5 Fakta Kepergian Hari Moekti

26 Juni 2018 9:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hari Moekti (Foto: harimoekti.com)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti (Foto: harimoekti.com)
ADVERTISEMENT
Masih terasa duka mendalam dengan berpulangnya Hari Moekti. Mantan rocker yang memutuskan menjadi ustaz itu meninggal dunia karena penyakit jantung di usia 61 tahun.
ADVERTISEMENT
"Beliau meninggal karena terkena serangan jantung saat berada di hotel," kata sang adik, Moekti Chandra kepada kumparan, Senin (25/6).
Jenazah Hari sudah dikebumikan di pemakaman keluarga di kawasan Cikereteg, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/6) sekitar pukul 08.30 WIB. Hari meninggalkan istri dan empat orang anak. kumparan telah merangkum beberapa fakta tentang kepergiaan Hari.
1. Pesan jika meninggal
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
Semasa hidupnya, almarhum Hari pernah menyampaikan pesan jika dirinya meninggal dunia. Ia tidak mau ada pemasangan bendera warna kuning, nisan, pakai kain batik, dan bunga saat pemakaman.
"Dia tidak mau dipakaikan kain batik dan jangan pernah ada bendera kuning. Dan tutupi aku dengan al liwa-ar rayah. Itu adalah bendera hitam putih bertuliskan kalimat syahadat. Kenapa? Karena dia berdakwah sampai akhir tentang khalifah, tentang daulah Islamiyah, tentang syar'i," kata adik Hari, Pupung Apun saat ditemui di rumah duka, Cikereteg, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Senin (25/6).
ADVERTISEMENT
"Tidak mau pakai bunga, karena bunga itu kan bukan lambang kematian. Katakanlah cinta dengan bunga, masa mati dengan bunga. Iya (tidak pakai nisan) karena memang permintaannya seperti itu," lanjutnya.
Kepergian almarhum menuju peristirahatan terakhir tidak hanya diantarkan oleh keluarga saja. Tapi bersama warga sekampung, masyarakat, dan ustaz.
2. Keluarga tidak menyangka penyakit jantung jadi penyebab kematian
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
Pihak keluarga sama sekali tidak menyangka jika serangan jantung menjadi penyebab meninggalnya Hari. Penyanyi berdarah Sunda tersebut memang memiliki riwayat penyakit jantung, namun pihak keluarga lebih mengkhawatirkan penyakit asma Hari.
"Beliau ada genetik sakit asma. Asma itu turunan, yang kami khawatirkan kan asmanya gitu. Ternyata asmanya sembuh malah yang kena jantungnya gitu," kata istri Hari, Siti Nurjannah Ummu Aulia, saat ditemui di rumah duka di kawasan Cikereteg, Ciawi, Bogor, Senin (25/6).
ADVERTISEMENT
Apalagi, Hari memang tidak pernah mengeluh soal penyakitnya. Beberapa bulan lalu, Hari sempat menjalani operasi pemasangan ring di jantungnya. Setelah itu, kondisinya jauh lebih membaik.
"Beliau tuh, enggak pernah ngadu atau gimana. Rasa sakit diam aja. Lihat kondisi fisik kemarin-kemarin itu enggak ada kayak gejala-gejala bakal ninggalin kami," ucap Aulia.
3. Almarhum Hari ingin anak-anaknya jadi pendakwah
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
Hari meninggalkan empat orang anak, yakni Fakih Zulfikar, Muhammad Auliauddin Hanif, Haura Muntajah, dan Rhawhouw Fafhiah Ramadhani. Menurut sang istri, Siti Nurjannah Ummu Aulia, sang suami begitu dekat dengan anak-anak.
Aulia menjelaskan sang suami berharap agar anak-anak mereka dapat mengikuti jejak Hari sebagai pendakwah. "Permintaan Abi, sih, anak meneruskan perjuangan Rasullah dan menjadi seorang pendakwah, mengajak orang lain ke jalan rida Allah," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Aulia, keempat anaknya bersemangat untuk mewujudkan permintaan sang ayah. "Justru mereka malah, 'Iya, Abi. Insyaallah. Doain, ya'. Mudah-mudahan apa yang Abi harapkan bisa diwujudkan. Kami berlima bareng-bareng berdoa seperti itu," ungkapnya.
4. Bukan sosok Ustaz yang dibayar
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Moekti (Foto: harimoekti/instagram)
Saat masih menjadi penyanyi rock, Hari selalu menyisihkan sebagian rezekinya ke masjid-masjid. Sekitar tahun 1994, ia pun dinasihati oleh seorang ustaz yang menyinggung tentang pekerjaannya.
Setelah itu, secara perlahan hidup Hari mulai berubah. Ia berbenah diri menjadi lebih baik, hingga akhirnya memberikan dakwah kepada masyarakat. Berdakwah menjadi salah satu cara dirinya untuk menghapus semua kesalahan masa lalunya.
Setelah berdakwah, Hari tetap beramal ke masjid yang masih dalam tahap pembangunan. Saat berdakwah di suatu tempat, uang yang ia terima akan disumbangkan ke masjid. Adik Hari, Pupung Apun, selama enam tahun menjadi asisten pelantun 'Lintas Melawai' itu mengatakan Hari tidak pernah menerima bayaran.
ADVERTISEMENT
"Amplopnya (kalau habis ceramah) dia sumbangin semua buat pembangunan (masjid). Dan dia bukan ustaz yang dibayar. Beliau tak pernah nerima bayaran. Kalau ditanya bayaran berapa beliau enggak pernah jawab. Kecuali kalau ke luar kota kan ada transport dan hotel untuk menginap, ya. Itu pun tidak lebih. Kalau ada infak kan itu urusan mereka, tapi kami tidak pernah berpikir soal itu," tuturnya.
5. Hari harusnya mengisi kajian di Cimahi
Makam Hari Moekti. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makam Hari Moekti. (Foto: Maria Gabrielle Putrinda/kumparan)
Ketika melihat akun Instagram pribadinya, diketahui pria yang wafat diusia 61 tahun itu Senin (25/6) memiliki jadwal mengisi kajian. Kajian khusus bertajuk 'Hijrah Story' itu digelar di Masjid ABRI, Cimahi, Jawa Barat. Jadwal tersebut dibenarkan oleh sang adik, Pupung Apun.
"Waktu tanggal 23 (Juni) dia bilang, 'Bi, acara di Masjid ABRI jadi?' Kata saya, iya jam 10-12. Sehari sebelumnya, hari Jumat, katanya teman-temannya mau halalb halal di Pandiga, Cimahi, semua teman-temannya gitu ngajak halalbihalal," kata Pupung
ADVERTISEMENT
"Terus saya bilang, ngapain halalbihalal banyak-banyak, sudah ketemu Abi saja di sana (Masjid ABRI) hari ini. Sebenarnya, pukul 10.00 WIB mulai dakwahnya. Tapi faktanya seperti ini (meninggal), dalam hitungan menit," lanjutnya.
Alhasil, seluruh teman dari zaman SMP, SMA, teman bermain, hingga teman ketika aktif sebagai selebriti, semua datang ke rumah duka di Cimahi. Ia pun menjelaskan karena alasan ini, acara kajian tetap dilangsungkan meski suasana berbeda.
"Subhanallah, akhirnya pihak pengundang minta izin saya untuk kirim foto jenazah tapi tidak terbuka. Untuk izin salat gaib. (Acara) tetap dilangsungkan tapi dengan salat gaib," tandas Pupung.
Selamat jalan, Kang Hari Moekti.