news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berkah Ramadhan dari Dapur Leumang

11 Mei 2019 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah gubuk kecil dari kayu berdiri kokoh di pinggiran jalan Syiah Kuala, Lamdingin, Banda Aceh. Di dalamnya seorang lelaki bernama Yacop (43) sedang menjaga kobaran api agar tak padam.
ADVERTISEMENT
Peluh di wajahnya terus bercucuran. Api kian membesar, gumpalan asap membumbung tinggi hingga menutupi wajah. Di sela-sela itu, Yacop melempari satu persatu kayu-kayu kecil biar api menyala rata.
Sesekali ia menyeka peluh dengan lengan baju. Terlihat pula saat ia membersihkan wajah dengan air lantaran kepanasan. Ketika api terlalu besar Yacop menyemburkan sedikit air agar api mengecil. Lalu memisahkan kayu yang masih menyala dan menjadi arang menggunakan tongkat sepanjang dua meter di tangannya.
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Buluh bambu berisi keta dilapisi daun pisang pada bagian dalam. Semuanya tertata rapi, bersandar di atas besi sebagai penyanggah. Menggunakan sarung tangan dan penjepit tang, Yacup kemudian membolak-balikkan bambu tersebut agar merata terkena bara api.
Selama empat jam, Yacop bergelut dengan api ditambah panasnya terik matahari. Puasa tak mengurungkan langkahnya untuk membakar Leumang hingga matang. Kudapan khas Ramadhan di Aceh ini jadi incaran warga menjelang berbuka. Leumang juga merupakan salah satu masakan tradisional Aceh.
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Begitulah aktivitas Yacop saban hari. Ia membantu orangtua menyajikan penganan Ramadan untuk dijual kepada warga. Bagi Yacop, pekerjaan itu tak hanya sekadar mencari rezeki, namun sebagai pengabdian dan kecintaannya terhadap sang ibu yang telah melahirkan.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya saya juga punya pekerjaan lain di kampung (Pidie). Tapi karena ibu sudah tua, saya ingin menolong beliau selagi saya masih mampu,” ujar Yacop saat kumparan menghampirinya, Kamis (9/5).
Tak jauh dari lokasi Yacop membakar Leumang, Hafsah (70) tampak sedang mengaduk selai dalam sebuah wajan besar di sudut dapur. Sang ibu yang telah berusia senja terlihat begitu semangat. Sesekali ikut melempar candaan kepada beberapa pekerja, mengubah suasana hening menjadi ceria.
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Selai yang dimasak Hafsah adalah untuk dijual bersamaan dengan Leumang. Proses memasaknya menyita waktu selama dua jam.
Usahanya ini telah digeluti Hafsah selama 18 tahun sejak 2002. Kini dirinya lagi sendiri, dibantu oleh beberapa pekerja dan juga Yacop putra pertamanya yang menjadi tumpuan harapan untuk meneruskan usahanya.
ADVERTISEMENT
Yacop menceritakan, setiap Ramadhan permintaan Leumang meningkat ketimbang hari biasa. Per harinya mengahabiskan 45 bambu beras ketan atau sebanyak 144 bambu leumang. Bahan baku utama yang digunakan ialah beras ketan, ubi kayu, santan kental, garam, dan gula pasir.
“Kalau bulan puasa permintaan leumang selalu ramai. Makanya saya ikut membantu ibu memasaknya,” kata Yacop.
Ada tiga varian rasa; yaitu leumang ketan putih, ubi, dan ketan hitam. Proses pembuatannya dimulai sejak pukul 06.00. Mereka terlebih dahulu mencuci ketan dan memotong bambu dengan ragam jenis ukuran.
Bambu yang telah dipotong kemudian dicuci satu persatu. Bagian dalamnya dilapisi dengan daun pisang. Setelah itu baru dimasukkan penganan leumang untuk dibakar di atas bara api.
ADVERTISEMENT
“Proses memasaknya selama 4 jam mulai dari pukul 10.00 WIB sampai dengan selesai. Setelah itu baru kita di jual dan juga ada yang dipotong kecil-kecil untuk takjil,”katanya.
Harga yang dibandrol Yacop cukup menghemat saku. Leumang yang sudah dipotong kecil dijual seharga Rp 5000 hingga Rp 20.000 tergantung ukuran. Sementara harga untuk satu bambu leumang berkisar berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 100.000 ribu.
Lemang Khas Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Ia mengaku kalu berkah hasil menjual Leumang selama satu bulan penuh bisa mencapai puluhan juta.
“Alhamdulillah berkah Ramadan. Rezeki ada tapi itu bukan untuk saya semua kami bagi-bagi ada delapan orang pekerja,” sebutnya.
Pembeli Leumang Hafsah tak hanya masyarakat lokal Banda Aceh dan Aceh Besar saja. Dia mengaku baru-baru ini, ada permintaan dari Arab Saudi, Malaysia, Palembang, dan Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Setiap Ramadhan Alhamdulillah ada permintaan ke luar negeri, dan baru tahun ini ke Arab Saudi. Di bawa oleh orang Aceh yang tinggal di sana,”ujarnya tersenyum.