5 Tips Menulis Artikel Makanan Ala Kevindra Soemantri

25 April 2019 11:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tips menulis artikel makanan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Tips menulis artikel makanan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Menulis artikel makanan kini tak hanya dimonopoli oleh jurnalis. Semua orang dari berbagai kalangan bisa dengan mudah membuat tulisan tentang dunia kuliner. Entah review, rekomendasi tempat makan, lushingga sejarahnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan profesi food blogger dan food influencer kini jadi impian banyak orang. Menceritakan sensasi bepergian sambil mencicipi ragam makanan dianggap sebagai kegiatan menarik.
Minat terhadap dunia kuliner memang makin tinggi. Tapi menurut penulis kuliner Indonesia, Kevindra Soemantri, pekerjaan penulis kuliner kerap dipandang sebelah mata. Padahal menurutnya, menulis tentang makanan tak semudah kelihatannya.
“Orang pikir menulis makanan itu cuma makan saja. Enggak semua orang bisa menangkap esensi tentang makan. Karenanya, enggak segampang itu menulis makanan,” ujar Kevindra kepada kumparan.
Tertarik menjadi seorang penulis kuliner? Laki-laki yang kerap menjadi dosen tamu tentang food journalism ini pun membagikan kiatnya menulis artikel makanan kepada kumparan. Apa saja?
1. Mengerti tanggungjawab saat menulis artikel makanan
Tips menulis artikel makanan Foto: Shutterstock
Menulis artikel kuliner tak semata mencicipi makanan dan menulisnya. Menurut Kevindra, ada batasan-batasan yang harus diperhatikan untuk menulis artikel kuliner yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
“Kalau bikin konten makanan, kamu harus punya tanggungjawab terhadap tiga hal. Tanggungjawab dengan industrinya, pembaca, dan institusi seperti restoran atau warungnya,” jelas jebolan Masterchef Indonesia 2011 ini.
Seseorang tidak boleh menyudutkan pihak tertentu saat menulis sebuah artikel makanan. Dalam penjelasan Kevindra, seseorang harus jujur tapi tetap sopan saat menyampaikan sebuah informasi.
2. Gali cerita menarik di balik makanan
Warga makan bersama seusai mengikuti prosesi kirab Gelar Budaya Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah. Foto: Antara/Aji Styawan
Artikel makanan tak melulu berisi rekomendasi tempat makan maupun resep. Menggali cerita lain di balik suatu makanan atau tempat makan bisa membuat artikel semakin menarik saat dibaca.
Misalnya membahas mengenai sosok di balik makanan atau tempat makan legendaris. Bisa pula tentang fakta unik sajian, atau menilik sejarah di balik suatu makanan.
ADVERTISEMENT
“Untuk makanan, sekarang orang kebih suka yang ada story telling-nya, lebih deep. Enggak harus historis atau antropologi, bisa juga yang casual tapi dibahas lebih dalam,” tutur laki-laki kelahiran 1993 ini.
3. Perbanyak referensi bacaan
Membaca majalah (ilustrasi). Foto: Pixabay/kaboompics
Food writer di luar bisa sampai membahas bau ruangannya seperti apa. Misalnya, bau ruangan ini mengingatkan saya dengan hari pertama di musim semi,”
Kemampuan bermain kosa kata juga bisa membuat tulisan lebih menarik dan enak dibaca. Menurut Kevindra, triknya adalah memperbanyak referensi atau rujukan. Baik dari majalah, novel, dan website terpercaya khusus kuliner.
4. Latih indera perasa
Ilustrasi makan Foto: Shutter Stock
Mencicipi makanan adalah salah satu tugas utama seorang penulis makanan. Penulis harus bisa menjabarkan cita rasa makanan seperti rasa dasarnya, tekstur, hingga temperatur makanan.
ADVERTISEMENT
Kepekaan lidah akan membuat informasi yang disampaikan semakin akurat dan terpercaya. Sering pergi ke tempat makan sambil mencicipi makanan yang berbeda merupakan cara terbaik untuk melatih indera pengecap kita.
“Makan itu proses intelektual yang menekan seluruh panca indera. Kalau tidak punya latar belakang kuliner, paling tidak harus bisa mengukur temperatur dan tekstur. At least kamu harus tahu teksturnya tepat atau enggak,” terang Kevindra.
5. Jangan ragu bertanya
Bertanya jika mengalami kesulitan. Foto: Thinkstock
Proses wawancara akan membuat informasi yang disampaikan menjadi lebih akurat. Bertanya kepada narasumber juga akan menurunkan risiko salah informasi saat menulis sebuah artikel makanan.
“Kita tidak bisa menyebut makanan enak atau tidak enak kalau ngobrol sama chef-nya saja tidak pernah. Padahal untuk menulis review yang baik, kita harus paham proses pertama dari bahan hingga sampai ke meja,” tambah Kevindra.
ADVERTISEMENT