Melihat Proses Pembuatan Minyak Kelapa Sawit di Pabrik Bimoli

4 Mei 2018 15:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Minyak goreng. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Minyak goreng. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa jenis minyak goreng yang biasa digunakan untuk memasak. Mulai dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung, hingga minyak kedelai. Meski berbeda jenis, seluruhnya memiliki fungsi yang sama, yakni untuk memasak makanan.
ADVERTISEMENT
Di Tanah Air, minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu jenis minyak yang paling digemari masyarakat. Memiliki harga yang lebih murah dibandingkan jenis minyak goreng lainnya, produk yang terbuat dari ekstrak biji kelapa sawit ini tak pernah surut peminat.
Namun meskipun sering digunakan, sebagian orang belum terlalu paham mengenai proses pembuatan minyak kelapa sawit. Lantas, bagaimana proses pembuatan minyak tersebut?
Tampilan depan pabrik. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan depan pabrik. (Foto: dok. Istimewa)
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana proses pembuatan minyak kelapa sawit, kumparanFOOD (kumparan.com) pun mengunjungi pabrik Bimoli, salah satu pabrik minyak goreng dan mentega terkemuka di Indonesia yang berlokasi di wilayah industri Tanjung Priok.
Tak hanya mengolah, pabrik Bimoli yang berada di bawah naungan PT Salim Ivomas Pratama Tbk ini rupanya juga menanam sendiri pohon kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak goreng.
ADVERTISEMENT
“Dari biji kelapa sawitnya kita tanam sendiri. Bijinya bernama tenera, varietas biji kelapa sawit yang daging buahnya sangat cocok diolah menjadi minyak goreng,” imbuh Surya Dharmanto, Head of Marketing, PT Salim Ivomas Pratama Tbk saat ditemui kumparanFOOD (kumparan.com) di kawasan Jakarta Utara, Kamis (3/5).
Dalam proses pembuatan minyak, biji kelapa sawit yang telah dipanen akan dikumpulkan dan diuji kualitasnya. Setelah itu, biji kelapa sawit yang memenuhi kualifikasi akan dibawa ke pabrik penggilingan (mill) yang berdekatan dengan kebun. Di sana, biji kelapa sawit diekstraksi menjadi larutan berwarna oranye pekat yang sering dikenal sebagai crude palm oil (CPO).
Jetty pengangkutan CPO. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jetty pengangkutan CPO. (Foto: dok. Istimewa)
“CPO tersebut sebenarnya sudah bisa digunakan sebagai minyak goreng yang disebut minyak kelapa sawit merah, namun bau dan warnanya masih pekat. Bahkan Nigeria pernah minta dikirimkan CPO ke kita,” ujar Surya.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati proses ekstraksi, 2 ribu hingga 5 ribu ton CPO akan diangkut dengan kapal tongkang, lalu dikirim ke pabrik pusat di Tanjung Priok. Umumnya, proses pengiriman akan menghabiskan waktu selama dua hari.
Refinery Control Room. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Refinery Control Room. (Foto: dok. Istimewa)
CPO yang sudah tiba, akan dikumpulkan di dalam tabung raksasa, kemudian disuling (refinery) untuk menghasilkan RBDPO yang dihasilkan dari ketiga proses diatas terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein).
“CPO yang telah tiba akan disimpan dalam tabung, paling lama sekitar delapan hari. Setelah itu, CPO yang telah berubah menjadi cairan bernama RBDPO dan PFAD, selanjutnya akan masuk proses fraksinasi untuk memisahkan dua fraksi tersebut,” kata Hans Winata, Factory Manager, PT Salim Ivomas Pratama Tbk saat ditemui di kesempatan yang sama.
Fractionation Control Room. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Fractionation Control Room. (Foto: dok. Istimewa)
“Umumnya proses ini akan memakan waktu hingga 14 jam. Semakin lama proses fraksinasi, semakin bagus pula kualitas minyak yang dihasilkan,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Hans, dalam proses pembuatan minyak kelapa sawit, ‘calon minyak goreng’ harus terus dipantau dan diuji secara berkala untuk memastikan kondisi dan kualitasnya. Dan, setelah selesai difraksinasi, minyak goreng kemudian akan didiamkan hingga mencapai suhu ruang, lalu dikemas dengan aneka kemasan plastik, lalu didistribusikan ke para konsumen.