Ambisi Disney Plus Menumbangkan Netflix

26 Juli 2019 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Disney Plus Foto: https://preview.disneyplus.com/id/
zoom-in-whitePerbesar
Disney Plus Foto: https://preview.disneyplus.com/id/
ADVERTISEMENT
Disney Company berambisi memperbesar kerajaan dongengnya. Ambisi itu diwujudkan pada sebuah produk bernama Disney Plus. Yakni, sebuah layanan streaming video yang digadang-gadang siap menandingi dominasi Netflix.
ADVERTISEMENT
CEO Disney Company, Bob Iger, percaya bahwa memang sudah saatnya Disney merambah ke perangkat mobile. Dalam wawancaranya dengan CNBC April lalu, ia mengatakan siap memberikan konten yang terbaik buat para pengguna.
“Saya cukup optimis. Terutama karena interface dan harganya yang bersaing,” kata Iger.
Kepala Eksekutif Disney, Bob Iger. Foto: Getty Images
Keputusan Iger jelas sudah tepat. Saat ini, bioskop memang bukan lagi satu-satunya tempat menonton film. Ruang gelap studio yang dahulu menjelma sebagai distributor keceriaan, ketakutan, hingga harapan tampak tak lagi relevan.
Kondisi itu sudah terjadi di Amerika Serikat. Dalam survei yang dirilis Statista pada Februari 2018, terungkap bahwa 54 persen masyarakat AS cenderung menonton film di rumah. Hanya 13 persen yang setia untuk menonton di bioskop.
ADVERTISEMENT
Kecenderungan ini disebabkan penetrasi smartphone yang luar biasa. Dan Netflix sudah lebih dahulu menyadari itu. Sejak Januari 2016, Netflix telah beroperasi di 190 negara. Seperti yang dilaporkan CNN, Netflix mengklaim memiliki 139 juta subscriber di seluruh dunia pada akhir 2018 lalu.
Ilustasi Netflix. Foto: Stock Catalog/Flickr
Bagi Iger, kesuksesan Netflix merupakan bukti bahwa layanan streaming adalah masa depan industri hiburan. Meski demikian, strategi yang Disney Plus usung akan jauh berbeda dengan Netflix.
Apabila Netflix memiliki banyak film, kata dia, Disney Plus memilih untuk menciptakan konten yang benar-benar eksklusif. Kisah film yang tersedia di Disney Plus akan terhubung dengan film layar lebar yang mereka miliki.
“Konten yang kami buat akan memiliki nilai secara jangka panjang,” kata Igor.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Digital Trends, disebutkan bahwa akan ada 7.000 episode serial televisi, serta 400 hingga 500 film yang disediakan Disney Plus. Rencananya, Disney Plus akan akan dirilis pada 12 November 2019 mendatang.
Captain Marvel Foto: Marvel Studios
Bila dibandingkan Netflix, jumlah konten yang ditawarkan Disney Plus rupanya terbilang sedikit. Menurut studi yang dilakukan Ampere Analysis, jumlah serial yang ditawarkan Disney Plus itu hanyalah 16 persen dari yang dimiliki Netflix.
Terhubung dengan Film Layar Lebar
Bagi Disney, pendapatan besar yang diperoleh dari film tidaklah cukup. Mereka sudah lama menargetkan para penontonnya agar mengenakan merchandise yang berkaitan dengan tokoh favorit.
Paling tidak, hal itu telah dilakukan Disney sejek 1980-an. Kemudian semakin berkembang semenjak mencaplok Pixar, Lucas Film, 21st Century Fox, National Geographic, hingga Marvel. Sejumlah tokoh penting di film Avengers hingga Star Wars mampu menarik pundi-pundi uang yang luar biasa.
Platform streaming film Disney Plus. Foto: Robert Iger/Twitter
Pada 2015 lalu misalnya, The Atlantic mencatat merchandise film Star Wars The Force Awakens terjual hampir USD 1 miliar dolar dalam satu hari. Ini jelas pencapaian yang sangat fantastis. Bahkan, mampu menandingi nilai film itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Sekarang, Disney ingin melakukan hal lebih dari itu. Mereka ingin melipatgandakan antusiasme publik terhadap tokoh-tokoh film yang mereka miliki. Caranya, dengan menyisakan kepingan cerita dari film layar lebar, kemudian mengolahnya ke serial yang secara eksklusif tersedia di Disney Plus.
“Jika Anda melihat konsumen Disney, mereka akan menonton film di bioskop. Mereka menyewa atau mengunduh film di rumah mereka. Mereka membeli merchandise. Mereka mengunjungi taman kami. Mereka berlayar di kapal pesiar kami,” kata Iger.
Film 'Avengers: Endgame' dari Marvel. Foto: Marvel
Tak tanggung-tanggung pula, Iger memboyong lima film Marvel Cinematic Universe (MCU) ke Disney Plus dalam bentuk serial. Mereka adalah ‘The Falcon and the Winter Soldier’ (Agustus 2020), ‘WandaVision’ (awal 2021), ‘Loki’ (awal 2021), ‘What If…?’ (pertengan 2021), dan ‘Hawkeye’ (akhir 2021).
ADVERTISEMENT
Para pemain yang ada di lima serial itu serupa dengan yang ada di layar lebar. Sejumlah plot ‘hilang' yang ada di film layar lebar itu pun hanya dapat dimengerti melalui serial tersebut.
Tentu ini adalah bisnis streaming yang teramat menggiurkan. Mengingat bahwa MCU memiliki jutaan fans setia di seluruh dunia. Lembaga riset Morgan Stanley memprediksi, Disney Plus akan memiliki 130 juta subscribers pada tahun 2024.
Menutup Konten Disney untuk Netflix
Hubungan Netflix dan Disney berubah menjadi rumit. Jauh sebelum Disney meluncurkan Disney Plus, Netflix memiliki lisensi sejumlah film Disney. Beberapa film Disney yang ada di Netflix misalnya film-film besutan MCU seperti Avengers.
Namun, sebagaimana dilaporkan CNET, kesepakatan yang selama ini dijalankan harus berakhir pada akhir 2019. Hal ini karena Disney Plus ingin memiliki seluruh karakter Disney secara eksklusif.
ADVERTISEMENT
Disney Plus bahkan berencana ingin menarik seluruh film-film yang ada di Netflix. Mereka ingin, agar seluruh cerita Disney hanya ada di satu aplikasi.
Ilustrasi nonton Netflix sambil ngemil. Foto: Pixabay
Meski demikian, persoalan lisensi adalah persoalan hukum yang kompleks. Sejumlah analisis menilai, film-film Disney yang terlanjur ada di Netflix tak akan semudah itu ditarik.
Lalu apa kata Netflix?
Pihak Netflix mengaku tak takut dengan kehadiran Disney Plus. CEO Netflix Reed Hasting mengatakan, pihaknya siap menghadapi rival barunya itu.
“Kami rasa kompetitor akan mempengaruhi pertumbuhan kami. Itu karena, permintaan konten kami sangat besar. Kami juga menawarkan konten yang berbeda,” kata Reed seperti dikutip CNBC.