Willian: Suri Tauladan yang Kerap Ditepikan

21 Februari 2018 12:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Willian merayakan gol. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Willian merayakan gol. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
ADVERTISEMENT
Kemujuran memang bukan hitung-hitungan mutlak dan meskipun kedatangannya bisa diusahakan, tetap saja keputusan akhir tidak berada di tangan mereka yang berusaha itu. Willian Borges, rasanya, paham betul bagaimana rasanya dikhianati kemujuran.
ADVERTISEMENT
Tak ada satu pemain pun yang level permainannya mendekati Willian saat Chelsea bertemu dengan Barcelona pada laga leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Rabu (21/2/2018) dini hari WIB. Bahkan, tidak dengan Lionel Messi sekalipun.
Chelsea kalah telak dari segi penguasaan bola pada pertandingan tersebut dengan mencatatkan persentase yang hanya mencapai 27%. Namun, bukan berarti mereka diam saja. Sebaliknya, dalam laga tersebut The Blues-lah yang mampu membuat lebih banyak ancaman dengan total 11 upaya. Willian sendiri bertanggung jawab atas 4 di antaranya.
Empat peluang Willian itu pada akhirnya berbuah satu gol. Namun, jika kemujuran ada di pihaknya, dia bisa saja mencatatkan trigol. Dengan dua upaya yang harus mentah di tiang gawang, siapa yang bisa menyalahkan jika Willian merutuki nasib?
ADVERTISEMENT
Apa yang diperbuat Willian kala bersua Barcelona itu ada persis di garis batas antara mengejutkan dan tidak. Tidak mengejutkan karena pemain satu ini memang sedang berada dalam tren performa apik. Sebelum menghadapi Barcelona, pemain asal Brasil ini punya modal bagus lewat dua golnya ke gawang Hull City di ajang Piala FA.
Di sisi lain performanya itu juga mengejutkan karena sejatinya Willian bukanlah pilihan pertama manajer Antonio Conte. Meski secara total sudah turun di 40 laga semua kompetisi resmi, Willian hanya bermain sebagai starter sebanyak 22 kali. Bahkan, karena minimnya kesempatan bermain ini Willian sempat dikabarkan bakal angkat kaki dari Stamford Bridge pada bursa transfer musim dingin 2018 lalu.
Namun, beginilah Willian. Dia memang bukan pemain yang paling beken, tetapi jika sudah dibutuhkan, dia tak pernah mengecewakan.
ADVERTISEMENT
***
Peter Drury, salah satu komentator ternama sepak bola Inggris, pernah mengatakan bahwa dalam diri Willian, ada perpaduan sempurna antara talenta Brasil dan kedisiplinan khas Eropa. Melihat apa yang selama ini sudah ditunjukkan Willian di lapangan, deskripsi Drury itu jelas tidak berlebihan.
Faktanya adalah, Willian memang orang Brasil. Akan tetapi, karier pemain satu ini dibentuk di Eropa. Total, pemain kelahiran 1988 ini sudah bermain secara profesional selama 12 tahun dengan 11 di antaranya dia habiskan di Eropa.
Sebagai pemain sayap, Willian dikenal akan kecepatan dan kemampuan dribelnya. Inilah yang membuat dirinya mencuat pertama kali kala berkostum Shakhtar Donetsk. Di bawah asuhan Mircea Lucescu, Willian berhasil membawa klub asal Ukraina tersebut menjuarai Piala UEFA 2009 dan 2013.
ADVERTISEMENT
Willian kala bermain untuk Shakhtar. (Foto: AFP/Sergei Supinsky)
zoom-in-whitePerbesar
Willian kala bermain untuk Shakhtar. (Foto: AFP/Sergei Supinsky)
Keberhasilannya di Eropa yang kedua itu kemudian membawa Willian ke sebuah proyek gagal bernama Anzhi Makachkala. Anzhi adalah mantan klub kaya Rusia yang sempat menggegerkan dunia dengan transfer-transfer 'wah' ketika berada di bawah kendali miliuner muslim bernama Suleyman Kerimov. Namun, ketika Kerimov berhenti mengucurkan dana, Anzhi pun praktis harus melego pemain-pemain bintangnya.
Salah satu pemain yang dilego itu adalah Willian. Oleh Anzhi, dia dijual pada musim panas 2013. Padahal, ketika itu Willian baru bermain untuk mereka selama setengah musim.
Kepindahan Willian ke Chelsea itu sendiri diwarnai oleh sebuah kontroversi. Ceritanya, si pemain sebetulnya sudah lebih dahulu mengiyakan tawaran Tottenham Hotspur. Bahkan, Willian sudah menyelesaikan tes medis bersama The Lilywhites. Namun, pemilik Chelsea, Roman Abramovich, kemudian menggunakan kedekatannya dengan Kerimov untuk membajak Willian.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Willian pun merapat ke Chelsea. Menariknya, untuk membajak Willian, Chelsea hanya perlu membayar 2 juta poundsterling lebih banyak dari jumlah yang disodorkan Tottenham kepada Anzhi. Proses pembajakan ini akhirnya membuat para petinggi Tottenham murka. Namun, amarah mereka itu tidak mampu mengubah hasil akhir.
Di bawah Jose Mourinho, Willian tak kesulitan untuk menjadi pemain utama di formasi 4-2-3-1 yang jadi andalan manajer asal Portugal tersebut. Sebabnya, selain karena punya atribut ofensif yang mumpuni, Willian juga punya satu nilai plus yang membuatnya jadi pemain yang begitu disukai Mourinho: kemauan untuk bekerja keras.
Kemauan bekerja keras ini memang pada akhirnya tak membuat Willian jadi pemain yang bisa bertahan dengan baik. Akan tetapi, setidaknya, dengan kerja kerasnya itu tugas para pemain bertahan Chelsea bisa lebih ringan. Mentalitas inilah yang membuat Willian awet bertahan sebagai winger kanan utama Chelsea, menyingkirkan nama-nama macam Mohamed Salah dan Victor Moses.
ADVERTISEMENT
Willian (kiri) cepat dan pekerja keras. (Foto: AFP/Patrik Stollarz)
zoom-in-whitePerbesar
Willian (kiri) cepat dan pekerja keras. (Foto: AFP/Patrik Stollarz)
Walau begitu, Willian baru bisa menyumbangkan gelar pada musim keduanya. Pada musim 2014/15 itu, peran Willian makin krusial saja dengan bermain di 36 dari 38 pertandingan liga.
Bulan madu kedua Chelsea bersama Mourinho itu akhirnya berakhir pada musim 2015/16. Ketika itu, penampilan Chelsea anjlok. Suasana tim pun begitu buruk, terutama sejak Mourinho berseteru dengan dokter tim, Eva Carneiro. Mourinho pun akhirnya dipecat dan Chelsea mengakhiri musim di urutan kesepuluh.
Di tengah buruknya suasana Chelsea, performa Willian ternyata tidak terpengaruh. Bahkan, dia pun menjelma menjadi pemain terbaik klub dan tampil di 35 pertandingan Premier League. Pada akhir musim, Willian dinobatkan menjadi pemain terbaik pilihan fans.
Apa yang dicapai Willian itu bukan hal mudah. Pasalnya, pada musim tersebut dia harus bersaing dengan winger anyar yang baru dibeli dari Barcelona, Pedro Rodriguez. Namun, menukiknya performa Eden Hazard membuat Willian bisa lebih leluasa mengambil tanggung jawab di lini serang Chelsea.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kedatangan Conte membuat Willian kemudian harus kehilangan spot tetap di tim utama Chelsea. Di bawah manajer asal Italia itu performa Hazard kembali membaik dan Willian pun mau tidak mau harus berbagi waktu dengan Pedro di atas lapangan. Walau demikian, pada musim 2016/17 lalu Willian justru menjalani musim terbaiknya bersama 'Si Biru'.
Musim 2016/17, Willian bermain di 34 laga bersama Chelsea. Dari sana, dia berhasil mencatatkan 8 gol dan 6 assist. Chelsea pun dibawanya menjadi juara Premier League.
Willian mencetak gol ke gawang Barcelona. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
zoom-in-whitePerbesar
Willian mencetak gol ke gawang Barcelona. (Foto: Reuters/Matthew Childs)
Sampai akhirnya, musim 2017/18 tiba. Willian boleh saja semakin jarang menjadi pemain utama. Akan tetapi, kontribusinya tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari 22 kali menjadi starter, 11 gol telah berhasil dia lesakkan. Apa yang dicapainya di level klub ini membuat Willian makin dipercaya jadi salah satu sosok pemimpin di Tim Nasional Brasil. Pada laga persahabatan melawan Jepang, Oktober 2017 silam, Willian diberi ban kapten oleh Tite.
ADVERTISEMENT
***
Sebagai pemain depan, Willian memang begitu komplet. Selain punya kecepatan, dribel, serta etos kerja bagus, Willian juga bisa bermain di dua posisi, winger kanan dan gelandang serang. Tak cuma itu, kemampuan eksekusi bola matinya juga terhitung mumpuni. Itulah yang membuat dirinya mampu bertahan begitu lama di klub sekelas Chelsea. Namun, itu semua tentu tidak akan cukup tanpa sikap profesional yang sulit ditandingi.
Willian sama sekali tidak pernah mengeluh. Ketika diparkir di bangku cadangan, dia menyadari bahwa setiap pemain punya perannya masing-masing. Kesadaran inilah yang membuatnya mampu tetap tampil cemerlang sebagai pemain pengganti.
Salah satu contoh paling nyata dari kontribusi Willian sebagai pemain skuat adalah saat dia mencetak gol penyama kedudukan pada laga menghadapi Liverpool, akhir November 2017 lalu. Kala itu, Willian baru dimasukkan saat laga tersisa tujuh menit dan dia hanya butuh dua menit untuk mencetak gol. Gol yang dicetaknya itu pun terjadi lewat proses yang indah, dengan tendangan chip melewati Simon Mignolet.
ADVERTISEMENT
Boleh dibilang, gol melawan Liverpool itu menjadi titik balik performa Willian musim ini. Jika sebelumnya dia 'hanya' mampu mencetak 3 gol dan 2 assist dari 19 pertandingan, setelahnya dia berhasil mengemas 7 gol dan 5 assist. Dengan kata lain, Willian seperti terlahir kembali.
Kebangkitan Willian ini, tentu saja, bakal menjadi angin segar bagi Chelsea yang belakangan sempat mengalami kesulitan dalam mencetak gol. Selain itu, dengan masih berlaga di tiga ajang--Premier League, Piala FA, dan Liga Champions--keberadaan pemain seperti Willian akan sangat penting bagi pasukan Conte ini. Jika Willian mampu mempertahankan performa bagusnya, bukan tidak mungkin Chelsea bakal terus membaik pula sampai akhir musim nanti.