Wasabi Asli dan Palsu, Apa Bedanya?

18 Juli 2018 17:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wasabi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Wasabi (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu mencicipi wasabi?
Pasta hijau bercita rasa pedas ini biasanya dihidangkan sebagai pedamping menyantap sushi. 'Saus' bertekstur kental yang terbuat dari tunas tumbuhan itu memiliki sensasi pedas membakar yang dapat menambah cita rasa dari suatu hidangan, dan biasanya disantap dengan cara dicampurkan dengan bahan pembuatan sushi.
ADVERTISEMENT
Namun, tahukah kamu, bahwa wasabi yang biasa disajikan di restoran bisa saja merupakan wasabi palsu?
Ya, meski kita telah menyantap makanan di restoran Jepang yang autentik sekalipun, belum tentu mereka menyajikan wasabi yang menggunakan tanaman wasabi asli sebagai bahan bakunya.
Wasabi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Wasabi (Foto: Pixabay)
Sekitar 90 persen restoran Jepang hanya menyajikan bubuk wasabi yang terbuat dari campuran lobak pedas dan saus custard, lalu diberi pewarna hijau. Bubuk 'wasabi' tersebut kemudian dicampur dengan air sehingga berubah menjadi pasta.
Penyajian 'wasabi palsu' ini bukan tanpa alasan. Ini dikarenakan, wasabi yang asli dibanderol dengan harga yang fantastis. Dalam proses budidayanya wasabi membutuhkan banyak ketelitian.
Dilansir RealClear, wasabi asli sejatinya berasal dari tunas tumbuhan Wasabia Japonica yang diparut. Tanaman tersebut membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk dapat tumbuh sempurna dan siap panen, sehingga tak heran bila keberadaannya cukup langka.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, perawatannya pun harus dilakukan dengan sangat telaten. Bahan baku 'wasabi asli' itu harus mendapatkan sinar matahari yang cukup, tidak terlalu banyak maupun kekurangan. Petani wasabi juga harus menanamnya di mata air yang memiliki suhu sekitar 12 hingga 15 derajat celsius.
Wasabi (Foto: flickr/ kukujiaow)
zoom-in-whitePerbesar
Wasabi (Foto: flickr/ kukujiaow)
Bila tak hati-hati dan bibit yang ditanam mengalami gagal panen, para petani harus menunggu hingga musim berikutnya agar dapat menanamnya kembali. Hal ini disebabkan karena lamanya waktu yang dibutuhkan hanya untuk menumbuhkan satu saja tanaman wasabi. Dan, proses budidaya wasabi harus dilakukan secara manual, atau dengan kata lain, menggunakan tangan.
Proses budidaya yang sangat rumit tersebut membuat tanaman wasabi dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, sebesar USD 80 hingga 100 atau setara dengan Rp 1,1 juta hingga 1,4 juta per onsnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan rasanya?
Rasa dari wasabi asli sangat berbeda dengan 'wasabi' yang biasa kita santap. Dilansir CBC, wasabi yang asli memiliki sensasi pedas yang membakar, namun tidak sepanas 'wasabi palsu' yang terbuat dari lobak pedas.
Bila diibaratkan, saat menyantap 'wasabi palsu' tersebut, kita akan merasa lidah kita seperti diserbu oleh segerombol pasukan api. Berbeda dengan wasabi asli yang rasanya lebih lembut, dan tercecap sedikit rasa buah di dalamnya.
5 Manfaat di Balik Pedasnya Wasabi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
5 Manfaat di Balik Pedasnya Wasabi (Foto: Thinkstock)
Selain itu, cita rasa pada wasabi asli juga tak bertahan lama, yakni hanya sekitar 15 menit setelah disajikan. Karenanya, tumbuhan wasabi biasanya baru diparut menjelang penyajiannya.
Kendati demikian, tak perlu khawatir untuk menyantap 'wasabi palsu' yang disajikan di berbagai restoran. Karena pada dasarnya, mereka sama-sama terbuat dari tumbuhan dan memiliki cita rasa pedas, serta berfungsi untuk menambah kenikmatan dari suatu hidangan.
ADVERTISEMENT