news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cara Unik Korea Selatan Kurangi Sampah Makanan

11 Desember 2017 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Limbah makanan (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Limbah makanan (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Sampah sisa makanan seakan selalu menjadi masalah di suatu negara. Bila jumlah sampah makanan tinggi dan tak ada pengolahan yang efektif maka bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Kesehatan masyarakat juga turut terganggu akibat sampah-sampah makanan yang tak diolah dengan baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata hal tersebut tidak berlaku di Korea Selatan. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 51 juta jiwa, Korea Selatan berhasil menorehkan prestasi di bidang pengelolaan sampah makanan.
Dikutip dari Straits Times, tercatat dari tahun 2008 hingga 2014 jumlah sampah makanan di Korea Selatan berkurang dari 5,1 ton menjadi 4,8 ton per hari. Sampah makanan yang dimaksud ini adalah sampah dari sisa makanan yang dikonsumsi seperti sayur sisa memasak, makanan yang tidak habis dimakan hingga buah-buahan busuk.
Keberhasilan Korea Selatan tersebut tak lain disebabkan karena kejelian pemerintahnya dalam membuat kebijakan pengelolaan sampah makanan. Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan program bernama "Pay as You Trash" untuk pengolahan sampah makanan yang mulai diterapkan pada tahun 2013 lalu.
ADVERTISEMENT
Program tersebut mengharuskan masyarakat Korea Selatan untuk memisahkan sampah makanan dari bungkusnya dan memasukkannya dalam sebuah alat pengolahan sampah khusus. Untuk dapat mengakses alat pengolahan, masyarakat di Negeri Ginseng ini harus merogoh koceknya disesuaikan dengan kiloan beban sampah mereka.
Pemerintah Korea Selatan sendiri telah membagi 3 metode pembayaran untuk sistem Pay as You Trash.
Pertama, adalah melalui kartu Radio Frequency Identification (RFID) . Untuk penggunaannya, masyarakat hanya perlu menempelkan kartu tersebut pada alat dan pintu alat pengolah sampah makanan akan terbuka secara otomatis. Pada saat itulah masyarakat dapat memasukkan sampah mereka ke alat pengolah. Sampah tersebut secara otomatis akan terhitung beratnya dan akan tercatat pada akun pemiliknya. Pemilik sampah kemudian harus membayar tagihan pengolahan sampahnya ini setiap bulannya.
ADVERTISEMENT
Sistem pembayaran kedua adalah melalui kantong sampah prabayar. Pembayaran dengan sistem ini didasarkan pada volume sampah. Sebagai contoh, di Seoul, sebuah kantong sampah 10 liter dihargai 190 won (Rp 2.356).
Terakhir, juga ada sistem manajemen barcode. Masyarakat Korea Selatan cukup menyimpan makanan limbah langsung ke tempat sampah pengomposan dan membayarnya dengan membeli stiker kode batang yang terpasang di tempat sampah.
Dengan adanya sistem Pay as Your Trash, masyarakat Korea Selatan menjadi lebih sadar untuk menghabiskan makanan. Mereka lebih berhati-hati terhadap sampah makanannya. Apalagi, sistem ini diawasi secara ketat oleh petugas keamanan khusus.
"Karena saya khawatir akan biaya pembuangan, saya lebih berhati-hati lagi dalam membuang sampah makanan sekarang," ungkap Kwan seorang ibu rumah tangga dikutip dari odditycentral.com.
ADVERTISEMENT
"Saya pergi ke Korea Selatan dengan temanku awal tahun 2017. Ketika kami hendak membuang sampah, petugas keamanan mendekati kami dan secara ketat mengawasi kami saat kami membuang sampah. Sangat mengejutkan," ungkap seorang turis melalui akun Twitter @dareakuma_san, Senin (11/12).
Kira-kira bagaimana bila sistem ini diterapkan di Indonesia?