5 Film Indonesia yang Mengangkat Nuansa Kedaerahan

5 Oktober 2018 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
5 Film Indonesia yang Mengangkat Nuansa Kedaerahan. (Foto: Instagram/@filmyowisbenofficial, @imeldaachsanpublicity, @liamdanlaila, @downloadasik, dan @elhairi)
zoom-in-whitePerbesar
5 Film Indonesia yang Mengangkat Nuansa Kedaerahan. (Foto: Instagram/@filmyowisbenofficial, @imeldaachsanpublicity, @liamdanlaila, @downloadasik, dan @elhairi)
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara dengan beragam suku dan budaya. Film dijadikan sebagai media penyampai pesan guna memperkenalkan suku dan budaya terebut.
ADVERTISEMENT
Beberapa film Indonesia memang ada yang dibuat dengan nuansa kedaerahan yang kental. Ini tentu menjadi hal yang positif dalam upaya pengenalan suku dan budaya di Tanah Air.
Lewat story berikut, kumparan merangkum beberapa film yang kental dengan nuansa kedaerahan. Berikut ini uraiannya.
1. Denias, Senandung di Atas Awan
Film besutan sutradara John De Ranta ini, dirilis pada tahun 2006. 'Denias, Senandung di Atas Awan' bercerita tentang perjuangan seorang anak suku pedalaman Papua dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Tokoh Denias merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang anak Papua bernama Janias. 
Film ‘Denias, Senandyng di Atas Awan’ dibintangi oleh Albert Thom Joshua Fakdawer, Ari Sihasale, Pevita Pearce, Marcella Zalianty,  Ryan Stevano William Manoby, dan Nia Zulkarnaen. Film ini benar-benar menggambarkan keindahan alam Papua. Tak hanya itu budaya Papua juga diangkat dalam film tersebut
ADVERTISEMENT
Pada Festival Film 2006, Film ‘Denias, Senandung di Atas Awan’ berhasil memboyong beragam penghargaan, di antaranya Pemeran Pria Terbaik, Skenario Asli Terbaik, Skenario Adaptasi Terbaik, dan Tata Sinematografi Terbaik. 
2. Cahaya Dari Timur: Beta Maluku 
Film bergenre drama ini dibintangi oleh Chicco Jerikho dan Shafira Umm. Sutradara Angga Dwimas Sasongko ditunjuk untuk menggarap film yang dirilis pada 2014.
‘Cahaya Dari Timur: Beta Maluku’ bercerita tentang Sani Tawainella (Chicco) yang bermaksud untuk mempersatukan anak-anak dikampungnya yang terlibat konflik agama di Ambon. Sepak bola dipilih sebagai olahraga yang diharapkan mampu mempersatukan mereka. Pendekatan sosial budaya menjadi perhatian penting dalam film tersebut.
‘Cahaya Dari Timur: Beta Maluku’ mendapat penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia 2014. Di antaranya, Film Terbaik dan Pemeran Utama Pria Terbaik. 
ADVERTISEMENT
3. Laskar Pelangi
Film ‘Laskar Pelangi’ merupakan adaptasi dari novel karangan Andrea Hirata dengan judul yang sama. Sutradara Riri Riza nampaknya mampu mengeksekusi film tersebut dengan baik. Bahkan fim yang mengambil latar Pulau Belitong ini ditonton oleh 4,6 juta penonton. 
‘Laskar Pelangi’ bercerita tentang persahabatan anak-anak SD Muhammadiyah Gantong. Kekompakan dan rasa saling tolong menolong sesama divisualisasikan dengan baik dalam film tersebut.
Tak hanya menggambarkan keindahan Belitong, film ‘Laskar Pelangi’ juga menggunakan pemain lokal agar nuansa kedaerahannya terasa semakin kental.
Dalam Festival Film Bandung 2009, film ‘Laskar Pelangi’ memboyong beragam penghargaan, seperti Film Bioskop Terpuji, Pemeran Pembantu Pria Terpuji Film Bioskop, Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop, Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop, Sutradara Terpuji Film Bioskop, Penata Artistik Terpuji Film Bioskop, dan Penata Musik Terpuji Film Bioskop.
ADVERTISEMENT
4. Yowis Ben
‘Yowis Ben’ merupakan film garapan Bayu Skak dan sutradara Fajar Nugros. Bayu merupakan YouTubers yang konsisten dengan bahasa Jawa dalam setiap kontennya. Dalam proyek film perdananya itu, Bayu memasukkan 80 persen bahasa Jawa dalam skripnya.
Yowis Ben bercerita mengenai Bayu (Bayu Skak) yang jatuh cinta dengan Susan (Cut Meyriska) sejak lama. Karena menyadari banyak kekurangan pada dirinya, membuat Bayu merasa minder untuk mendekati Susan.
Kendati demikian, Bayu bertekad untuk mengubah dirinya dengan membentuk sebuah grup musik di sekolah yang dinamakan 'Yowis Ben'. 
Kota Malang yang dijadikan latar dari film tersebut juga tervisualisasikan dengan baik. Kebudayaan lokal dari masyarakat Malang diangkat dengan baik di film ‘Yowis Ben’.
ADVERTISEMENT
5. Liam dan Laila
Sutradara Arief Malinmudo mengangkat budaya Minang dalam film 'Liam dan Laila'. Di film tersebut hampir selurh pemain meiliki darah Minang, seperti, Nirina Zubir, Gilang Dirga, David Chalik, Praz Teguh, dan Adiesty Fierza. Di antara para aktor berdarah Minang, tampil Jonathan Cerrada yang memiliki darah Belgia dalam ‘Liam dan Laila'. 
Film yang dirilis pada 4 Oktober 2018 bercerita tentang Liam (Jonathan Cerrada) yang jatuh cinta dengan Laila (Nirina Zubir), seorang gadis Minangkabau berusia 31 tahun yang amat menjunjung tinggi tatanan budayanya. Berbagai perbedaan di antara mereka menjadi ujian yang tak mudah.