Arie Untung: Hijrah Fest Jadi Luapan Millenial yang Tengah Berhijrah

18 Mei 2019 13:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arie Untung. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Arie Untung. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
ADVERTISEMENT
Gelombang hijrah di Tanah Air memang terus bergulir selama beberapa tahun belakangan. Bukan hanya masyarakat, para pekerja seni dan selebriti juga turut merasakan gelombang hijrah tersebut.
ADVERTISEMENT
Arie Untung, sebagai salah satu selebriti yang memutuskan berhijrah, menyambut positif hal tersebut. Berbincang dengan kumparan di kawasan Barito, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu, Arie tak mempermasalahkan jika gelombang hijrah disebut sebagai sebuah tren.
“Ibaratnya, begitu lebih baiklah dari pada trennya maksiat kan,” ucap Arie Untung.
Berangkat dari hal itu pula Arie memotori sebuah acara bertajuk ‘Hijrah Fest’. Lewat acara tersebut, Arie berharap bisa mempersatukan komunitas-komunitas hijrah di Tanah Air.
Hasilnya begitu besar. Ajang yang pertama kali digelar pada 9-11 November 2018, sukses dipadati ribuan pengunjung. Bahkan mayoritas yang hadir adalah generasi millenial. Menurut Arie, hal tersebut menjadi bukti, sekaligus menunjukkan bahwa generasi millenial saat ini begitu peduli dengan Islam.
ADVERTISEMENT
Hijrah Fest 2018 juga menjadi bukti bahwa kajian yang selama ini identik digelar di masjid-masjid, juga bisa dikemas dengan begitu menarik. Mulai dari konsep panggung, tenant, hingga komunikasi yang dilakukan pihak penyelenggara, benar-benar menyesuaikan selera anak-anak milllenial.
Bahkan pemilihan Jakarta Convention Center tak terlepas dari imej kekinian. JCC memang biasa digunakan untuk perhelatan konser-konser dari musisi ternama. Bahkan beberapa event millenial pun seringkali diselenggarakan disana.
“Kenapa kita output-nya digital, karena kita menyasar millenial. Kalau yang bukan millenial mereka sudah bergerak sebelum kita dengan ada majelis ta’lim, banyak pengajian, nah millenial belum ada yang gerakin. Ini dasaran dakwah kita. Jadi menurut kita ini adalah satu sasaran kita,” jelasnya.
Arie K Untung di Hijrah Fest 2018. Foto: Giovanni/kumparan
Melalui Hijrah Fest para millenial dan komunitas hijrah bisa saling berkumpul, bertemu, bahkan bertukar pendapat. Hijrah Fest, kata Arie, juga bisa menjadi luapan semangat bagi para millenial yang sedang menikmati jalan hijrahnya.
ADVERTISEMENT
Arie mengaku Hijrah Fest 2018 telah mampu mengumpulkan banyak komunitas hijrah. Di acara tersebut komunitas-komunitas hijrah dari berbagai daerah bahkan saling berinteraksi satu sama lain. Arie berharap komunitas-komunitas tersebut bisa membentuk sebuah ekosistem nantinya.
“Dari Surabaya dan Semarang itu ada sekitar 50 an komunitas hijrah yang masing masing followersnya berapa ratus ribu gitu itu baru dari dua kota tambah lagi Jakarta, Bandung akan jadi berapa itu jadi misalnya mereka menjadi satu wadah satu ekosistem maka akan lebih mudah berdiskusinya,” jelasnya.
Tahun ini, ajang yang sama akan kembali digelar. Berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, Hijrah Fest 2019 digelar di bulan Ramadhan, pada 24 hingga 26 mei 2019. Sambil menjalani ibadah puasa, masyarakat akan disuguhi dengan banyak kegiatan keagamaan seperti kajian, kegiatan hiburan dan tenant bazar.
ADVERTISEMENT
Pemain ‘Tawa Sutra’ tersebut menjamin para peserta Hijrah Fest akan disuguhkan dengan berbagai kegiatan yang mengejar keutamaan-keutamaan amalan di bulan Ramadhan.
“Di sana disediain makan sahur kan, kita tahajud bareng. Ketika tahajud, ada muhasabah bareng merenungi diri segala macam, sahur bersama, salat Subuh bersama, kemudian kajian subuh bersama sampai menunggu syuruq. Keutamaan syuruq itu kan kalau dari subuh berjamaah enggak tidur sampai waktu syuruq maka mendapat pahala umrah dan haji,” ucapnya.
Arie Untung. Foto: Garin Gustavian Irawan/kumparan
“Keutamaan subuh berjamaah hari itu dijamin oleh Allah. Jadi misalnya hari itu dipanggil Allah insyaallah dia dijamin sama Allah, jadi banyak peluang pahala yang bisa kita dapatkan di waktu puasa. Kita kan enggak punya tempat mustajab, yang ada waktu mustajab. Nah waktu mustajabnya kita lakukan bersama-sama aja,” tambah Arie.
ADVERTISEMENT
Untuk pemilihan ustaz atau pemateri juga menyesuaikan dengan permintaan millenial. Kata Arie, pihak penyelenggara mencoba mengakomodir ustaz-ustaz yang mendapat respons baik dari kalangan millenial. Apalagi setiap ustaz rupanya juga sudah memiliki penggemar masing-masing.
Menurut Arie, antusiasme masyarakat terutama generasi millenial bertambah dari penyelenggaraan sebelumnya. Tentu saja, kapasitas pengunjung Hijrah Fest kali ini juga bertambah. Sebab tahun ini, penyelenggara akan menggunakan dua hal sekaligus.
JCC pun nantinya benar-benar akan kembali diubah menjadi layaknya sebuah masjid. Dari mulai peraturan tanpa alas kaki, hingga menjadi tempat beritikaf, akan menjadi hal baru.
Bahkan pada saat berbuka, suasana dalam JCC akan diubah seperti di Masjidil Haram. Dimana para pengunjung akan duduk berjejer untuk nantinya disuguhkan hidangan takjil yang siap santap.
ADVERTISEMENT
“Ya Alhamdulillah kebetulan teman-teman di JCC juga lagi belajar berhijrah juga, jadi gayung bersambut sih. Jadi ide kita mulai terdelivered dengan baik. Mereka enggak ada komplain sama sekali dikarenakan sesuatu yang baru yang perlu dicoba. Alhamdulillah mereka juga interest dan akhirnya lebih banyak event-event kemasjidan ini di JCC,” tukasnya.
Acara tersebut memang tidak gratis. Para peserta kata Arie akan dikenakan biaya sebesar Rp 95 ribu/hari, dan Rp 190 ribu untuk tiket terusan selama tiga hari berturut-turut. Harga tersebut mengalami peningkatan dari penyelenggaraan di tahun sebelumnya yang menetapkan harga tiket masuk sebesar Rp 85 ribu per hari.
Sebenarnya, kata Arie, meski harga tiket telah dinaikkan dan antusiasme peserta terus meningkat, tetap tak menutup biaya penyelenggaraan. Namun Arie enggan memusingkan hal tersebut. Sebab profit bukanlah target utamanya dalam penyelenggaraan acara tersebut.
ADVERTISEMENT
“Target utamanya bukan itu insyaAllah mungkin dari sisi lain akan menutupi cost tersebut pasti insyaAllah akan ada, biar masyarakat juga ada sedikit kebanggaan bahwa kajian itu di JCC. Maksudnya pergi ke tempat baik baik, harus di tempat yang terbaik,” ujarnya.
Meski harga tiket terbilang amat wajar, masih banyak pihak yang nampaknya menilai acara tersebut sebagai bentuk komersialisasi agama. Arie pun santai menanggapi beragam pernyataan semacam itu. Katanya, penetapan tiket memang harus tetap ada sebagai bentuk effort dari para peserta.
“Bagaimana kita dengar kisah nabi Ismail mendapatkan air zamzam harus ngehentakin kakinya ke bumi, untuk mendapatkan itu, jadi apakah Allah menakdirkan itu pasti udah, tapi kenapa dia melakukan itu karena Allah pengin ngeliat effort-nya, effort dari mendapatkan itu,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Arie tak ingin membiasakan mental malas berkorban untuk agama melekat di masyarakat. Dengan adanya penetapan harga tiket, para peserta bisa menunjukan pengorbanannya untuk terus mencari kebaikan. Akan tetapi Arie enggan ambil pusing jika ada beberapa pihak yang memang tak sependapat.
“Berarti anda bukan target kita, semudah itu, jadi tidak usah hadir karena mungkin ada juga yang tipe pengajian di masjid atau tempat lainnya. Karena pengajian bukan hanya di hijrah fest tapi dimana mana juga bisa,” kata Arie dengan tegas.
Arie menekankan bahwa acara Hijrah Fest benar-benar dibuat untuk mengajak seluruh umat Islam bisa kembali mengingat tuhannya. Persatuan antarumat menjadi poin terpenting dalam event keagamaan tersebut.