Wayne Rooney, sang Patron Kebangkitan DC United

23 Oktober 2018 6:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wayne Rooney, figur pemimpin di DC United. (Foto: REUTERS/Amber Searls-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Wayne Rooney, figur pemimpin di DC United. (Foto: REUTERS/Amber Searls-USA TODAY Sports)
ADVERTISEMENT
Wayne Rooney sukses mencetak sepasang gol ke gawang New York City FC pada Minggu (21/10/2018). Ya, klub lawan yang diperkuat David Villa itu memang masih bersaudara dengan Manchester City -- rival sekota mantan timnya, Manchester United. Namun, bukan itu yang membuat dwigol Rooney spesial, melainkan keberhasilan membawa DC United tak terkalahkan di sembilan pertandingan secara beruntun.
ADVERTISEMENT
DC hanyalah tim medioker di Major League Soccer (MLS). Oke, dulu mereka memang sempat merajai kompetisi sepak bola tertinggi Amerika Serikat tersebut, di bawah nakhoda Bruce Arena pada akhir 90-an. Bahkan, klub yang berbasis di Washington itu merupakan salah satu tim tersukses dengan empat trofi MLS --hanya kalah dari LA Galaxy yang sudah mengoleksi lima gelar.
Sayang, kejayaan itu tinggallah masa lalu. Toh, mereka selalu absen di babak play-off sejak tiga tahun belakangan. Bila dirunut, catatan minor itu tak terlepas dari kebijakan transfer DC yang biasa-biasa saja.
Saat Los Angeles Galaxy mendatangkan Robbie Keane serta David Beckham, atau New York Red Bulls mendaratkan Thierry Henry, DC cuma memboyong pemain asal Albania, Hamdi Salihi, dan Rafael Teixeira de Souza, mantan pemain U-20 Brasil. Bukan tanpa alasan DC melakukan demikian. Tingginya beban sewa Robert F. Kennedy Memorial Stadium (RFK Stadium), membuat dana transfer DC cekak.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya terobosan revolusioner dilakukan: menggondol Rooney dari Everton pada 28 Juni 2018. Tak butuh waktu lama bagi Rooney untuk memunculkan tuahnya. DC dibawanya menang atas Vancouver Whitecaps di laga debutnya tiga minggu berselang.
Padahal, sebelumnya kemenangan jadi hal yang langka bagi pasukan Ben Olsen tersebut --cuma dua kali menang dalam 14 pertandingan. Bandingkan pasca-kedatangan Rooney yang sudah mendulang 12 kemenangan dalam 19 pertandingan. Di dalamnya, terselip catatan sembilan laga tak terkalahkan secara beruntun.
Tingginya kontribusi Rooney terpapar lewat torehan 12 gol dan 7 assist-nya sejauh ini. Angka yang bahkan melebihi raihannya bersama Everton dan dua musim terakhirnya di United.
Pemain DC United merayakan kemenangan atas New York City FC. (Foto: Amber Searls-USA TODAY Sports)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain DC United merayakan kemenangan atas New York City FC. (Foto: Amber Searls-USA TODAY Sports)
MLS memang berada di level berbeda dengan Premier League. Tak banyak konstelasi pemain bintang di klub-klub kontestannya, alias kurang kompetitif. Kesimpulan yang seakan mewajarkan kesuksesan Rooney bersama DC saat ini.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diketahui bahwa tak semua pemain bintang --jebolan liga top Eropa berhasil meraih kesuksesaan di MLS. Beckham, misalnya. Senior Rooney di Timnas Inggris itu juga butuh adaptasi yang tak sebentar untuk berpendar. Pun demikian dengan Steven Gerrard dan Andrea Pirlo yang tak bagus-bagus amat.
Selain itu, satu aspek penting yang diharapkan dari para pemain bintang MLS adalah mengembangkan liga itu sendiri. Dalam lingkup terkecil, ya, tentang bagaimana memicu rekan-rekan setimnya. Nah, inilah yang jadi kelebihan Rooney dibanding superstar lainnya.
Luciano Acosta, gelandang DC yang digaet dari Boca Juniors, mengungkapkan besarnya impak kedatangan Rooney. Golnya ke gawang NYCFC kemarin jadi yang teraktual, setelah diawali dari sodoran umpan Rooney. Torehan ini sekaligus menggenapkan raihannya menjadi 10 gol di musim ini.
ADVERTISEMENT
"Sejujurnya, saya tak bisa mengatakan apa pun (tentang Rooney). Ini menunjukkan dirinya di lapangan, seberapa baik kami terhubung. Dia pemain hebat, sangat mudah diajak bekerja sama. Dia membuat segalanya lebih mudah,​​” kata Acosta.
DC dan Acosta beruntung memiliki Rooney, penyerang yang tak sekadar tajam, tetapi juga mampu mengkreasi peluang. Lebih dari itu, pemain berusia 32 tahun itu juga merupakan figur pemimpin. Ban kapten United dan Timnas Inggris yang melingkar di lengannya menjadi bukti.
Alih-alih menikmati masa 'pensiunnya' dengan tenang, Rooney justru menunjukkan determinasi lebih bersama DC United. Dia sempat mengalami patah hidung saat berhadapan dengan Colorado Rapids akhir Juli lalu. Darah yang keluar dari hidungnya saat itu menjadi simbol besarnya eksistensi Rooney di DC, demikian yang diungkapkan Olsen.
ADVERTISEMENT
"Dia adalah pria yang kuat. (Darah) itu menunjukkan arti dari kehadirannya di skuat kami saat ini," tegas Olsen sebagaimana dilansir The Washington Post.
Itu baru di dalam lapangan, sebab Rooney juga memancarkan sinar positif di luar pertandingan, yakni kesederhanaan. Dalam sebuah pertandingan tandang, Rooney pernah menolak untuk diberikan kamar khusus seperti pemain bintang pada umumnya.
"Mereka bertanya apakah saya menginginkan kamar untuk ditempati sendiri. Tapi, saya pikir tak benar kalau saya untuk memiliki kamar sendiri saat pemain lain berbagi kamar," kata Rooney kepada Sports Illustrated.
See? Rooney tak sekadar datang untuk bersantai sembari menghabiskan kariernya bersama DC. Lebih dari itu, dia muncul sebagai patron yang menjadi teladan sekaligus membangkitkan DC. Seperti yang pernah diucapkannya setelah resmi menjadi penggawa Black and Red.
ADVERTISEMENT
"Saya memiliki rasa lapar akan kesuksesan. Saya akan memberikan segalanya untuk DC, 100%, seperti yang selalu saya lakukan di setiap tim yang pernah saya bela."