Lamaknyo Makan Itiak Lado Mudo Khas Nagari Kota Gadang

26 Juni 2019 19:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak tergoda dengan enaknya limpahan bumbu rendang atau siraman kuah gulai nan gurih. Beberapa makanan khas Nagari Kota Gadang itu memang sulit ditolak. Rasanya yang kaya rempah dan bumbu, gurih, serta sedikit pedas dimakan bersama nasi putih hangat, hmm lamak bana!
ADVERTISEMENT
Selain lauk yang biasa kita makan di rumah makan khas Padang, adalagi menu seperti itiak lado mudo yang juga memiliki penggemar tersendiri. Makanan berbahan dasar daging bebek atau itik ini asalnya dari Bukittinggi.
Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
Tapi tak perlu jauh-jauh pergi ke Bukittinggi, soalnya di Jakarta ada yang menjual santapan khas Ngarai Sianok ini. Namanya Puti Marajo yang sudah ada sejak tahun 2015. Usaha kuliner rumahan ini menerima pesanan menu itiak lado mudo hingga lidah balado siap santap.
Sesuai tagline-nya 'rajonyo lado mudo,' usaha yang dimiliki sepasang suami-istri keturunan darah Minang itu menyajikan menu utama berupa bebek sambal hijau. Dengan nama menu itiak lado mudo dibanderol Rp 180 ribu per satu ekor.
Itiak lado mudo Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
Menurut Andhy Hermawan, pemiliknya, bahan utama yang digunakan adalah bebek peking. Meski di tempat asalnya, bahan yang digunakan biasanya itik, namun menurutnya bebek peking justru menambah kegurihan.
ADVERTISEMENT
"Kalau pakai itik juga terkadang enggak bersih, jadi bulu-bulunya masih nempel. Dan, ngebersihin bulunya itu susah. Akhirnya, kita pakai bebek peking yang lebih mudah didapat serta lemaknya lebih enak," ungkapnya kepada kumparan melalui sambungan telepon, Rabu (26/6).
Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
Meskipun tak menggunakan itik, namun cita rasa sambal yang disajikan masih tradisional ala Bukittinggi. Pria berusia 31 tahun itu mengatakan, ia memasak bebeknya dalam lima jam.
Dagingnya jadi empuk dan langsung lepas dari tulangnya. Memasaknya juga langsung bersama campuran sambal cabai hijau agar meresap sempurna.
Benar saja, ketika kami makan, daging bebeknya empuk, serta mudah dilepaskan dari tulangnya. Sambal cabai hijaunya pun melimpah, dengan rasa pedas yang ringan namun tetap gurih, dan terasa rempah-rempahnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kami juga mencicipi lidah balado yang dihargai Rp 150 ribu untuk setengah kilogram, dan Rp 275 ribu dengan ukuran satu kilogram.
Lidahnya disajikan dengan potongan berbentuk dadu yang cukup besar. Sambal baladonya gurih, asin, dan pedas yang meresap hingga ke serat daging lidah sapinya. Disantap bersama nasi putih panas semakin enak.
Lidah balado Puti Marajo Foto: Toshiko/Kumparan
Selain itu, ada juga menu bebek bumbu hitam yang mirip sajian khas Madura, bistik lidah, dan lidah lado mudo. Semua menunya dikemas menggunakan plastik vakum sehingga terhindar dari bakteri. Memasaknya pun tanpa menggunakan MSG.
Saat dikirim, biasanya masih dalam keadaan dingin karena memang dalam penyajiannya makanan ini perlu dipanaskan lagi. Memanaskannya bisa menggunakan microwave atau ditumis ulang di atas teflon selama kurang lebih 15-20 menit.
ADVERTISEMENT
Jika tidak habis, sajian Puti Marajo ini bisa disimpan dalam freezer yang tahan sampai enam bulan. Sementara, di suhu ruang bisa tahan enam hingga tujuh hari. Jadi, makanan ini bisa dipanaskan lagi sewaktu-waktu ketika lapar tanpa perlu memasaknya repot-repot.
Saat ini, makanannya dapat dibeli melalui pemesanan via instagram dan website Puti Marajo. Selain itu, terdapat juga reseller dan distributor di sekitar Jabodetabek. Namun untuk pengiriman, makanan yang bisa menghabiskan hingga 40 ekor bebek per hari ini sudah sampai ke luar Pulau Jawa; yakni ke Medan, Jambi, Papua, hingga Qatar.
Andhy dan istrinya Dara Martcella (30) berharap, dengan adanya Puti Marajo bisa memperkenalkan secara lebih luas lagi masakan khas Bukittinggi hingga ke seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT