasit asal Sulawesi Tenggara tersebut untuk meminta penjelasan. Nahasnya, kapten tim berjuluk 'Badai Pegunungan', Aldo Claudio, malah terlebih dahulu memberikan bogem ke arah Razak.
Sebelumnya, kejadian penganiayaan wasit juga terjadi di ajang Liga 3. Kala itu, pertandingan Persibara Banjarnegara dan Bhayangkara Muda. Pemain Bhayangkara Muda yang tak terima keputusan wasit malah memberikan pukulan kepada sang pengadil lapangan.
ADVERTISEMENT
Nah, banyaknya kejadian yang menimpa wasit di sepak bola Indonesia bukan menjadi barang yang baru. Apalagi, setiap tahun sudah sering terjadi penganiayaan kepada pengadil lapangan.
Atas kejadian ini, Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali mencoba memberi ulasannya mengapa kejadian ini sering terjadi.
"Masalah yang utama itu ya masalah trust, kepercayaan terhadap kompetisi kita dari mulai level yang di atas yakni Federasi, operator kompetisi sampai kemudian perangkat-perangkat pertandingannya. Ini yang kemudian menjadi penyebab sepak bola kita itu tidak mengalami kemajuan," ujar Akmal ketika dihubungi kumparanBOLA, Senin (17/9/2018).
"Permasalahan ini yang kemudian sebenarnya tidak dicarikan solusi sampai sejauh ini. Jadi, masalah berulang kemudian dibiarkan begitu saja diendapkan begitu saja. Ramai kemudian terjadi kasus, sebulan dua bulan kemudian lenyap," tambah Akmal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Akmal juga menyoroti masalah ketegasan dari peraturan yang dimiliki oleh Federasi. Tak ada hukuman yang tegas kepada pelaku penganiayaan kepada sang pengadil lapangan.
Diskusi interaktif Save Our Soccer (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Diskusi interaktif Save Our Soccer (Foto: Okky Ardiansyah/kumparan)
"Ketidakkonsistenan dalam pemberian hukuman. Sanksi seumur hidup tahu-tahu berubah. Yang paling gampang adalah konteks Manajer Persib Umuh Muchtar dihukum 6 bulan kemudian diubah. Lalu ada Vladimir Vujovic dihukum 5 pertandingan kemudian diubah," ucap Akmal.
"Pemain yang mendapatkan kartu merah di kompetisi sebelumnya ternyata dihapuskan di kompetisi baru. Artinya, ini membuka celah kepada pelaku sepak bola. Ya sudah, terjadi hal-hal non-teknis, pukulin saja, orang nanti hukumannya dihapus," katanya.