Wawancara kumparan dengan Beto: Menangis Saat Dipanggil Perkuat Timnas

20 Agustus 2018 12:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alberto Goncalves alias Beto merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Laos. (Foto: Hery Sudewo/Inasgoc/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Alberto Goncalves alias Beto merayakan gol Timnas U-23 ke gawang Laos. (Foto: Hery Sudewo/Inasgoc/Antara)
ADVERTISEMENT
Pada 6 Februari 2018, boleh jadi hari paling diingat oleh Alberto Goncalves dalam karier sepak bolanya. Bukan urusan angkat trofi juara atau menjadi pemain terbaik selama satu musim kompetisi, melainkan dua lembar surat dari Kementerian Hukum dan Hak Azazi Manusia (Kemenkumham) yang mengesahkan kewarganegaraannya menjadi WNI.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan Beto--sapaan akrabnya--tak hanya sampai di situ. Berselang tiga bulan, tepatnya pada 6 Mei lalu, surat dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) datang padanya. Bomber Sriwijaya FC itu tak disangka mendapatkan panggilan dari pelatih Timnas Indonesia U-23 untuk melakoni laga uji tanding dalam persiapan menuju Asian Games 2018.
Pada tiga kali kesempatan pemusatan latihan, nama Beto nyaris tak tergantikan mengisi slot lini depan skuat 'Garuda Muda'. Ia bahkan menyingkirkan nama Ilija Spasojevic dan Lerby Eliandry yang lebih dulu berseliweran di skuat Timnas Indonesia.
Kini, Beto tengah berjuang di Asian Games bersama Timnas U-23. Target berat dipikulnya bersama rekan-rekannya untuk bisa lolos ke babak semifinal.
Di tengah-tengah kesibukannya, Beto bersedia menemui kumparanBOLA di Hotel Aston, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (20/8/2018). Perbincangan hangat pun terjadi dengan sejumlah pertanyaan dari mulai pertama kali dipanggil oleh Milla hingga duetnya bersama Stefano Lilipaly yang terlihat padu di lini depan Timnas U-23. Berikut petikan wawancaranya.
ADVERTISEMENT
Tim Indonesia saat melawan Laos dalam laga Asian Games di Stadion Patriot, Bekasi, Jumat (17/8/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim Indonesia saat melawan Laos dalam laga Asian Games di Stadion Patriot, Bekasi, Jumat (17/8/2018). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Bagaimana reaksi pertama kali dapat surat panggilan ke Timnas Indonesia?
Ketika mendengar pemberitaan itu, saya sedang berada di kamar. Dan, ketika itu saya berlutut dan berdoa kepada Tuhan. Ini situasi yang sangat sulit, dan Anda harus berpikir pemain yang di atas 30 tahun, dan saya berusia 37 tahun, dipanggil oleh Timnas Indonesia. Ini tidak gampang karena itu adalah bukti kerja keras saya selama ini.
Saya juga tidak lupa mengabarkan ini kepada bapak, ibu, istri dan anak saya ketika itu, karena saya sangat bahagia. Dan, ini adalah hasil keringat saya selama main bola dan ini adalah kado yang indah selama karier sepak bola saya di mana saya bermain di Brasil lalu ke Indonesia. Latihan pagi dan sore, kena hujan dan matahari. Ketika dipanggil (timnas) saya menangis.
ADVERTISEMENT
Sempat dicap terlalu tua untuk masuk ke Timnas Indoneisa, apa komentarnya?
Ya, memang tujuan utama saya tinggal di Indonesia untuk berkarier sepak bola. Setidaknya saya bisa bermain untuk tiga hingga empat tahun lagi sebagai pemain lokal dan tujuan saya memang ke sana (menjadi pemain nasional).
Tetapi, sebenarnya saya tidak tahu apakah saya bisa membela Timnas Indonesia. Karena Anda harus ketahui, kalau pemain sudah di atas 30 tahun, banyak yang bilang pemain itu sudah tua dan sampai saya sudah bosan dengar itu, tetapi saya tahu potensi dan kondisi saya.
Beto (tengah) sedang mencoba melepaskan tembakan walau diganggu oleh dua orang pemain PBFC. (Foto: PT GTS/ISC A)
zoom-in-whitePerbesar
Beto (tengah) sedang mencoba melepaskan tembakan walau diganggu oleh dua orang pemain PBFC. (Foto: PT GTS/ISC A)
Apa yang jadi keinginan bersama Timnas Indonesia? Ada target menyabet top skor?
Tidak ada. Pokonya begini, olahraga sepak bola adalah permainan satu tim, jadi pikiran saya tetap untuk tim. Kalau punya target pribadi itu adalah opsi kedua seperti cetak banyak gol atau yang lain-lainnya karena yang terpenting adalah membawa juara tim dan saya selalu katakan begitu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan perjalanan Timnas Indonesia di Asian Games?
Kalau cuma lihat dari tiga pertandingan, itu tak adil. Karena ketika saya ikut di tim ini, sejak uji tanding melawan Thailand hingga saya pemusatan latihan di Bali, saya sudah lihat semua pemain. Mereka dan timmas kita ini punya kualitas, baik itu waktu, latihan, di luar dan di dalam lapangan dan semuanya mereka profesional. Jadi tim ini memang solid dan kuat.
Ketika Anda semua melihat tim ini dari tiga laga saja saya menolak, saya meyakini tim ini bisa lebih bagus lagi. Jadi ketika menghadapi Hong Kong kami akan fokus dan kami sadar Asian Games sangat berat tetapi saya percaya kepada teman-teman karena mereka solid dan profesional.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menilai pelatih Luis Milla?
Setiap pelatih punya cara tersendiri dan punya filosofi dalam melatih. Ketika saya bekerja sama dengan pelatih yang pernah bekerja sama dengan saya, saya selalu respek dan ikuti apa instruksi mereka. Jadi saat 2006 saya ke sini, mereka punya cara sendiri karena saya sebagai pemain di lapangan hanya bertugas untuk menjalankan instruksi saja.
Dan, ketika bersama Coach Milla saya diminta kembali lagi saat saya masih muda, karena cara latihan untuk Timnas U-23, mereka muda-muda. Saat ini saya 37 tahun dan ketika saya ikut di Asian Games memang kompetisi untuk anak muda. Intensitas tinggi dan saya pikir Coach Milla memang cocok untuk melatih pemain muda dan itu pengalaman yang bagus untuk saya karena saya kembali lagi seperti muda dulu. Tetapi tidak masalah karena saya akan memberikan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kebersamaan di dalam tim saat ini? Apakah ada kesenjangan antara pemain senior dengan junior?
Tidak ada, Coach Milla selalu bilang ini tim. Mulai dari orang yang membantu mengangkat peralatan hingga pelatih kami semua sama, keluarga. Jadi tidak ada masalah pemain senior dan junior. Ketika ada masukan dari pemain junior ke senior atau sebaliknya, kami sama-sama belajar. Yang muda punya tenaga, yang senior punya pemikiran untuk membantu mereka. Jadi itu cocok, sama-sama saling mengisi.
Peran apa yang diberikan sebagai pemain senior di tim?
Kami sering dipanggil ketika latihan, saya, Stefano Lilipaly, Andritany Ardhiyasa dan Hansamu Yama sebagai kapten, untuk membicarakan bahwa tidak mudah bekerja dengan anak-anak muda.
Selebrasi pemain sepakbola Indonesia dalam pertandingan Grup A Asian Games ke-18 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Minggu (12/8).  (Foto: INASGOC/Jessica Margaretha)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain sepakbola Indonesia dalam pertandingan Grup A Asian Games ke-18 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Minggu (12/8). (Foto: INASGOC/Jessica Margaretha)
ADVERTISEMENT
Anda tentu paham bagaimana pemikiran anak muda dan kami sebagai senior harus mengontrolnya, memberikan masukan yang positif, contoh yang baik sebagai pemain senior untuk kasih masukan ke mereka. Tetapi, tidak ada masalah, karena mereka ketika diberitahu tidak susah.
Duet Anda dengan Stefano Lilipaly terlihat padu, bagaimana kiat khususnya?
Kalau bermain dengan pemain yang memiliki kualitas bagus akan mudah. Apalagi kami satu kamar dan kami sering komunikasi. Sebelum main saya bilang ke dia, "saat saya pegang bola kamu lari ke sini, kalau saya dapat bola untuk satu dua dengan kamu, kamu harus lari ke sini." Dan, itu semua karena komunikasi di luar lapangan dan ketika masuk lapangan semua sudah lancar, apalagi dia pintar.
ADVERTISEMENT
Jadi ketika saya pegang bola, saya tinggal lihat dia saja ke mana bergerak dan begitu juga sebaliknya. Kami saling percaya saja dan itu yang menjadi kunci kami bermain baik di lapangan.
Bagaimana menilai dukungan yang telah diberikan suporter Indonesia sejauh ini?
Saya percaya mereka, suporter di Indonesia ini fanatik akan sepak bola dan pasti mereka akan datang tanpa memandang hari Senin, Selasa atau hari lain. Mereka pasti akan datang untuk membantu kami.
Contoh saja kemarin saat laga menghadapi Laos, paha saya sakit dan ketika mereka berteriak mendukung kami, saya sampai lupa sakit saya. Dan, kami menginginkan agar bisa meraih kemenangan agar mereka pulang ke rumah dengan perasaan senang dan dua gol saya itu untuk mereka.
ADVERTISEMENT