Kemenpar Tetapkan Bali, Yogya & Bandung Jadi Destinasi Kuliner Lokal

10 April 2018 11:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
ADVERTISEMENT
Indonesia memang terkenal akan keanekaragaman kulinernya yang menggugah selera. Mulai dari makanan berat, camilan, hingga minuman dari Indonesia memiliki cita rasa khas yang tak akan ditemukan di negara lain.
ADVERTISEMENT
Meski kaya akan berbagai macam kuliner lezat, ternyata kepopuleran sajian khas Nusantara masih belum dapat menyaingi negara Asia lainnya seperti China atau Thailand. Padahal, menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, peluang kuliner Indonesia untuk berkembang, baik dari segi pariwisata maupun ekonomi sangat tinggi.
“Kontributor ekonomi kreatif paling utama adalah kuliner. Secara motivasi maupun komersil, peluang kuliner sangat tinggi,” terang Arief Yahya saat ditemui kumparan di konferensi pers ‘Pesona Kuliner Festival Jajanan Bango’ di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata, Jakarta Pusat (9/4).
Sebagai strategi agar kekayaan kuliner Indonesia dapat lebih dilirik oleh masyarakat luar negeri, Arief Yahya mengatakan bahwa dibutuhkan adanya diplomasi kuliner sebagai pendekatan kepada masyarakat luas mengenai kekayaan sajian khas Nusantara.
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
Lalu, apa yang dimaksud dengan diplomasi kuliner?
ADVERTISEMENT
Diplomasi kuliner sendiri merupakan suatu usaha untuk menarik minat wisatawan dunia terhadap Indonesia dengan cara memanfaatkan kekayaan kuliner khas dari Tanah Air. Menurut penuturan Arief Yahya, metode diplomasi kuliner ini merupakan bentuk pengenalan yang paling halus dan tidak terasa, seperti halnya yang telah dilakukan oleh China dan Thailand dalam memperkenalkan sajian lokalnya.
Dan untuk mencapai diplomasi kuliner yang ideal, Arief Yahya mengatakan bahwa Kementerian Pariwisata telah merumuskan tiga metode yang dinilai akan mendongkrak popularitas kuliner Indonesia di mata dunia. Perumusan strategi ini sendiri adalah kerjasama antara kementerian pariwisata dengan BEKRAF, kementerian luar negeri, dan kementerian perdagangan.
Yang pertama adalah Indonesia harus memiliki national food, yaitu makanan yang dianggap sangat mewakili gambaran Indonesia di kancah internasional. Dalam hal ini, BEKRAF sebenarnya telah menentukan salah satu kuliner khas Indonesia yaitu soto sebagai sajian nasional yang sangat menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, Kementerian Pariwisata sendiri merilis lima makanan nasional yang dianggap paling menggambarkan Indonesia. Di antaranya ada rendang, nasi goreng, dan sate, yang diambil dari survei makanan Indonesia paling populer versi laman CNN, serta soto dan gado-gado yang dianggap paling dekat dan mudah ditemukan di tengah masyarakat Indonesia.
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers FJB 2018 (Foto: Dok. Festival Jajanan Bango)
Selanjutnya adalah mencari serta melakukan sertifikasi kota yang patut dijadikan sebagai destinasi kuliner utama Indonesia. Ada Bali dengan sajian khas-nya yang dapat menjadi magnet wisata kuliner bagi wisatawan mancanegara, Bandung yang mewakili sajian khas Sunda yang segar, dan Yogyakarta sebagai gambaran kuliner khas Jawa yang manis dan asin.
Tak hanya dipilih berdasarkan banyaknya peminat sajian khas di tiga kota besar Indonesia tersebut. Vita Datau, ketua tim percepatan pengembangan pariwisata kuliner dan belanja Kementerian Pariwisata, menyatakan bahwa tiga kota besar tersebut dipilih setelah melewati serangkaian survei dan penelitian yang dilakukan oleh tim profesional.
ADVERTISEMENT
“Destinasi tersebut ditetapkan tidak hanya karena kesukaan. Tapi ada tim yang dibentuk pada 2015 lalu untuk menilai destinasi yang kulinernya cukup didengar orang,” ujar Vita Datau ditemui di tempat yang sama.
Dan yang terakhir adalah melakukan endorse atau promosi dan kerjasama antara pemerintah dengan restoran Indonesia yang ada di luar negeri. Menurut Arief Yahya, selama ini restoran Indonesia yang ada di luar negeri hampir semuanya berdiri secara mandiri tanpa bantuan pemerintah.
“Indonesia belum punya restoran yang diendorse oleh pemerintah. Mereka berdiri secara alamiah dengan jumlah yang tidak banyak,” tambah Arief Yahya.
Padahal, menurutnya, kunci keberhasilan China dan Thailand dalam mempopulerkan kulinernya tak lepas dari dukungan pemerintah yang sangat loyal. Dan jika pemerintah Indonesia lebih getol lagi mendukung perkembangan restoran Indonesia di luar negeri, bukan tidak mungkin bahwa kepopuleran sajian khas Nusantara dapat sejajar bahkan menyaingi negara-negara lainnya yang lebih populer.
ADVERTISEMENT
“Padahal jika restoran Indonesia di luar negeri dapat maju, hal ini akan menciptakan kecenderungan wisatawan luar negeri untuk berkunjung ke Indonesia,” tutupnya.