Kungfu Chef Muto, Calon Marinir yang Banting Setir Jadi Koki

27 September 2018 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chef Muto
 (Foto: Instagram @chefmuto)
zoom-in-whitePerbesar
Chef Muto (Foto: Instagram @chefmuto)
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang sering menonton acara masak-memasak di televisi, pasti sudah tak asing lagi dengan Chef Muto. Dikenal dengan julukan Kungfu Chef, Chef Muto memang sempat menarik perhatian penggemar program kuliner berkat atraksi yang selalu Ia sajikan saat meracik beragam bahan masakan. Mulai dari memainkan botol merica, spatula, hingga pisau sering Ia tunjukkan sembari memasak.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pria bernama lengkap Mutofik Sultoni ini pernah memiliki program masak sendiri yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta beberapa waktu lalu. Keahliannya memainkan beragam alat dapur sukses membuat banyak para penonton takjub.
Dikenal sebagai salah satu celebrity chef populer Indonesia, ternyata chef kelahiran Tegal, Jawa Tengah, ini awalnya tak menyangka akan menekuni profesi juru masak secara profesional. Meski sedari kecil mengaku gemar memasak, Chef Muto sebenarnya lebih tertarik menjadi seorang marinir dan sempat mengikuti ujian masuk akademi militer.
"Setelah SMA saja mengikuti kakak saya kerja sebagai tukang cuci piring di sebuah tempat katering. Kebetulan tetangga kakak ipar saya adalah marinir dan lama-lama suka karena melihat marinir gagah dan bagus," ujar Chef Muto dijumpai kumparanFOOD di JIEXPO Kemayoran pada Rabu (26/9).
ADVERTISEMENT
Sayangnya, Chef Muto harus gagal saat mengikuti ujian akhir karena masalah kesehatannya. Padahal Ia sudah mempersiapkan staminanya agar lulus, mulai dari memperbanyak olahraga hingga lari pagi secara teratur.
"Pas mau penerjunan, diperiksa darahnya naik akhirnya saya dicoret, padahal fisik saya sehat. Dari situ gagal dan dipulangkan ke Jakarta. Mungkin karena saya nggak teratur makannya, olahraga, tidurnya kurang teratur jadi tensinya naik," tambah pria berusia 38 tahun tersebut.
Tak ingin terlalu lama terpuruk karena gagal mewujudkan cita-citanya sebagai marinir, Chef Muto pun meneruskan pekerjaannya sebagai pencuci piring dari satu restoran ke restoran lainnya. Berkat kegigihannya, Chef Muto yang awalnya hanya bekerja sebagai tukang cuci piring dengan upah Rp 7.000 pun diangkat sebagai karyawan tetap. Ia pun sempat diberi tanggungjawab sebagai assistant manager hingga accounting di restoran tempatnya bekerja.
ADVERTISEMENT
Telah bekerja dalam waktu lama di industri kuliner, ternyata Chef Muto sempat sinis terhadap profesi chef, lho. Menurutnya, profesi chef merupakan pekerjaan yang melelahkan dan mengeluarkan banyak keringat.
Meski begitu, seragam chef yang terlihat elegan lama kelamaan meluluhkan rasa ketidaksukaannya terhadap profesi juru masak. Tak jarang Ia sering memakai seragam chef saat bekerja dan 'menyamar' agar bisa berkumpul bersama juru masak di tempatnya bekerja.
"Saya dulu nggak suka sama chef karena kelihatannya dekil dan keringetan. Berbeda dengan waitress yang bersih dan wangi. Chef itu kotor tapi saya suka bajunya," ceritanya sambil tertawa.
"Pas saya jadi kepala gudang, saya selalu belajar masak. Saya suka baju chef yang digantungin. Setiap jam istirahat, saya ambil baju chef lalu saya pakai. Saya makan di luar bersama chef, mereka ngobrolin resep, restoran, semua ilmu-ilmunya saya ambil," tambah Chef Muto.
ADVERTISEMENT
Bermula dari itulah, Ia mulai menguasai teori-teori memasak yang didapatkan selama bekerja sebagai karyawan restoran. Sampai pada akhirnya, salah satu rekan kerja Chef Muto mulai menyadari bakat memasak yang Ia miliki dan mengajaknya untuk bekerja di sebuah restoran teppanyaki Jepang.
Bekerja sebagai seorang koki teppanyaki tak lantas membuat Chef Muto berpuas diri. Tak ingin melihat pelanggannya bosan saat menunggu pesanan, tercetuslah ide untuk melakukan sebuah atraksi menarik yang bisa dinikmati sembari menunggu makanan siap disajikan.
Perlu waktu cukup lama bagi Chef Muto untuk menguasai berbagai teknik memainkan alat masak. Semua teknik dipelajari secara otodidak dengan memperhatikan teknik-teknik yang diajarkan oleh seniornya.
"Selama ini saya tidak ada gurunya, tapi belajar inovasi dan melihat senior yang sudah ahli. Belajarnya berurutan ya, awalnya cuma belajar paper shaker yang dua kayu, terus tambah lagi spatula, tambah lagi pisau. Semua berjalan berurutan, pelan-pelan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Berkat keahliannya tersebut, Chef Muto mulai dilirik oleh banyak restoran dari dalam maupun luar negeri. Tak jarang pula Chef Muto diundang untuk menunjukkan kebolehannya di hadapan para menteri dan petinggi di berbagai negara.