news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Anang Hermansyah Pasif, Jerinx 'SID' Agresif

7 Februari 2019 20:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi polemik RUU Permusikan Foto: Sabryna Putri Muviola
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi polemik RUU Permusikan Foto: Sabryna Putri Muviola
ADVERTISEMENT
Penolakan terhadap RUU Permusikan menjadi gelombang yang semakin besar. RUU Permusikan menjadi topik yang jadi sering dibahas oleh banyak musisi. Ada yang sepenuhnya menolak, namun ada juga yang menganggap diperlukan dialog lebih lanjut untuk kemudian sama-sama merevisi pasal-pasal yang dianggap dapat merugikan musisi.
ADVERTISEMENT
Cara penyampaiannya pun beragam. Belakangan, banyak musisi yang mengajak untuk sama-sama menjauhi konflik dan lebih mengutamakan diskusi.
Melly Goeslaw, misalnya. Dibanding masuk dalam pusaran pro dan kontra yang berlebihan, ia lebih memilih menemui Anang Hermansyah secara langsung. Menurutnya, tidak ada yang perlu panik karena draft RUU Permusikan masih belum sah menjadi undang-undang. Ia kemudian mengunggah pemikirannya itu media sosial instagram.
"Gini ya adik2 sayang, sy dah gak muda lg,gak ada untungnya sy berseteru dgn siapapun. Tetapi jika ada UU yg baik utk musik kita, sy harap anak cucu sy kelak akan menikmatinya. Jd sy concern terhadap masalah ini. Lalu sy bertabayyun dengan Anang," ujar Melly Goeslaw dalam unggahannya di instagram, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian menyarankan segala pendapat disampaikan secara baik-baik, dan tidak melalui media sosial.
"Ok atuh apa yg gak suka dan yg suka di kasih tau aja , diajukan baik2. Jgn lewat medsos, membuat masyarakat jd pusing. Kasian. Dan yg paling penting kita nih semua temen. jadi kan elok kalau semua bisa di bicarakan langsung pd yg bersangkutan. Jangan dibiasakan meihat semua hal dengan kacamata kebencian, jadi rumit semuanya," tulis dia.
Sosok yang lantang menciptakan berbagai lagu-lagu yang menentang pemerintah di era '90-an, Iwan Fals juga merasa tidak setuju jika musisi menolak draft RUU Permusikan secara keras. Ia mengimbau agar semua pihak bisa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin melalui Twitter miliknya, @iwanfals.
ADVERTISEMENT
Soal RUU Permusikan rame ya...dirembukin baek2lah, mumpung belum di”dok” jangan sampe jotos2an ye, pemusik tu perasa lo, malu tau, pemusik yg ngerti bahasa hukum ya berjuanglah habis2an, sampe ke harmoni yg sejati, krn ini menyangkut masadepan musik Indonesia...” tulisnya.
Ketika ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, baru-baru ini, Glenn Fredly juga menyayangkan bentuk penolakan dengan kata-kata kasar melalui media sosial. Ia takut netizen justru melakukan bully tanpa hubungan substansi dengan draft RUU Permusikan yang menjadi pokok permasalahan.
“Harus ada basis argumen yang akhirnya jadi discourse. Kita ada di era kayak sekarang. Orang kan cuman lewat cepat saja, pokoknya ikut saja, ikut ramai. Ya, jangan gitulah. Kasihan,” ungkap Glenn.
ADVERTISEMENT
Namun, pendapat Glenn tidak selaras dengan manajer Seringai sekaligus anggota Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan (KNTL RUUP), Wendi Putranto.
Wendi yang sempat berdebat masalah tata krama menolak draft RUU Permusikan dengan Erix Soekamti di Instagram menyatakan bahwa perlawanan memang perlu dilakukan secara lantang dan tegas.
“Menurut gue, perlawanan RUU Permusikan ini ya, memang harus selantang itu. Karena ini bahaya jika disahkan dengan kekacauan,” kata Wendi.
Anang Hermansyah bersama musisi melakukan pertemuan membahas tentang RUU permusikan di Cilandak Town Square, Jakarta, Senin (4/2/2019). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Arian, vokalis Seringai, pun berusaha bersikap netral melihat konflik antara Jerinx dan Anang. Ia memberi imbauan pada netizen untuk berhenti mempermasalahkan konflik tersebut dan mulai mengkaji lebih dalam draft RUU Permusikan yang telah ada bahkan masuk dalam prolegnas.
ADVERTISEMENT
“Ya, kan caranya orang berbeda-beda. Cara orang untuk protes ini (draft RUU Permusikan), itu demokrasi, sih. Pokoknya sih ya, memang kita harus lebih fokus pada isi konten dari RUU Permusikan ini saja, orang-orang tidak perlu melihat gimmick-gimmick di social media,” ujar Arian.
Soal perlawanan yang lantang, yang paling terlihat memang seperti yang disampaikan drummer Superman Is Dead, Jerinx. Ia bahkan tidak ragu 'menyinggung' Anang sebagai musisi, yang kemudian terjun ke dunia politik. Anang memang merupakan anggota Komisi X DPR, dan juga inisiator dari RUU Permusikan.
Jerinx di berbagai kesempatan dengan lantang berani menyampaikan pendapatnya. “Mending nyelametin satu pulau dan kebebasan berkreasi jutaan musisi apa nyelametin dua gerai ayam nya mas Anang ya?” tulis Jerinx dalam satu kesempatan di akun instagramnya.
ADVERTISEMENT
Penolakan keras Jerinx ini punya alasan jelas. Jerinx bersama SID kerap menyuarakan kritik terhadap penguasa lewat lagu. Seperti pada album 'Sunset di Tanah Anarki'.
Jerinx juga menjadi salah satu musisi Bali yang secara aktif menyuarakan penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa. Dengan adanya RUU Permusikan tersebut, tentu suaranya dalam melemparkan kritik pasti akan terbatas.
Lalu bagaimana sebenarnya dampak dari perdebatan yang ada soal RUU Permusikan terhadap masyarakat. Mengingat pro dan kontra disuarakan oleh mereka yang merupakan public figure.
Koalisi Nasional tolak RUU Permusikan. Foto: Instagram/@danillariyadi
Devie Rahmawati, pengamat sosial vokasi UI menilai sebenarnya masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan perdebatan dua pihak yang beroposisi. Namun, ia menggaris bawahi bahwa bahasa pengantar kritik menjadi penting mengingat Indonesia adalah negara yang menganut budaya ketimuran.
ADVERTISEMENT
“Masyarakat kita adalah masyarakat yang terbiasa dengan kultur harmoni, jadi ketika media sosial memberikan ruang yang jauh lebih terbuka untuk berargumentasi, masyarakat kita belum terbiasa berargumen dengan fakta dan cara yang benar. Karena, dalam komunikasi, bukan hanya pada kontennya, tapi pada konteks dan casing-nya atau bagaimana Anda men-deliver-nya,” ujarnya saat berbincang dengan kumparan lewat telepon.
Devie menyayangkan jika dalam diskusi di media sosial, justru malah lari dari permasalahan yang ada. Terlebih jika unggahan disampaikan sambil terbawa emosi.
“Fokus pada apa yang memang diskusikan, data-data yang seimbang, rasional dan bukan emosional. Kedua pihak mampu menciptakan diskusi yang saling mendengar. Jadi, tiap pihak harus bisa memberikan kesempatan yang sama bagi lawannya untuk menyampaikan apa yang diharapkan secara detail dan rasional,” paparnya.
Devie Rahmawati, Pengamat Sosial Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
“Mas Anang sebagai anggota (DPR RI) juga ini kan, RUU Permusikan bukan rancangannya sendiri. Saya percaya itu beliau kumpulkan untuk didiskusikan dengan orang-orang yang merancang itu dan itu kan, baru rancangan. Apa yang disampaikan Jerinx juga bagus. Ia menyuarakan kebenaran, tinggal gimana caranya saja,” terang Devi.
ADVERTISEMENT
Psikolog Tara de Thouars menilai perkataan yang disampaikan Jerinx bukan bentuk bullying. Sebab, ia memiliki tujuan yang baik, yakni memberi kesejahteraan musisi tanpa pasal-pasal yang dianggap mengebiri kreativitas dalam draft RUU Permusikan.
Ia pun menjelaskan lebih lanjut tentang apa yang menjadi dasar seseorang masuk kategori pelaku bullying.
“Kan bullying itu sengaja menggunakan kekuatannya, power-nya untuk menindas, mempermalukan, atau merendahkan orang lain. Bully itu kan tujuannya menaikkan diri sendiri. Kalau niatnya dominasi, iya, itu bully. Tapi, kalau dia sebenarnya niatnya bukan dominasi atau tunjukkan power, berarti bukan bullying," jelas Tara.
Psikolog Tara de Thouars Foto: Instagram @tara_dethouars
Ia mengatakan, apa yang disuarakan Jerinx memiliki niat yang baik karena dia concern terhadap masalah yang ada. "Tapi cara dia menyelesaikan masalah jadi enggak kondusif,” kata Tara.
ADVERTISEMENT
Sementara Seno M Hardjo, pemerhati musik sekaligus produser, menyarankan agar Anang menghadapi cibiran-cibiran tersebut dengan bijak, elegan, serta tetap konsisten dalam bersikap.
"Toh, Anang adalah simbol inisiator, yang kebetulan duduk di badan legislatif DPR. Anang tentu saja bekerja dengan sebuah tim. Jadi, ‘serangan’ sobat Jerinx jangan dilihat dan dimaknai head to head terhadap Anang sebagai personal, tapi terhadap teamwork, di mana semua yang terlibat di dalam penyusunan RUU Permusikan itu pun perlu lugas mendukung Anang, jangan sampai bersikap ambigu," jelas Seno pada kumparan.
Seno M Hardjo, pemerhati musik dan produser. Foto: Dok. Pribadi
Di sisi lain, Seno yakin bahwa perdebatan yang terjadi saat ini di kalangan musisi tidak akan menimbulkan perpecahan antarmusisi.
"Perpecahan, adu domba, dan ujaran kebencian, tidak akan mengoyak persatuan musisi Indonesia. Itu bagian dari dinamika yang mendewasakan, percayalah. Pemaknaannya harus seperti itu. Biarlah silang bersengkarut, tikung-menikung hanya berlaku dan terjadi di dunia politik saja. Jangan dibawa ke ranah permusikan," kata Seno.
ADVERTISEMENT