Mengungkap Fenomena Warteg Dadakan

12 Januari 2019 13:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seribu Rasa Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seribu Rasa Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengenal warung tegal (warteg)? Rumah makan sederhana yang terkenal karena harga makanannya yang murah meriah, bukan hanya mampu memuaskan banyak perut yang kelaparan, namun juga kantong yang kehausan. Nasi menggunung dengan aneka pilihan lauk ala rumahan, dirasa cukup untuk memulihkan kembali tenaga para pekerja seusai memeras keringat.
ADVERTISEMENT
Uniknya, kehadiran warteg sebagai warung makan murah meriah kerap muncul begitu saja terutama di lokasi-lokasi pembangunan. Fenomena ini dikenal dengan nama 'warteg dadakan.' Dinamakan warteg dadakan karena memang kemunculan warung makan ini secara 'dadakan' alias hadir begitu saja di mana sebuah pembangunan sedang berlangsung. Pembangunan yang dimaksudkan seperti gedung-gedung perkantoran, mal, ataupun pembangunan besar yang mempekerjakan banyak pekerja bangunan.
Dengan penghasilan yang pas-pasan, para pekerja bangunan tersebut harus mengatur pendapatan agar tetap bisa makan enak dan terhindar dari kelaparan. Pekerjaan yang berat begitu menguras tenaga mereka. Kehadiran warteg dadakan ini bagaikan genangan air yang muncul secara tiba-tiba di tengah gurun pasir.
Munculnya usaha warteg di tengah kerumunan pekerja bangunan, bukan ujuk-ujuk asal buka saja. Melainkan juga melalui banyak pertimbangan, mulai dari lokasi, harga makanan dan bentuk bangunan warungnya. Jika diperhatikan dengan seksama, warteg dadakan memiliki ciri khas yakni bangunan sederhana--bahkan seadanya, terkadang hanya menggunakan papan triplek, serta lokasi yang sangat dekat dan bahkan ada yang mengambil lokasi di area pembangunan.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini juga tak luput dari pantauan Budayawan asal Tegal yakni Yono Daryono. Menurut laki-laki yang juga dikenal sebagai seniman khususnya di bidang sastra dan teater ini, sejak kemunculannya pertama, warteg ditafsir sebagai rumah makan murah meriah. Maka tak heran, tempat ini begitu disukai terutama oleh para pekerja dengan gaji yang pas-pasan.
Ilustrasi Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Warteg dadakan akan muncul ketika sebuah lokasi ada pekerja kasarnya. Para pengusaha tersebut tahu bahwa pekerja itu akan mencari rumah makan yang dekat dengan lokasi dan murah, karena memang gaji mereka yang tidak tinggi," ungkap pria berusia 63 tahun itu, yang ditemui kumparanFOOD beberapa waktu lalu.
Yono juga menambahkan, jika pengusaha warteg tak asal membuka warungnya begitu saja. Ada beberapa pertimbangan yang harus diputuskan seperti misalnya lokasi. "Mereka (para pengusaha warteg dadakan) itu biasanya pintar cari lokasi. Itu sudah jadi naluri mereka sebagai pengusaha," terangnya.
ADVERTISEMENT
Selain lokasi, makanan yang disajikan di warteg dadakan ini masih sama dengan warteg pada umumnya. Seperti diketahui, asal mula kemunculan warteg sendiri pun karena ingin menyajikan makanan murah-meriah untuk para pekerja. Makanan yang disajikan juga berasal dari bahan-bahan pertanian seperti tumisan sayur, tahu, tempe, telur dan masih banyak lagi.
"Menunya merupakan hasil pertanian seperti pare, oyong, waluh (labu siam), dan tempe orek. Itu kan menu yang mudah didapat dan tidak repot (membuatnya). Makanan tradisional yang cukup merakyat," tambah Yono.
Makanan warteg (Foto: Dok. Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Makanan warteg (Foto: Dok. Shutterstock)
Bukan hanya Yono, fenomena unik ini rupanya juga diakui langsung keberadaannya oleh pengusaha warteg asli tegal bernama Asmawi Aziz. Pria yang juga menjadi Penasihat Asosiasi Koperasi Warteg itu adalah bukti bahwa warga Tegal kaya akan inovasi.
ADVERTISEMENT
"Seperti yang saya ceritakan bahwa orang Tegal itu kaya inovasi. Jadi begitu tahu ada bangunan, mereka (pengusaha warteg dadakan) membangun gubuk, lalu setelah pembangunan selesai mereka akan bubar," ucapnya.
Dilanjutkan laki-laki yang akrab disapa Asmawi tersebut, fenomena warteg dadakan juga menjadi ciri dari warga Tegal yang pandai membaca kesempatan dalam membangun sebuah usaha guna meraih keuntungan yang maksimal. Rata-rata pengusaha warteg dadakan itu sudah memiliki usaha warteg 'tetapnya' masing-masing.
Ilustrasi Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Warteg. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
"Biasanya untuk membuka warteg dadakan mereka akan menghubungi mandor atau pelaksana pembangunan langsung dan bilang kalau mereka mau ikut berdagang," tungkasnya.
Di balik fenomena warteg dadakan yang terkadang luput dari perhatian masyarakat luas, kehadiran rumah makan sederhana ini tetap dinanti. Meskipun mungkin peminatnya terbatas dan hanya sekadar berada di lingkungan pekerja kasar atau pekerja bangunan saja.
ADVERTISEMENT
Simak ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Seribu Rasa Warteg.